5

43 10 0
                                    

Lomba untuk bocil-bocil yang diadakan di balai desa oleh pemuda karang taruna berjalan dengan meriah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lomba untuk bocil-bocil yang diadakan di balai desa oleh pemuda karang taruna berjalan dengan meriah. Adanya anggota tambahan membuat suasana jadi bertambah menyenangkan. Gri tersenyum kala mendapati beberapa anak yang saling bercanda di sela lomba menggambar atau kemeriahan di sisi lain dimana diadakan cerdas cermat.

Gri sendiri sedang mengawasi bocah-bocah yang sibuk menggambar juga mewarnai. Sesekali Gri memberikan masukan saat anak-anak itu bingung harus menggambar atau memberi warna apa. Rasanya menyenangkan di kelilingi oleh anak kecil yang sebagian waktunya dihabiskan untuk bersenang-senang dengan cara yang sederhana. Walau hanya sesaat rasanya beban hidup Gri terangkat.

Gri tersenyum lebar saat memperhatikan sekitar yang ramai hingga manik matanya menemukan seseorang yang tak seharusnya. Tak jauh darinya ada Sigra yang sedang bekerja keras meniup balon. Gri memperhatikannya sejenak, melihat bagaimana Sigra memberikan tepukan halus di puncak kepala bocah laki-laki yang dengan senang berlari membawa balon hasil kerja kerasnya.

Tanpa bisa ditahan Gri tersenyum dengan pemandangan itu. Dirinya memang belum terlalu mengenal Sigra, tapi perpaduan antara lelaki itu dengan anak kecil sangat menyenangkan untuk dipandang. Tadinya begitu hingga tak berapa lama kemudian pandangan keduanya bersibobrok.

Senyum Gri seketika luntur, namun di seberang sana Sigra justru mengembang senyumannya yang menawan. Dari jarak keduanya Gri bahkan bisa melihat bagaimana untuk sesaat mata lelaki itu berubah menjadi sepasang bulan sabit yang manis sebelum berlari kecil ke arahnya.

Di tempatnya tak hanya ada dirinya dan bocil-bocil, tapi juga anak kosan dan karang taruna yang lain. Keadaan yang membuat sosok Sigra yang mendekat langsung jadi perhatian. Apa lagi saat Sigra memilih untuk duduk di samping Gri dan langsung tersenyum. Karena begitu bingung dengan apa yang baru saja terjadi Gri hanya bisa mengerjapkan mata beberapa kali tanpa berani melihat ekspresi orang di sekitarnya.

"Kenapa—kenapa lo ada di sini?"

"Karena lo nggak bales chat gue."

Kedua alis Gri bertaut. "What?"

"Prabu bilang lo ada di sini, jadi gue samperin aja lo sekalian. Lo sih, nggak bales chat gue."

Ah ... kini Gri jadi tahu kenapa saat Gri melihat Prabu rasanya seperti mengingat penampilan Sigra. Sederhana namun terlihat amat berbeda. Benar kata Ulya, sekali melihat siapapun akan tahu jika Sigra dan Prabu adalah golongan orang-orang yang mendapat privilege luar biasa lebih dari orangtua mereka. Bukan salah mereka, karena seorang anak tak dapat memilih siapa orangtua mereka. Sebagian anak terlahir beruntung, namun sebagian tidak. Dulu Gri juga termasuk anak yang beruntung dilahirkan dari orangtua yang sempurna walau itu tak bertahan lama.

"Lo ke sini karena itu?"

"Gue kangen juga sama lo. Pingin lihat lo."

Jawaban Sigra itu mengundang dehaman dari beberapa anak kosan dan karang taruna yang ada di sekitar mereka. Bahkan beberapa bocil yang sejak tadi sibuk mewarnai dengan terang-terangan menggoda mereka berdua. Gri jadi salah tingkah dan samar ada semburat merah menghiasi kedua pipinya. Sigra tersenyum simpul menatapnya dan berusaha menahan diri untuk tak membelai pipi itu.

BE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang