>>>>
Disini lah mereka berdua, di rumah Halilintar. Sang ketua memutuskan untuk membawa Thorn walaupun Thorn sangat takut bagaimana nasibnya nanti jika dirinya pulang. Wajahnya sedari tadi tampak khawatir dan Halilintar menyadari itu.
"Gak usah khawatir, Thorn. Gue udah minta tolong ke Ying buat bilangin ke bokap lo kalau lo ada sama gue lewat Ayahnya Ying." Halilintar menepuk pundak Thorn seakan menenangkan laki-laki yang sudah sangat khawatir sedari tadi.
Thorn bernafas lega, "makasih ya, Lin." Senyum pun terbit di bibir Thorn. Ah dia memang bahagia bertemu teman-temannya.
"Lagipula lo udah gue suruh tinggal di rumah gue, kenapa nolak?" Apa yang Halilintar katakan memang benar, bahkan Halilintar sendiri memaksa Thorn agar pindah ke rumahnya tapi Thorn menolaknya.
Thorn tersenyum yang Halilintar tau itu bukan senyum biasa melainkan senyum palsu dan penuh luka. "Aku gak apa-apa, Alin. Kalau aku udah siap aku bakal tinggal di rumah kamu kok, Lin."
Halilintar menarik nafas panjang. Sebenarnya Halilintar sendiri tidak tega dengan Thorn apalagi saat mendengar Solar bercerita tentang Thorn yang selalu di pukuli oleh Papanya sendiri. Thorn sangat menutup diri dengan keceriaannya dan membiarkan orang menilai bahwa dirinya sedang baik-baik saja, padahal nyatanya tidak.
"Kalau lo butuh tempat cerita lo bisa cerita ke gue. Jangan tutupin luka lo sedangkan lo punya keluarga," jelas Halilintar. Tidak ingin memaksa hanya berusaha membuat Thorn terbuka dengan yang lain tentang masalahnya.
"Aku masih coba, Lin. Walaupun memang susah buat terbuka sama orang." Thorn menunduk, matanya memanas menahan air mata yang hendak jatuh.
Halilintar tak tinggal diam, tangannya naik dan segera memeluk anggota paling bungsunya itu. Halilintar tau bahwa Thorn memang sedang butuh pelukan dan rangkulan dari seseorang.
"Gue gak maksa kok Thorn, lagipula lo juga butuh waktu buat cerita ke semua orang ataupun gue." Ucapan Halilintar berhasil menenangkan Thorn.
Malam pun tiba. Halilintar sudah siap dengan celana pendek berwarna cream dan kaos hitam polosnya. Langkah nya menuju ke kamar sebelah yang disana ada Thorn guna untuk memanggilnya makan malam.
Selang beberapa waktu, Thorn dan Halilintar turun untuk makan malam. Kamar mereka memang berada di lantai dua maka dari itu mereka harus menuruni tangga untuk sampai ke ruang makan.
Hening. Tidak ada yang berbicara di atas meja makan yang luas tapi hanya di isi oleh dua orang saja, mungkin hanya sekedar tatap menatap dan tersenyum hingga makan malam selesai.
Jika kalian bertanya, dimana orang tua Halilintar? Jawabannya orang tua Halilintar sedang sibuk bekerja di luar negri dan sangat jarang untuk pulang ke rumah. Halilintar hanya di bekali orang tuanya dengan kemewahan, lihat saja rumahnya yang memiliki tiga lantai dan beberapa mobil mewah yang berada di garasi. Tapi Halilintar sangat jarang memakai mobil.
Malam yang tenang di rumah Halilintar sangat berbeda dengan rumah Gempa yang saat ini kedatangan sang pengacau. Siapa lagi kalau bukan Blaze, Solar, Taufan dan juga Ice.
Blaze memainkan game online dengan suara yang bisa di bilang, berisik. Mereka sekarang berada di kamar Gempa untuk sekedar bertamu karena terlalu bosan berada di Markas.
"WEY! LO BISA MAIN GAK SI ANJJ!"
"KANAN TUH KANAN!"
"GOBLOK BANGET ANJING, BISA MAIN GAK SIH WEY!"Begitulah kira-kira makian Blaze yang sering Ia lontarkan tatkala bermain game online. Jujur saja jika bukan temanya Gempa sudah mengusirnya sedari tadi tapi Gempa masih punya hati terlebih lagi Blaze sudah Ia anggap sebagai keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALSVION |•The Family Gang•|
De TodoBerawal dari sebuah rencana liburan yang sudah di rencanakan oleh sebuah Gang motor bernama Galsvion. Mereka harus menghadapi sebuah bahaya yang tiba-tiba saja muncul saat berlibur disebuah Villa mewah yang terletak di puncak. Ikuti kisah misterius...