1 tahun kemudian, kini menginjak kelulusan Naya di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Naya mengingatkan janjinya dulu kepada sang Ayah, tentu saja sang Ayah masih ingat dan ia sudah janji akan mengizinkannya.
Naya memutuskan untuk berangkat kurang lebih 1 minggu ini lamanya agar ia bisa menghabiskan sisa waktu bersama keluarganya.
Hingga ia harus benar-benar berpisah dengan keluarganya sampai kurang lebih 3 tahun lamanya.1 minggu telah terlewatkan dimana Naya harus pergi berangkat menuju Paris untuk melanjutkan sekolahnya.
Muka termenung Naya sembari membaringkan tubuhnya dikasur empuk miliknya mengamati setiap sudut langit-langit kamarnya.
Ia sangat amat sedih karena ia harus berpisah dengan keluarganya, Naya terus melamun akan kepergiannya ke Paris."Pasti Naya akan kesepian karena gak ada sahabatnya dan juga kakaknya yang selalu menjahilinya, Ibunya yang selalu memarahi, mengingatkan untuk makan dan juga sang Ayah yang selalu melarang Naya akan hal ini itu yang menurutnya nyleneh" Ucap Naya dalam lamunannya.
Sang kakak mengamati adeknya yang kini sedang termenung sedih sembari melamun ia tau apa yang sedang adeknya pikirkan, ia berjalan menuju adeknya berada.
Naya yang belum sadar akan kedatangan kakaknya menghampirinya hanya menatap langit-langit kamarnya.
"Dek" Panggil sang kakak agar menggugah Naya dari lamunannya.Sontak Naya kaget, ia segera mengangkat tubuhnya lalu mengambil posisi duduk di samping kakaknya.
"Iya bang" Ucapnya lesu.
"Abang tau apa yang adek pikirkan" Ucapnya, tanpa mengalihkan pandangannya kepada Naya.
"Iya bang" Naya menunduk lesu, menahan isakan seakan ia akan menangis.Sang kakak memeluknya erat guna menyalurkan ketenangan untuk Naya.
"Abang yakin, Naya bisa sukses nantinya bisa meraih mimpi Naya, juga membahagiakan kedua tua" Ucap sang kakak untuk menenangkan Naya agar lebih baik.
"Iya bang, Naya usahain, do'ain Naya yang terbaik ya" Naya memeluk erat sang kakakIa menangis karena pasti akan rindu berat dengan sang kakak juga kedua orang tuanya.
"Udah gausah nangis, adek abang kok cengeng jelek tau" Ketus sang kakak.
"Ehmm, apaan si bang" Ucapnya sembari melepaskan pelukannya dari sang kakak.Naya menghapus air matanya yang mengalir di pipi lembutnya. Ia menarik nafas panjang seakan mengatur dirinya agar lebih baik.
"Yaudah yuk turun, papah udah nungguin" Pinta sang kakak.Naya hanya mengangguk. Ia mengambil kopernya tas, juga ponselnya. Mereka beranjak turun menemui kedua orang tuanya.
"Udah siap sayang? " Ucap sang Ayah, Naya mengangguk lesu.
"Udah gapapa, kamu belajar yang rajin ya biar bisa kaya abang kamu" Ucap sang ibu.Naya hanya mengangguk. Sang ibu menghampiri Naya, ia memeluk Naya dengan erat begitu juga sebaliknya dengan Naya.
"Mamah yakin, Naya pasti bisa jaga diri baik-baik ya sayang mamah do'ain yang terbaik buat Naya"
Ucapnya.Sang ibu membenarkan helaian anak rambut Naya yang agak berantakan, lalu mencium keningnya.
Sang ibu terus-terusan memeluk erat sang Naya, karena pasti ia sangat sedih jika harus berpisah dengan anaknya apalagi 3 tahun.
"Ayo, kita berangkat keburu telat nanti" Pinta sang ayah. Ia menghampiri Naya memeluknya juga mencium kening Naya.
"Belajar yang rajin ya anak papah" Ucapnya memberi semangat kepada Naya. Sang empu hanya mengangguk. Mereka berangkat menuju Bandara.
Sesampainya dibandara, sang ibu menangis karena harus berpisah dengan anak perempuannya.Naya berjalan menuju pesawat lalu menoleh kebelakang guna melihat keluarganya untuk terakhir kali sebelum ia berangkat ke Paris.
Naya berlari menuju sang ibu, ia memeluknya erat, begitu sebaliknya dengan sang ibu.Serasa waktunya cukup, Naya pun perlahan melepaskan pelukannya, ia beranjak pergi untuk menaiki pesawatnya.
Setelah semua penumpang menaiki pesawat, pesawat itu laju lepas landas. Keluarga Naya hanya melihatnya sampai pesawat itu menghilang tak terlihat.