absen: hadir! jangan lupa vote untuk menghargai penulis.
[ TENTANG KAREL ]
Langkah tegas itu memasuki sebuah pekarangan rumah besar bergaya victoria. Mendung lagi sore ini, hujan akan segera tiba tanpa harus ditunggu. Dengan penuh amarah pun pintu utama rumah besar itu ia buka, dengan wajah yang masih lusuh ia berjalan menuju ruang tamu dimana Papa Garren dengan Isabella berada.
"Bisa nggak sih, gak usah ganggu ketenangan Mama?" Tanya Karel dengan suara tegas yang bergetar, wajahnya lusuh dan terlihat begitu lelah dengan segala kelakuan gila Papa nya itu.
"Kalau tidak begitu, kamu tidak akan datang kesini," ucap Papa Garren santai, beliau bangkit dari duduknya, tubuhnya yang masih lebih tinggi dari Karel itu kini mendekat, berhadapan langsung dengan anak semata wayangnya.
"Lusa saya akan menikah, dan kamu harus datang!" Pinta Papa Garren dengan suara rendahnya. Karel menatap Papa nya tidak percaya, mata nya berkaca-kaca namun ia tidak bisa terlihat lemah, ia tertawa getir.
"Dengan wanita gila itu?" Tanya Karel tak kalah dingin sambil menunjuk Isabella tanpa menatap wajahnya.
"Dia akan menjadi ibu mu, Karel, hargai dia!" Suara Papa Garren meninggi, Karel terkekeh sinis, membuang mukanya untuk berdecih. Tidak, Mama nya hanyalah Mama Kana, tidak ada yang bisa menggantikan posisinya.
"Apa yang lo suka dari wanita ular seperti dia? Dia terlalu murahan untuk pengusaha kaya raya seperti Papa," ujar Karel telak. Isabella berdiri dari duduknya, tidak terima dikatai seperti itu, ia berjalan mendekat hendak memukul Karel namun gerakannya terhenti oleh Papa Garren.
"Mas, dia ngatain aku, sebenarnya dia punya adab nggak sih?!" Pekik Isabella dengan nada manja sambil menghentakkan kakinya. Karel memutar bola mata nya malas.
"Lo tanyain pria tua ini? Dia bahkan gak pernah ngajarin gue sopan santun!" Pekik Karel geram setengah mati, wajahnya merah padam menahan marah sampai urat lehernya terlihat.
"Karel, Isabella akan tetap menjadi ibu mu, suka atau tidak suka, dan kamu wajib untuk patuh pada ibumu!" Perintah Papa Garren dengan wajah yang mulai mengeras. Karel hanya diam memperhatikan saat Isabella menangis dibelakang tubuh Papa nya. Wanita ini, yang sudah menghancurkan keluarganya.
Karel marah, sangat, dengan penuh kesadaran ia menarik kuat rambut Isabella untuk menjauh dari belakang punggung Papa nya.
plak! lalu menampar pipi nya hingga wanita itu tertoleh.
"KAREL, BERANI BERANINYA KAMU?!" Teriakan Papa Garren mengundang atensi para bodyguard yang berjaga di luar rumah, mereka kalangkabut melihat Karel dan Papa Garren saling beradu tangan.
bugh! Pukulan telak pada sudut bibir Karel dapatkan, ia terhuyung kesamping dan langsung di tahan oleh para bodyguard. Papa Garren terlihat membabi buta untuk memukul Karel, sampai para bodyguard takut untuk menahannya.
bugh! pukulan pada perut Karel, Papa Garren menarik rambut Karel agar anak itu tetap menatap wajahnya.
"KAMU PIKIR KAMU SIAPA BISA MEMBANTAH SAYA?!"
plak! lalu disambut tamparan pada pipi, tidak hanya sekali, tapi bertubi-tubi membuat wajah Karel memerah.
"DASAR ANAK PEMBANGKANG! TIDAK TAHU DIRI! TIDAK KENAL BUDI!"
buagh! berakhir dengan tendangan pada perut membuat Karel tersungkur kebelakang. Para bodyguard melihat hal itu hanya bisa terdiam ngeri, Tuan Besar mereka marah besar, itu menyeramkan.
Karel bersimpuh sambil memegangi perutnya yang nyeri, ia terbatuk-batuk membuat Karel menutup mulutnya dengan panik.
"Saya tidak pernah memiliki anak pembangkang seperti kamu, Karel Gavileo," ujar Papa Garren dengan dingin dan tegas. Karel beralih menjauhkan telapak tangannya dari bibir, darah sialan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVILEO [ END ]
Teen Fiction"Papa! Papa! Leo udah bisa perkalian, temen-temen Leo belum!" "Kalau Leo udah besar, Leo jadi manager di perusahaan Papa ya?" "Ngga mau! Leo mau jadi dokter!" Karel selalu hidup dalam bayang-bayang harapan Papa nya, dipaksa untuk menjadi sempurna di...