1 minggu kemudian, Naya tengah berada di depan cermin meja rias nya.
Ia mengamati setiap penampilan di wajah juga tubuhnya. Kali ini ia sudah tampil cantik menurutnya.
"Udah cantik aja mau kemana sih" Tanyanya.
"Mau kumpul sama sahabat aku boleh gak" Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya.
Evan menghampirinya, ia memeluk tubuh ramping Naya dari belakang.Mendapat perlakuan itupun Naya hanya bisa tersenyum karena baginya adalah suatu kenyamanan.
"Boleh, jangan jauh-jauh ya makin kangen" Pipi Naya semakin memerah mendengar perkataan tersebut.
"Iya, manja ih" Cibirnya.
"Biarin" Sambil mendusel-dusel di bahu Naya.
"Dasar" Ketus Naya."Yaudah, aku pergi dulu ya. Oh iya aku udah siapin sarapan buat kamu tuh, dimakan ya" Jelasnya.
"Males" Balasnya.
"Oh gitu" Kesalnya sembari mencubit perut Evan.
"Ahh sakit tau" Rintihnya.
"Salah siapa jailin aku" Dengusnya.
"Emang mau jailin siapa lagi kalau bukan kamu" Ucap Evan berbisik.
"Aku pergi" Selanya.
Naya pun beranjak pergi meninggalkan Evan seorang diri, Evan hanya tersenyum menanggapinya.
*****
Akhirnya mereka pun berkumpul di restauran favorit mereka dulu hingga sekarang tentunya. Mereka menikmati sajian makanan disana.
Menyantapnya dengan sedikit berbincang-bincang, canda ria saling mereka lontarkan.
Mereka asik bertukar cerita mengenai keluh kesah mereka juga pengalaman mereka terdahulu.Hingga kini waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, saatnya mereka pulang. Ya mereka sudah menghabiskan waktu 4 jam untuk berkumpul bersama.
Satu persatu dari mereka akhirnya berpamitan undur diri juga diikuti oleh Naya. Sesampainya Naya dirumah ia segera membaringkan tubuhnya dikasur empuknya itu.
Naya di tinggal sendirian karena Evan tadi ijin untuk menjenguk ibunya dirumah sakit juga ada urusan bersama teman-temannya.
Naya beranjak bangun, ia segera menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya. Setelah selesai ia menuju dapur guna membuat coklat panas untuknya lalu dibawanya kekamar.
Kini sudah menunjukkan pukul 7 malam, ia khawatir karena sedari tadi Evan tak kunjung pulang bahkan mengabarinya.Ia menelponnya berulang kali namun, nihil tak satupun terjawab olehnya, pesannya juga ceklis satu menandakan ia tak mengenakan HP kali ini.
Tiba-tiba suara deruman motor terdengar, Naya berlari menuju lantai bawah guna menyambut kepulangan sang suaminya.Dan benar saja disana sudah terdapat Evan dengan wajah cerianya. Ia memberikan sebuah buket untuk Naya, tak segan ia pun menerimanya.
"Kenapa gak ngabarin sih aku kan khawatir" Ucapnya cemberut.
"Kangen ya" Ucapnya dengan mengacak-acak rambut Naya.
"Sana mandi ah bau tau" Ledeknya.
"Wangi gini juga" Sembari menciumi setiap sudut badannya
"Udah sana bersih-bersih aku buatin sarapan buat makan malam" Ucapnya.
"Gak usah sayang aku udah makan tadi" Tolaknya.
"Hmm yaudah" Ucap Naya sembari menutup pintu utama rumah tersebut.Evan segera beranjak menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya. Sementara Naya, ia memutuskan untuk menuju kamarnya saja.
Setelah Evan selesai dengan kegiatannya, ia melihat istrinya yang sudah tertidur pulas.
Ia tersenyum tipis lalu mengganti pakaiannya dan menyusul istrinya menuju alam mimpi alhasil tidur.
*****
Setelah 3 minggu lamanya Sarah dirawat dirumah sakit. Kini ia mulai membuka matanya perlahan.
Melihat itupun mata Evan berbinar lalu memanggil dokter guna mengeceknya. Dan ya, kini Sarah telah siuman membuat keluarga Bagas pun tersenyum bahagia mendengarnya.
"Mamah" Panggil Evan.