"Kok suka nelen sperma?"
"Abis enak sih hahaha" ucap nya
"Pernah anal gak? Kalo pernah rasanya gimana?"
"Pernah, tapi belum pernah di upload aja kesini. Awal nya sih sakit tapi lama lama enak. Apalagi kontol nya dia berurat" ucap tina seperti tidak ada beban mengatakan itu
"Dia suami kamu atau bukan sih?" Tanya pak Omar lagi
Mereka tampak bertatapan sejenak, lalu terlihat pak Omar seperti menganggukkan kepala
"Hahahah ini pertama kali aku ngomong disini. Jadi dia bukan suami aku. Kita partner an aja. Dia udah duda,, sedangkan aku bukan janda. Aku punya suami tapi... yaaa.... Gitu deh" ucap nya sambil tertawa tawa sambil pak Omar juga tertawa mendengar nya lalu mengecup bibir tina sambil meremas dada nya yang masih dibalut oleh bikini yang super mini.
"Pernah main lebih dari satu kontol gak? Kalo pernah kapan? Kalo belum, coba dong, terus upload" ucap pak Omar lagi membaca salah satu komen
"Mmm belum sih. Ini aja ga abis abis"
"Tapi mau gak nyoba?" Ucap pak Omar yang melanjutkan pertanyaan
"Mmm... gatauuu..."
"Hahaha tapi kan enak, di puasin sama dua orang."
"Mmm.... Ya tapi sama siapa"
"Tapi serius an mau?" Ucap pak Omar
"Mmmm gatau. Ah udah dulu ya rekamannya"" ucap tina sambil mematikan kamera dan video pun berakhir. Sesi pertanyaan itu membuat bulu kuduk ku merinding. Juga adrenalin ku semakin terpicu. Entah ide dari mana, aku pun membuka akun X milik tina dan akhirnya juga ikut meletakkan komen di salah satu Tweet nya menggunakan akun samaran ku.
"Buat konten threesome dong. Pasti laku" lalu ku kirim komen ku tersebut tanpa panjang lebar. Jantung ku berdegup begitu kencang menyadari apa yang baru saja kulakukan. Aku malah mendorong agar istriku berbuat lebih jauh lagi.
Keesokan hari nya ada lagii video baru yang di upload dan begitu dia pergi aku mulai lagi maraton menonton video nya. Aku benar benar menikmati video koleksi yang kumiliki. Entah berapa banyak sudah video tina dengan pak Omar. Sampai ketika siang hari setelah aku puas menonton tapi belum juga ngecrot, entah kenapa muncul sebuah ide dalam pikiran ku. Aku penasaran tina sedang apa sekarang. Jadi kutelpon dia.
"Halo ma"
"Ee..eh halo pa. Tumben nelpon"
"Ee.... Iya ma. Bosen dirumah baru beres semua kerjaan hehe" ucap ku tapi telinga ku berusaha meneliti suara yang terdengar dari sana
"Oo... t-tapi kan aakkuu lagi kerjaaa pa sshhh hhh" terdengar tina terbata bata ngomong nya
"Iya kan kalo jaga anak doang sekali sekali ga ganggu. "
"Mmm.....sshhh i-yiya sih mmmhh papa udah makan? Ngeeuuughhh"
"Udah ma. Mama ?"
"Ssshhh...ini lagi makan...mmhh ssshhh hahhh"
"Kok suara nya gitu?"
"E-eehhh i-iya pa kan makan nya ag-agak pedddeesshhh" ucap nya lagi
Aku tahu dia sedang tidak makan. Penis ku benar benar tegang maksimal mendengar itu. Dan akhirnya setelah beberapa pertanyaan terakhir sambil mendengar jawaban jawaban nya yang diikuti desahan dan erangan membuat ku mendapatkan puncak juga. Dan crot crot crot crot crot banyak sekali pejuh ku muncrat ke lantai, untung nya tidak terkena sofa tempat aku duduk. Akhirnya ku sudahi telepon itu.Keesokan hari nya, sebuah video lagi dari onlyfans tina yang muncul. Aku menikmati lagi video yang baru saja di upload nya dan betapa kaget nya aku, ternyata video ini adalah video ketika aku kemarin sedang nelepon karena ditengah tengah video tampak Tina yang mengangkat telepon.
"Suami ku pak. Gimana, dia nelpon?"
"Udah angkat aja. Biar saya pelanin dikit" ucap pak Omar meyakinkan tina____________
CERITA INI SUDAH TERSEDIA VERSI FULL NYA DI karyakarsa.com/clementid
(Bisa langsung kunjungi karyakarsa.com lalu login atau daftar pake akun google, lalu search @clementid di sana. Akan muncul profil author lengkap dengan seluruh karya disana)
Dapat full pdf ratusan halaman (ada 2 jenis, dengan tambahan gambar atau hanya teks saja sesuai kebutuhan) + dapat koleksi video yang dikurasi khusus oleh tim project clementid.
JANGAN LUPA VOTE YA!
KAMU SEDANG MEMBACA
39. ISTRIKU DAN MAJIKANNYA
Fantasy[NTR NTR NTR] Kisah bagaimana Deni dengan segala keegoisannya yang merasa sebagai kepala keluarga, istri tidak boleh bekerja meskipun sebenarnya istrinya, Tina tidak pernah merasa keberatan jika ikut bekerja membantu perekonomian keluarga mereka...