jangan lupa absen hadir, jangan lupa re-stock cemilan! jangan lupa juga vote and comment untuk menghargai karya penulis.
[ KOBARAN API. ]
Hari kedua pencarian tidak membuahkan hasil, keempat gadis yang sibuk berkuliah itu berakhir mengikuti pencarian bersama Rava, Alvaro dan Harsa. Memasuki waktu petang, hutan belantara yang mulai gelap itu masih ditelusuri perlahan oleh para mahasiswa Satya Radja itu.
"Nek! Permisi, izin tanya, di sekitar sini ada rumah lama atau rumah usang gitu gak?" Rava bertanya kepada sekumpulan nenek nenek yang baru saja pulang bekerja dari pasar kecil yang ada di dekat gapura distrik sebelah.
Mereka bertujuh sudah hampir sampai di distrik sebelah selama dua hari pencarian.
"Ada mas, tapi jauh dari sini, kayaknya mas nya perlu masuk lagi ke hutan belantara, di dekatnya jembatan perbatasan itu nanti mas belok ke utara, nanti ada rumah." Jelas Nenek nenek itu, entahlah Rava langsung menghela nafas lega mendengarnya.
"Kalau boleh tahu, itu bekas apa ya, nek?"
"Itu dulu rumah sama warung buat para petani yang baru pulang, tapi sekarang lokasi nya pindah lebih deket sama sawah."
Rava ber 'oh' ria sambil mengangguk. "Makasih banyak ya nek!" Pekiknya sebelum pergi, namun tangannya ditahan oleh nenek itu.
"Mas nya, mau cari apa ya kesana? Disana sudah sepi kalau mas mau berkunjung," ucap nenek nenek itu dengan raut khawatir di wajahnya yang sudah keriput itu.
"Temen saya hilang, saya mau cari kesana," balas Rava serius, ia kembali menatap nenek-nenek itu penuh harap saat nenek itu terlihat mengingat sesuatu.
"Oh iya, kemarin ada rame rame disana, saya kira rumahnya mau digadaikan, tapi sampai sekarang balik sepi lagi," jelas nenek-nenek itu, Rava melebarkan mata nya, tidak salah lagi, pasti itu orang-orang yang menculik Nara. Rava harus segera kesana, sebelum tubuh Nara menghilang dibawa oleh para bodyguard itu lagi.
"Ah iya nek, makasih banyak, nek!" Rava mengambil tangan kanan nenek itu lalu menciumnya seperti sedang berpamitan dengan kedua orangtuanya. Nenek itu tersenyum sedikit bangga sebelum akhirnya Rava kembali ke mobil menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu.
"Putar balik mobil nya, kita ke jembatan yang tadi," ucap Rava yang menaikki mobil nya disebelah Harsa yang menyetir, Harsa mengangguk mengerti sementara Alvaro beralih mendekatkan tubuhnya ke kursi Rava.
"Dapet petunjuk apaan?" Tanya Alvaro yang membuat Senja, Ivy, Raluna dan Flavio ikut penasaran.
"Ada rumah deket jembatan, kata nya kemarin ada rame-rame kesana, udah pasti itu orang-orang yang bawa Nara," jelas Rava sambil memasang seatbelt nya, untuk selalu mematuhi peraturan saat berkendara. Harsa juga terlihat begitu cepat mengendarai mobilnya.
"Udah hampir malem, kalau mau kesana lagi kayaknya bakal lama sih," celetuk Ivy yang duduk didekat Alvaro. Jadi posisi Alvaro duduk di samping Senja dan Ivy, sementara Raluna dan Flavio ada di belakang.
"Bener, kawasan hutan udah semakin gelap, gak lucu juga kalau kita menelusuri hutan malem malem begini," balas Harsa sembari fokus berkendara, hutan didepan mereka sudah benar-benar gelap, jika mobil Harsa mogok maka tidak ada pilihan lain selain meratapi nasib.
"Aku bawa senter, ada dua nih, jadi nanti ada yang nyari, dan ada yang nunggu di mobil," suara Raluna terdengar dari belakang.
"Bagus, biar gue sama Alvaro yang cari, nanti kita hubungin kalau sekiranya ada signal, di suasana kayak gini susah banget buat bertukar kabar, kita juga susah buat lapor polisi," balas Rava cepat, hati nya semakin tidak karuan, khawatir juga dengan Nara. Bagaimana keadaan gadis itu jika sendirian di tengah-tengah rumah kosong di hutan belantara ini, tentunya akan menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVILEO [ END ]
Novela Juvenil"Papa, kenapa Leo harus selalu sempurna?" "Papa ingin yang terbaik buat kamu, Leo. Dunia ini keras, dan kamu harus menjadi orang yang sukses." "Tapi, Leo ingin kebebasan, Pa. Leo punya impian sendiri." Karel selalu hidup dalam bayang-bayang harapan...