"Nayanika Putri Liam Clarissa. Usia 23 tahun, lahir pada 16 Oktober 2001" Jelas sang pria.
"Ada yang lain? " Tanya sang pria satunya.
"Dia sudah menikah dengan anak sulung keluarga Bagas, pemilik PT Sinar Garuda terbesar di negara ini" Jelasnya kembali.
"Kirimkan semua identitasnya termasuk suaminya" Pintanya lalu pergi meninggalkan ruang khusus pelacakan informasi.
"Baik tuan" Balasnya.
*****
"Sayang, gak pengen punya baby" Tanya Evan.
"H-hah" Sontak Naya kaget.
"Kenapa?" Tanyanya kembali.
"Enggak" Balasnya sembari geleng-geleng kepala.
"Mau ya" Pintanya.
"Mau apa" Tanyanya polos.
"Bikin baby" Singkatnya.
"Gila ni anak, untung suami gue lo" Umpat Naya dalam hati.
"Bilang aja kalau mau" Ucapnya tanpa memandang arah Naya.
"Apasih aku gak pahm" Ucapnya bohong.
"Aku mau baby" Ucapnya.
Degg
Memang sudah 1 tahun mereka menikah, namun mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Bukan karena mandul atau apa ya, ya karena belum siap aja kali.
"Suami setan" Umpatnya.
"Kenapa diem? " Tanyanya.
"Bukankah itu suatu kewajiban? " Tanya Evan menggoda.
"Ee anu" Naya gugup untuk menjawabnya.
"Sudah kita lakukan saja nanti malam" Ucapnya.
"Nanti malam?" Tanyanya kaget.
"Atau sekarang aja" Balas Evan.
Naya pun melotot tajam arah Evan, ia benar-benar tidak sanggup lagi dengan jantung yang berdebar tak karuan serta rasa takut yang menggebu. Padahal tidak mau dibunuh ya gais.
Evan merangkulkan tangannya dipinggang Naya. Mendapat perlakuan seperti itupun jantung Naya semakin berdebar tak karuan, antara seneng dan gengsi tercampur menjadi satu.
"Aku kerja di kantor papah ku" Jelasnya.
"Kapan" Tanyanya.
"Mulai besok, hari ini aku akan mengecek lokasi apartemen baruku, jadi kau jangan kemana-mana nona. Tetaplah dirumah sampai suamimu ini pulang nanti. Ok" Jelasnya.
"Aku mau pergi" Ucapnya menantang.
"Kau tau akibatnya" Singkatnya.
"Maksudnya?" Tanyanya heran.
"Berani membantah, harus berani terima hukuman" Ucapnya.
"Ishh iya-iya" Balasnya.
"Aku pergi dulu, tetap dirumah ya sayang" Ucapnya sembari mencubit hidung Naya.
Naya hanya mengangguk menanggapinya.
Evan pun melepaskan rangkulannya dipinggang Naya, ia beranjak pergi meninggalkan Naya seorang diri.
Setelah melihat kepergian sang suaminya, Naya pun duduk dikursi meja makan.
"Hukuman? Gak boleh pergi" Gumamnya.
"Yakali" Ucapnya.
Drrtt
DrrttDering ponsel mengalihkan perhatiannya, dengan segera Naya pun mengambil ponselnya laku mengangkatnya.