20

1.1K 37 8
                                    

Rembowruby

— don't copy paste anything from here —


"Ketika aku memilih bertahan artinya aku siap dengan segala resiko"

***

"bisa bisa bisa!" vici menurunkan kartunya dan langsung menggebrak meja.

"Hahahaha.."

"diam!"

"Kau kalah" ucap vici menunjuk hiara. Kemudian suaranya tidak terdengar lagi. Hiara menoleh saat mendapati vici menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Kau tidur?" Tanya hiara dengan suara pelan dan santai sembari meminum anggur merah di depannya. Dia sudah sangat mabuk sama halnya dengan vici untuk itu mereka memesan tempat khusus untuk mereka berdua.

"Tidak!" Vici langsung membangunkan tubuhnya dan menyambar botol minuman keras itu kemudian memeluknya.

"Hartaku.." ucap vici sembari mencium bertubi botol itu.

"Aku akan mengantarmu pulang" ucap hiara sempoyongan menarik tangan vici.

"Pulang ke neraka?"

"Pulang ke rumahmu sialan"

"Kita akan mati jika pulang keadaan seperti ini"

"Ah benar" hiara mendesah kecewa dia kemudian membanting dirinya ke samping vici.

"Aku ingin tidur" ucap vici.

"Kita memesan tempat" ucap hiara bersusah payah mengendalikan diri agar fokus melihat ponselnya. Dia hanya bisa mengandalkan diri jika mengandalkan vici sama saja dengan bohong.

Susah payah akhirnya hiara memilih menghubungi bawahannya. "Han datanglah ke Elti tempat biasa. Aku bersama temanku jika aku tida-k lagi sadar tolong-" ucapan hiara terpotong saat wanita itu menutup mata dan benar-benar terlahap.

Sama hal dengan vici yang kini meringkuk di atas sofa dan merasakan hawa dingin yang menjalar di tubuhnya. Merasakan kedinginan membuat Vici bergerak gelisah, berusaha mencari kehangatan. Hingga akhirnya benda hangat yang ingin dia rasakan kini bersemayam di atas tubuhnya. Membungkus tubuh ramping itu.

"Aku menemukanmu" ucap sosok itu sebelum beralih mengangkat tubuh vici ke dalam gendongannya. Saat hendak keluar dia berpapasan dengan sosok pria lain yang tidak asing.

"Mengejutkan melihat mu disini tuan haciko" ucap pria itu sembari melirik wanita yang ada di dalam gendongan haciko. Melihat itu haciko otomatis mengangkat punggung vici agar tidak terlihat.

"Mengejutkan juga melihat tuan sadam berada disini" balas haciko tersenyum. Sadam tersenyum tipis kemudian masuk ke dalam. Sama halnya dengan haciko dia juga mengambil sosok wanita di dalam.

"Cukup merepotkan mengurus wanita seperti ini di tengah kesibukan" ucapan sadam membuat langkah haciko terhenti. Tanpa menoleh kekehan remeh haciko menghiasi wajahnya.

"Wanita remeh itulah yang membuatmu membatalkan pertemuan kita malam ini. Aku bersyukur setidaknya aku mendapatkan kesempatan untuk membawanya pulang" Ucapan haciko tidak mengentikan gerakan sadam membawa hiara masuk ke dalam gendongannya.

"Kau terlalu melebihkan suatu hal"

"Oh ya?" Kini haciko berbalik arah dan menatap sadam dengan remeh. Masih mempertahankan untuk tidak memperlihatkan wajah vici.

"Bercerminlah haciko. Aku bukan orang bodoh yang tidak tau siapa yang sedang berada dalam gendonganmu itu"

"Jika tau lebih baik kau tutup mulut. Aku berkali-kali lebih baik dari kau yang terus membodohi diri dengan menyakiti wanita yang kau cintai"

Don't Say (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang