Yang Akan Di Kenang

124 20 2
                                    

"Mari mengenang segala hal yang telah kita lalui bersama hingga masa antara kita akan sirna"


Suasana pagi ini begitu cerah disertai hembusan angin yang menerpa. Hadirnya sang Surya, membuat bumi pagi ini menjadi begitu hangat dan tenang.

Nakala,tengah berdiam diri sembari menatap sendu Bunga - bunga indah di taman belakang Rumahnya.Hatinya tengah sendu dan ragu memikirkan perasaan yang ia rasakan terhadap Senja, sosok yang akhir - akhir ini terus berada di benaknya.

"Senja mana ya, kok belum keliatan? Apa masih belum bangun?", Batin Nakala dalam hati bertanya pada dirinya sendiri dimana Laki - laki yang sedang ia cari itu

Nakala terus memikirkan Laki - laki yang bernama Senja itu, semua kenangan manis yang telah ia lewati bersama Laki - laki itu kembali terulang dalam benaknya.

"Kalau Senja jadi pacar gue,pasti hidup gue bakal bahagia. Gue bakal beruntung banget bisa dapetin dia",Ujar Nakala pada dirinya sendiri

Nakala terus hanyut dalam khayalannya, berkhayal Laki - laki itu menjadi pacarnya dan hidupnya akan menjadi bahagia, berkhayal Laki - laki itu yang menjadi tempatnya bersandar, berkhayal Laki - laki itu yang akan memujinya setiap hari.

"IH KOK GUE JADI GINI SIH!SADAR KAL SADAR, LO GAK BOLEH KAYA GINI.JANGAN BERHARAP KAYA GINI KAL, NANTI KALAU GAK SESUAI LO BAKAL KECEWA KAL",Gumam Nakala dengan suara kencang sembari menepuk pipinya pelan agar ia segera sadar bahwa apa yang sedang ia pikirkan tidak akan terjadi dengan mudah begitu saja

"Kecewa kenapa, Kal?" terdengar sahutan dari seseorang yang membuat Nakala tiba - tiba diam membisu

" hah?",gumam Nakala

"Kok malah nanya balik sih?Lo kecewa kenapa?" ,Tanya Senja kembali sembari mendekati Perempuan itu. Senja memang ingin menuju Rumah Nakala, ia ingin menemui Perempuan itu.Baru beberapa langkah ia berjalan dari rumahnya, ia sudah dapat melihat Perempuan itu sedang bertingkah aneh sambil menepuk - nepuk pipinya sendiri

"HAH? enggak kok. G- gue gak kenapa - kenapa". Jawab Nakala dengan suara gugup

"Bohong", bantah Senja. "Aneh banget lo", sambung Laki - laki itu

"Ishh apaan si", gusar Nakala. "Lo ngapain ke sini? Pake bawa cangkul segala. Mau nanem padi Lo di sini?", Tanya Nakala mengalihkan pembicaraan.

"Yakali gue nanem padi di sini Kal, gila banget".Gusar Senja dengan raut wajah yang kesal namun tidak menakutkan sama sekali. "Gue kesini karena panggilan dari alam", ujarnya

"Panggilan alam?", sahut Nakala dengan raut wajah kebingungan. Senja memang seperti ini,kadang kata - kata yang keluar dari lisannya begitu hangat dan menenangkan hati Nakala tapi sering juga perkataan dari Senja membuat Nakala sulit untuk mencernanya.

"Iya, panggilan alam. Gue tahu Lo lagi mikirin gue.Jadinya, gue buru - buru kesini buat nemuin siapa orang yang udah mikirin gue sampe - sampe gue harus ngerelain tidur gue yang nyenyak", Jelas Senja pada Nakala

"Dih, geer banget sih. Siapa juga yang lagi mikirin Lo.", Jawab Nakala. Padahal, tentu dalam hatinya Nakala sedang bahagia sebab Senja segera muncul ketika ia sedang mencari - cari keberadaan Laki - laki itu. Namun, Nakala lebih memilih mengikuti gengsinya yang begitu tinggi.

𝐊𝐚𝐥𝐚 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang