Chapter 8

8 2 0
                                    

Flashback on

"Hallo"

"Yan, gue udah siap. Lo dimana"

"Ok otw"

Tut

Naya mematikan sambungannya sepihak.

Sekitar 5 menit Naya menunggu, akhirnya Fian pun tiba juga. Ia menghentikan mobilnya didepan rumah Naya.

"Dah dateng aja" Ucapnya.

Naya pun beranjak turun untuk menghampiri Fian dibawah. Sesampainya Naya diruang tengah, ia mendapati kedua orang tuanya disana yang tengah bersantai.

"Mau kemana kok buru-buru" Tanya sang ibu.

"Ee anu mah itu" Ucapnya bingung.

"Mau kemana kamu" Tambah sang ayah.

"Itu pah, mau keluar" Ucapnya.

Tok Tok

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian ketiganya. Sang ayah beranjak untuk segera membukakan pintunya, namun Naya mencegahnya.

"Biar Naya aja" Cegahnya.

"Kenapa?" Tanyanya bingung.

"Pacar kamu" Tambah Liam.

"Ah enggak, itu temen Naya pah" Ucapnya berbohong.

Tapi emang benar sih cuman temen, lagian mereka juga belum jadian. Ya gak???

Sang ayah tidak menggubrisnya, ia beranjak segera guna membukakan pintu itu.

Melihat itupun Naya merasa khawatir jika ayahnya mengetahui semuanya.

Cklek

"Permisi om" Sapanya.

"Ada apa" Singkatnya.

"Nayanya ada" Tanyanya.

"Ada perlu apa kamu sama anak saya" Ucapnya tidak suka.

"Kami mau keluar om" Balasnya.

"Saya tidak mengizinkan, sekarang kamu pergi" Usir Liam.

"T-tapi om, Naya juga sud-"

"Pah" Ucapannya pun terpotong karena Naya yang tiba-tiba saja menghampiri mereka.

"Pergi kamu" Usir Liam.

"Pah Naya mau keluar bentar sama dia boleh ya" Mohon Naya.

"Masuk" Tegas Liam.

"Pah" Panggil Naya.

"Naya, papah bilang masuk sekarang. Dan kamu pergi sekarang juga atau perlu saya panggilkan satpam" Tegasnya.

"Baik saya pergi sekarang" Ucapnya.

Mendengar itupun Naya mencoba untuk mecegah Fian, namun Liam terlebih dahulu mencegahnya. Fian beranjak pergi meninggalkan mereka.

"Masuk" Tegas Liam.

Naya pun memasuki rumahnya dengan, ia berjalan selayaknya orang sedang marah. Melihat itupun sang ibu menatapnya keheranan.

"Naya kamu kenapa" Tanyanya.

Naya jelas tidak menggubrisnya, mukanya yang memerah serta air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

Ia berlari guna menuju kamarnya, tidak memperdulikan sang ibu.

Naya mengunci kamarnya, ia menangis sembari membaringkan tubuhnya dikasur.

"Kenapa papah setidak suka itu sama Fian" Ucapnya.

"Papah tega hiks" Tangisnya.

Liam pun memasuki rumahnya, ia menghampiri istrinya di ruang tengah.

Bukan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang