Waktu terus berjalan, aku mengikuti arus yang deras dengan bebatuan tajam. Ketika tenang, aku tersadar bahwa semua hanya sesaat.
Ini bulan ke tiga aku menjalin hubungan dengan Dewa. Kalian tahu? Dia semakin mencintai ku, dan aku semakin ingin menjauh dari nya.
"Wa, ada yang mau aku omongin. Bisa ngobrol bentar nggak?"
"Mau bicarain soal apa?" tanyanya lembut.
Aku menarik tangannya dan duduk di bangku paling belakang di kelas.
"Aku mau minta maaf."
"Kenapa minta maaf? Kan nggak ada salah."
Aku sempat menangis waktu itu, bagaimana bisa aku menyakiti malaikat seperti Dewa? Ah Tuhan, maafkan Caca.
...
"Hey, kenapa?"
...
"Caca ada masalah? Cerita aja ke Dewa."
Dengan berat hati aku harus bilang ini, "Aku mau kita udahan, Wa."
"Aku ada buat salah? Kok minta udahan?" tanya Dewa kaget.
"Enggak enggak, kamu baik banget sama aku. Tapi Wa, sampai sekarang-pun aku masih ke inget sama Anggara,"
"Aku nggak mau nyakitin kamu lebih dari ini." ucapku dengan nada pelan.
Dewa diam menatapku dengan mata berbinar lalu tersenyum, "Ca, kalau kamu masih cinta sama dia, aku nggak apa-apa,"
"Kalau itu bisa buat kamu bahagia, nggak apa-apa."
"Aku ikhlas, Ca. Tapi, kalau kamu di sakiti lagi, aku masih ada buat kamu, dan akan selalu ada." ucap Dewa dengan senyuman.
Baik sekali ya si Dewa, hatinya entah terbuat dari apa.
Setelah mendapatkan Dewa untuk menggantikan Anggara, kenapa aku masih tetap memilih Anggara yang jelas-jelas mengkhianati? Aku juga tidak tahu jawabannya.
Seminggu setelah aku putus, Anggara pun putus dengan Bella. Kami dekat kembali, tapi bukan sebagai sepasang, melainkan hanya teman. Waktu itu, aku sudah mau lulus-lulusan.
"Maafin Anggara."
Itu yang dia katakan setelah bertemu kembali dengan ku.
Aku cukup luluh dan menerima nya kembali dengan perasaan ragu. Ragu, mungkin saja Anggara akan kembali dengan Bella atau yang lain? Tapi saat itu, aku hanya berusaha bahagia kembali dengan Anggara. Tidak ingin memikirkan hal lain.
Hari-hari berjalan baik, namun perasaan ku juga tidak karuan. Aku bingung harus bagaimana. Bingung kenapa bisa menerima Anggara kembali. Tapi, sejujurnya memang itu yang aku inginkan, kembali dengan nya. Tapi, sulit rasanya untuk bisa kembali dengan perasaan seperti dulu.
Kalau dulu aku dan dia menjauh hanya karena kesalahpahaman biasa, namun terakhir kali, adalah karena adanya hati yang lain.
Anggara bersikap seperti biasa, dengan sifat romantis nya yang selalu membuat ku luluh.
"Ntar, kita pulang bareng ya, Anggara latihan hari ini."
"Masih latihan?"
"Masih sayang."
Buaya.
"Ya udah. Aku tunggu kamu ntar."
"Kok aku-aku sih?"
"Nggak apa-apa."
Sulit rasanya.
"Anggara tau mungkin kamu masih kecewa, tapi anggara janji ga akan ulangi lagi."
Apa bisa di percaya?
Apa omongan nya barusan bisa di pegang?
"Iya."
Mungkin kita nggak perlu memaksakan perasaan yang ada. Satu sisi aku masih ingin bersama nya, namun di sisi lain aku sangat membenci nya. Bukannya tidak boleh ada tempat lagi untuk seorang penghianat?
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH UNTUK ANGGARA (TAMAT)
Short StoryIni cerita tentang Caca yang ingin mengingat kembali kisah asmaranya dengan Anggara yang sudah lama sekali. Karena bagi Caca, segala kenangan harus di abadikan dengan sebaik mungkin, untuk di ingat sebagai pelajaran.