ALKISAH A

8.5K 39 0
                                    

Mimpi buruk dari sebuah keluarga sederhana dan hanya punya satu pemasukan adalah keadaan dimana orang yang biasa menghasilkan pemasukan mengalami kemalangan. Setidaknya ini yagn bisa kukatakan karena aku baru saja mengalami nya. Nama ku Deni, sebelumnya seorang karyawan d sebuah restoran cepat saji yang cukup besar di kota ini. Aku sudah bekerja di restoran cepat saji selama 8 tahun dan memiliki seorang istri bernama TIna dan seorang anak yang tahun ini sudah mulai sekolah TK.

Aku menikahi Tina tidak lama setelah pacaran, kurang lebih selama 2 tahun. Dan betapa bodohnya aku, pada saat kami sudah menikah Tina yang sebenarnya memiliki pekerjaan yang masih di kota yang sama tidak kuberikan izin dengan alasan aku cukup mampu membiayai mereka, padahal Tina sudah bilang bahwa pekerjaan nya sebagai karyawan toko bakery tidak memakan waktu yang panjang karena memiliki shift pekerjaan. Dia juga ingin menikmati masa setelah tamat sekolah nya untuk mencari pengalaman. Tapi yagn namanya keegoisan, alasan alasan seperti itu tidak ku terima. Memang kurasa aku punya watak terlalu egois selama ini. Sampai akhirnya sebuah pandemi yang menghampiri seluruh dunia, dengan segala efek ke semua sektor ikut mempengaruhi karir dan keuangan ku...
___________
"Gimana sih pa? Kok belum dapet kerja juga? Kion ntar udah bayar spp, belum lagi belanja bulanan, listrik, cicilan rumah kita" ucap Tina yang mulai mengeluh
"Yaahh gimana ma, papa juga udah ngelamar kesana kesini" hanya itu jawaban yang bisa kuberikan. Apalagi tabungan kami memang benar benar terkuras habis 3 bulan ini setelah menganggur. Setiap hari yang ada dibentak ku hanya perasaan takut karena kondisi keuangan kami yang tidak ada pemasukan sehari hari. Istriku juga belakangan mulai terlihat lebih sering murung tidak seperti sebelumnya. Mungkin benar kata sebagian orang kalau uang adalah salah satu faktor kebahagiaan. Sudah berapa puluh lamaran yang ku lempar kemana mana tapi apa daya, situasi saat ini benar benar seperti tidak memihak keluarga kecil kami. Pandemi yang berkepanjangan, banyak usaha yang tutup, bahkan pembatasan aktivitas diluar ruangan membuat semua nya hancur satu persatu. Bahkan beberapa teman ku juga terkena dampak pemutusan hubungan kerja karena perusahaan yang tidak mampu membiayai selama pandemi. Bahkan yang membuat perasaan ku benar benar hancur, sebulan belakangan istriku mulai menolak saat ku ajak berhubungan padahal seharusnya itu hak ku dan kewajiban nya melayani ku sebagai seorang suami. Setidak nya itu yang kupikirkan. Dalam sebulan ini baru sekali aku mendapat "jatah" ku, padahal dulunya setidak nya seminggu sekali aku berhubungan badan dengan nya. Sisa nya? hanya bisa coli seperti remaja yang belum memiliki pasangan. Selalu Tina mengatakan dia yang sedang tidak mood lah, sedang capek dan sebagai nya, padahal sedikit banyak aku tahu apa yang dirasakannya. Pastinya dia sedang kecewa dengan aku yang benar benar kesulitan sekarang.

39. ISTRIKU DAN MAJIKANNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang