1

11 1 0
                                    

Pagi itu benar-benar menjadi pagi yang nggak bisa aku lupakan sampai detik ini. Pagi dimana awal mula aku dan Anggara bertemu.

"Ca, ada yang minta nomer kamu, kasih nggak?" tanya Kak Fad, kakak kelasku.

"Siapa kak?"

"Tuh orangnya, aku kasih ya!" Kak Fad menunjuk salah seorang lelaki di ujung panggung, dan berlalu sebelum aku menjawab.

Kali pertama bagiku, bisa bersama dengan lelaki yang romantis nya kebangetan!

Ya! Pada saat itu, Anggara menjadi lelaki yang di impikan banyak kaum hawa karena sifat romantis nya.

Wait, kita belum kenalan kan?

Kenalin, aku Caca Septia Ningrum, anak pertama dari dua bersaudara dan suka Matcha. Aku ingin cerita tentang bagaimana aku bisa jatuh cinta dengan Kakak kelas ku, yang sebelum nya, kalau bukan karena kak Fad, aku nggak akan kenal dia.

Cerita ini udah terjadi cukup lama, tepatnya dua belas tahun yang lalu. Bukan bermaksud nostalgia, tapi karena ini perjalanan cinta terlama sepanjang hidup ku, aku cuma mau ini menjadi salah satu cerita yang bisa di baca kembali untuk jadi pelajaran kedepan nya.

Kamu penasaran? Yuk lanjut baca!

*

Dia sudah tidak memiliki tempat di hati.

Pagi ini, pagi dimana seluruh murid di sekolah ku datang untuk memeriahkan acara Pentas Seni yang sudah lama di nantikan. Aku juga ikut datang untuk meramaikan. Saat itu aku berdiri di samping panggung bersama teman yang lain.

Tidak lama, setelah beberapa orang tampil, Kak Fad datang menghampiri ku, "Ca, ada yang minta nomer kamu,"

Aku penasaran siapa yang minta nomerku? "Siapa kak?"

"Itu, temen kakak di ujung sana, namanya Anggara, kakak kasih ya!" ucap nya sambil berlalu.

"Eh kak! Tunggu!"

Ya, Ka Fad mengabaikan ku. Selesai acara, aku berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang, dan aku bertemu Kak Fad lagi,

"Ciee jadi sama kucing!"

Apa maksudnya?

"Maksud Kakak apa?"

"Udah, nanti juga kamu tau."

Sampai dirumah, aku menjatuhkan badan ku ke tempat tidur. Rasanya lelah sekali, padahal cuma duduk dan melihat-lihat haha.

*Drrrtt

Ponsel ku berbunyi, ada pesan masuk yang nomernya tidak ada di list kontak ku.

"Hai, ini Anggara. Temennya Fad yang minta nomer kamu tadi."

Begitu isi pesan nya, aku langsung terduduk karena kaget. Tapi kalau di fikir-fikir, Anggara nggak Gentle ya, masa nggak berani minta nomer langsung ke aku, haha!

"Oh kamu, ada apa?"

"Cuma mau kenalan sama kamu, boleh nggak?" tanya nya.

"Boleh, salam kenal ya."

Semenjak itu, aku sering berbalas pesan dengan Anggara, berjalan lancar sampai tiga bulan lamanya. Tapi jujur, ketika itu aku juga dekat dengan yang lain, namun, Anggara pemenangnya.

Tiga bulan berlalu, Anggara mengajak ku untuk menjalin hubungan. Aku menerimanya dan kami pacaran. Ya aku tau kalau pacaran itu haram, tapi dulu di jaman aku masih sekolah, hal seperti itu lumrah bukan? Bahkan sampai sekarang.

Hubungan ku dengan Anggara bahagia seperti pasangan pada umumnya. Aku bahagia, mungkin begitu juga dengan Anggara. Namun, banyak sekali ku dengar bahwa Anggara memang romantis ke semua perempuan. Aku tidak tau, hubungan ku dengan Anggara hanya pelampiasan atau benar cinta. Begitu pun, kami masih dipertemukan Tuhan selama 6 tahun lamanya, ya walaupun nggak terus bersama, suka putus nyambung.

"Ntar malem Anggara kerumah kamu ya?"

"Iya."

"Mau di bawain apa?"

"Terserah kamu aja."

Anggara itu tipe lelaki yang nggak suka menyebut dirinya aku dan marah kalau aku menyebut diri ku 'aku'. Ngerti nggak? Selama pacaran, kami selalu menyebutkan nama masing-masing untuk panggilan. Kalau aku bilang begini 'Aku mau makan bentar ya' dia langsung marah dan bilang 'kok aku-aku sih!?'. Ya, se kesal itu dia, lucu ya.

Sampai di rumah ku, kami duduk di teras rumah dan dia mengeluarkan es krim juga cokelat dari kantong plastik. Salah satu sifat romantis Anggara adalah; setiap apelin aku, selalu bawa Es Krim!

Seperti sudah menjadi kewajiban buat makan Es Krim bareng kalau ketemu.

"Nih, Anggara bawain Es Krim sama Cokelat, satu buat kamu, satu buat Anggara."

Perlakuan Anggara yang seperti itu saja, bisa membuat ku benar-benar bahagia. Kami makan es krim, saling tatap dan tersipu malu.

Aku nggak tahu, apa yang membuat aku sebegitu cinta dengannya, kenapa aku bisa kembali berulang kali dengan perasaan yang sama dalam keadaan yang berbeda. Begitu ya memang, cinta itu buta.

KISAH UNTUK ANGGARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang