Enjoy!
>>>>>
Walaupun keadaan saat ini sangat menyeramkan bagi mereka para remaja itu mencoba bertahan dengan tenang. Bohong jika mereka tidak ketakutan justru hal seperti ini baru membuat mereka tidak bisa tidur hingga sekarang, sudah pukul setengah tiga pagi. Suara orang berlarian itu sudah hilang serta suara tawa mirip teman-teman mereka pun ikut lenyap.Di kamar bernuansa klasik seorang pemuda duduk di atas ranjang dengan pikirannya yang berkelana. Halilintar, saat ini tengah menahan diri agar tidak membuka gawai nya tepatnya tidak ingin lagi membalas pesan dari teman-temannya. Bukannya Halilintar mengabaikan, tapi ini lebih baik daripada menjawab pertanyaan teman-temannya yang nantinya akan membuat mereka semakin ketakutan.
Karena merasa bosan, Halilintar kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang bersama dengan Gempa. Baru saja menutup matanya untuk memaksakan terlelap Halilintar di kejutkan oleh Gempa dan Taufan yang tiba-tiba saja bangun secara bersamaan dengan keadaan tubuh mereka berkeringat hingga ke wajah nafas ngos-ngosan bak di kejar anjing.
Halilintar yang sangat terkejut itu kemudian kembali bangun dari posisi rebahannya dan menatap Gempa dengan penuh tanya. Raut wajah khawatir kembali terlihat di wajah tampan tapi sangar milik Halilintar.
"Kenapa?" tanya Halilintar pada kedua insan di kamarnya.
Bahkan Fang yang sedang sibuk bermain game itu pun menoleh ke arah mereka bertiga dengan wajah sedikit kaget, bahkan matanya sedikit melebar melihat keadaan Gempa dan Taufan yang sudah di guyur keringat padahal suasana dalam kamar itu sedang dingin karena ada AC.
"Kalian kenapa?" tanya Fang menyimpan benda pipih miliknya di lantai dan beranjak menuju ke ranjang Taufan.
Gempa dan Taufan belum menjawab. Nafas mereka pun belum normal masih seperti di kejar anjing, mata keduanya menatap ke depan, Halilintar melihat ada sedikit terpancar kepanikan dari mata keduanya.
Fang kemudian mengambil air yang ada di botolnya. Untungnya sebelum mereka masuk ke kamar, Halilintar sudah berpesan agar mengambil air putih dari Dapur sebelum ke kamar siapa tau nanti akan ada yang haus dan takut untuk ke dapur. Mungkin ini maksud perkataan tak di sengaja yang di ucapkan Halilintar.
Setelah meneguk habis segelas air putih yang di berikan Fang pada keduanya. Gempa dan Taufan menoleh ke arah Halilintar dengan raut wajah panik, hal itu tentu saja membuat Halilintar ikut panik hanya dari ekspresi keduanya.
"Solar, Lin!" Walaupun nafas keduanya belum normal, Gempa mencoba menjelaskan.
"Apa? Solar kenapa?" tanya Halilintar, Fang ikut menatap serius ke arah Gempa sama halnya dengan Halilintar.
"Jangan biarin Solar jalan sendiri! Dia dalam bahaya. Penghuni Villa ini pengen Solar celaka!" jelas Gempa membuat ketiganya mengernyit bingung.
Jika Fang dan Halilintar mengernyit bingung karena tidak tau apa maksud Gempa. Tapi berbeda dengan Taufan, Ia bingung kenapa mimpi buruknya sama dengan Gempa. Memimpikan Solar dan juga Thorn.
"Lo mimpiin Solar sama Thorn?" tanya Taufan yang tertuju pada Gempa.
Gempa mengangguk mengiyakan.
"Kenapa bisa kita mimpi yang sama?" Gempa terdiam sama halnya dengan Fang. Mereka juga bingung kenapa bisa seperti itu.
"Lo mimpi apa?" tanya Taufan lagi.
Gempa pun menceritakan mimpinya se detail mungkin. Mulai dari dirinya bermimpi berniat ke dapur untuk mengambil air putih tapi saat menuruni tangga dan sampai ke lantai satu Gempa tercengang melihat seorang perempuan yang duduk di kursi sofa ruang depan, tempat mereka duduk sebelumnya.
Pov, Mimpi Gempa.
Langkah Gempa terhenti saat melihat sosok perempuan itu. Perempuan itu begitu cantik, rambut hitam yang terurai indah serta kulit putih yang begitu bersih. Gadis itu tersenyum ke arah Gempa dengan senyum yang begitu cantik, baru kali ini Gempa melihat senyuman seperti itu. Anehnya, di tangan kanan perempuan itu ada sebuah gelas yang di bawa oleh Ais untuk menyembuhkan Thorn saat kerasukan tadi malam.
Di mimpi Gempa pun ruangan depan Villa itu tidak ada yang berubah semuanya sama persis dengan apa yang ada di mimpinya. Tujuan Gempa yang tadinya hendak ke dapur pun ter-urungkan. Gempa melangkah pada perempuan yang sedang duduk di kursi sofa, Gempa sama sekali tidak menaruh curiga di benaknya bahkan pertanyaan 'sedang apa dia disini' pun tidak ada.
Langkahnya begitu ringan bahkan Gempa membalas sebuah senyuman cantik yang berasal dari perempuan di hadapannya itu. Jarak keduanya semakin dekat hanya tinggal beberapa langkah saja tetapi Gempa langsung menghentikan langkahnya, beberapa detik kemudian mulutnya ternganga menatap apa yang di pegang oleh gadis itu.
Sebuah foto yang sangat tidak asing baginya. Foto itu adalah wajah Solar dan Thorn yang sudah di tusuk tusuk wajahnya dengan paku, bukan hanya itu setetes demi setetes darah segar mengalir dari foto itu tepatnya di bagian yang terkena tusukan paku.
Tubuh Gempa kemudian menegang, tatapannya beralih pada seorang perempuan yang Ia sendiri tidak mengenalnya. Ternyata gadis itu juga sedang menatapnya tajam, berbeda dengan tatapan yang sebelumnya yang gadis itu tunjukan. Wajah gadis itu menjadi datar dan dingin, sebuah mata tajam seperti ingin membunuh itu tertuju tepat pada Gempa yang sedang menegang di tempat.
Gadis itu berdiri dengan tangan yang masih setia menggenggam sebuah gelas kaca dan dua foto wajah Solar dan juga Thorn yang entah kenapa darah dari foto itu tidak habis dan masih terus menetes.
"Mereka berdua berhutang nyawa padaku! Akan ku pastikan, keduanya tidak akan bisa keluar dari Villa ini! Haha... " Suara tawa yang begitu kencang hingga memenuhi ruangan itu.
Kaki Gempa mundur beberapa langkah ke belakang, mendengar dia tertawa saja sudah merinding.
"Jika kalian ikut campur, maka jangan salahkan aku untuk ikut menghancurkan hidupmu!" sambung gadis itu, wajah yang tadinya cantik putih bersih kini sekarang mengelupas dengan sendirinya.
"HAHAHA... "
PRANK!
Lagi-lagi Gempa tersentak kaget saat mendapati gelas yang di pegang gadis itu melayang dan terhempas di dinding hingga pecah dan menimbulkan dentuman mendengungkan telinga Gempa. Suara dentuman gelas yang sengaja di lemparkan gadis itu ke dinding membuatnya tersadar dan terbangun dari mimpinya dengan perasaan campur aduk, panik, takut akan ada hal yang terjadi pada teman-temannya nanti.
End...
Wajah Taufan tampak bingung menanggapi cerita Gempa tentang mimpinya. "Mimpi lo sama persis sama gue, Gem!"
"Kok bisa si?" Sekarang bukan hanya Gempa yang kebingungan, Halilintar dan jug Fang ikut kebingungan.
"Ini pasti ada kaitannya sama kejadian aneh yang kita alamin sebelumnya, Lin!" ucap Fang.
Ke empat remaja itu mencoba menerka apa saja yang mereka alami dari awal datang ke sini. Mereka sama sekali tidak terpikirkan akan jadi seperti ini nantinya, padahal yang mereka inginkan hanyalah sebuah kesenangan bersama teman-teman mereka.
.
.
.
>>>>Note: Sorry episode kali ini pendek banget soalnya lagi sibuk. Tapi nanti bakal di usahain update cepat, ya. Btw jangan lupa vote ceritanya jangan sider yaa cantikkk>< cuz, i m butuh support:)
Luvvyu<3
KAMU SEDANG MEMBACA
GALSVION |•The Family Gang•|
De TodoBerawal dari sebuah rencana liburan yang sudah di rencanakan oleh sebuah Gang motor bernama Galsvion. Mereka harus menghadapi sebuah bahaya yang tiba-tiba saja muncul saat berlibur disebuah Villa mewah yang terletak di puncak. Ikuti kisah misterius...