AWAL DARI KITA

683 66 29
                                    

"Apa mungkin,ini awal yang kita inginkan?"


Langit malam ini begitu gelap. Namun, tetap dihiasi oleh bintang - bintang yang bertebaran dengan satu bulan sabit indah di atasnya. Dinginnya hembusan angin juga tak terlupakan.Suasana malam ini begitu tenang, namun tak bisa membuat hati seorang perempuan bernama Nakala Putri itu menjadi nyaman.

Seperti sudah menjadi kebiasaan,Nakala atau yang biasa dipanggil Kala itu kembali datang ke Pelabuhan yang ada di tepi Laut dekat rumahnya.Pelabuhan Delima.Pelabuhan tempat ia meluapkan segala hal, meluapkan segala amarahnya, meluapkan sedihnya, meluapkan semua hal - hal yang membuat kepalanya terasa penuh.

Pelabuhan itu sudah seperti rumah yang nyaman untuknya berpulang.Berbeda dengan rumah tempat tinggalnya,yang amat sangat berantakan dan berisik setiap harinya.Namun, Pelabuhan Delima dengan kehadiran Laut di depannya mampu memberinya ketenangan dan kehangatan untuk berpulang.

Malam ini, Ayah dan Ibu kala kembali bertengkar.Hal ini sudah sangat sering terjadi,harusnya Kala sudah terbiasa dengan situasi yang seperti ini.Namun,siapa sangka hal tersebut membuat Kala merasa sangat tidak tenang.Hingga,ia memutuskan untuk pergi menghilang dari semuanya.Kala tidak punya teman untuk bercerita.Hingga,Pelabuhan lah yang menjadi tempat untuk ia tuju.

"Berat sekali rasanya Tuhan,Kala udah ga kuat", lirih Nakala di dalam hati dengan lemah

Malam ini Kala kembali kehilangan arah untuk hidup.Seperti sudah tidak ada lagi tujuan hidup baginya.Kala duduk di tepi Laut dekat Pelabuhan,memandangi Laut yang indah dengan tatapan yang kosong namun penuh harap.Berharap Laut itu mendengar sedihnya,berharap Laut itu dapat membuang semua sedihnya.Matanya mulai memanas, hingga mengeluarkan air mata.Ia sudah tak tahu lagi harus berbuat apa dengan keadaannya yang sekarang,ia hanya bisa menangis berharap semua masalahnya menghilang.Masalah yang di hadapinya saat ini hanya satu, namun entah mengapa rasanya hal itu terasa berat.Sebab,dari dulu ia selalu di salahkan, selalu di anggap akar dari semua masalah yang ada.Kala lelah dengan semua itu.Sungguh, ia sangat lelah,,,

"Cengeng!", terdengar suara dari arah belakang yang tak diketahui siapa pemiliknya.Kala pun segera menoleh ke belakang mencari tahu pemilik suara itu.
Seorang laki - laki yang memakai celana panjang dengan baju kaus serba hitam sedang berdiri di sana.Entah sejak kapan ia ada disana, entah sejak kapan ia memerhatikan Kala sedang menghilangkan sedihnya.Laki - laki itu perlahan berjalan menghampiri Kala.Laki - laki yang tak pernah di lihat Kala sebelumnya,namun Kala menatap laki - laki itu dengan hangat dan penuh ketenangan.

"ngapain nangis? Cengeng banget!",ucap laki-laki itu dengan lembut.Dan tanpa perintah, ia langsung duduk tepat di samping Kala.

"Lo siapa?,gue ga kenal Lo.Gausah ganggu gue! gue benci orang yang ganggu ketenangan gue.",ucap Nakala dengan nada marah dan kesal.Tentu saja ia kesal, siapa manusia di muka bumi ini yang ingin ketenangan dan kebahagiaan nya di usik oleh orang lain.Bahkan,ia pun sulit untuk mendapatkan sesuatu yang bahagia itu.

"Gue Senja.Senja Akhilendra",ucap laki - laki itu sambil mengulurkan tangan kanannya bermaksud untuk mengajak perempuan di sebelahnya berkenalan.

Kala hanya diam, mengabaikan tangan yang sudah terulur di depannya.Pandangan Kala kembali ke depan menatap laut di depannya dengan perasaan yang tenang namun kepala yang berisik.

Senja kembali menurunkan tangannya yang diabaikan oleh perempuan di sampingnya.Namun, pandangan Senja tetap mengarah tepat pada perempuan di sampingnya.Menatap perempuan itu dengan pandangan yang teduh.Pandangannya sedari tadi tidak pernah berpaling.Bahkan, sebelum ia duduk di samping perempuan itu ia sudah memandangi perempuan itu sedari awal perempuan itu meluapkan segala sedihnya.

𝐊𝐚𝐥𝐚 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang