26

34 4 0
                                    


Di malam yang belum cukup larut Sigra mengajaknya berjalan kaki di sekeliling desa Angklung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di malam yang belum cukup larut Sigra mengajaknya berjalan kaki di sekeliling desa Angklung. Suasana tampak agak ramai karena ada beberapa kosan di desa ini. Secara tak langsung membuat desa ini ramai dengan minimarket, binatu, fotocopy, ATM, warung makan, dan berbagai hal keperluan mahasiswa.

Keduanya berjalan berdampingan dengan Sigra yang secara posesif melingkarkan lengannya di bahu Gri. Sigra bilang akan mengatakan tentang hal terjadi, namun sudah sepuluh menit mereka berjalan dan Sigra tak mengatakan apa-apa. Dari wajahnya Gri juga tahu jelas jika suasana hati Sigra sedang buruk.

"Mobil kamu beda. Tumben juga kamu pakai sopir." Gri mencoba mengawali pembicaraan sekaligus mencari tahu jawaban untuk rasa penasarannya. Meskipun termasuk dari keluarga yang sangat berada tapi hampir tak pernah Gri mendapati Sigra diantar oleh seorang sopir.

Sigra masih menatap pada sepatu keduanya yang melangkah. "Sengaja, soalnya aku males kalau harus berdua aja sama dia di mobil."

'Dia' yang Sigra maksud pasti teman kencan butanya tadi. Gri tahu wajah murung Sigra pasti ada kaitannya dengan itu, namun Gri tak bisa membaca apakah itu baik atau tidak untuk keduanya.

"Gra, kamu marah sama aku karena nggak bales chat sama telepon. Maaf, tapi aku nggak tahan—"

Sigra menghentikan langkahnya dan untuk kali pertama di hari ini menatap Gri dengan benar. Wajahnya berubah serius lantas menggeleng.

"Aku nggak marah sama kamu Gri dan nggak akan pernah bisa."

"Apa ini ada hubungannya sama blind date kamu tadi?"

"Iya, ada." Sigra mencicit lemah.

"Kamu selalu bilang aku selalu bisa cerita apa aja ke kamu, kan? You can do samething to me."

"But, I don't want to hurt you, Grizzie."

Gri mengangkat tangan dan menepuk lengan Sigra. Apapun yang akan dikatakan Sigra pasti akan menyakitinya, Gri tahu akan hal itu, namun Gri juga tahu Sigra tak pernah berniat untuk melakukannya. Ini karena keduanya berada dalam kondisi yang membuat mereka tak punya pilihan selain ini. Gri juga tak ingin Sigra menyakiti ibunya hanya demi dirinya.

"It's okay, Gra. I can handle it."

"But, I can't."

Gri tertawa untuk mencairkan suasana. "Aku nggak akan nangis cuma karena kamu cerita soal blind date kamu. Jadi cerita, ya."

Gri rasa sedikit kebohongan mengenai perasaannya tak akan masalah.

Walau wajahnya terlihat berat pada akhirnya dengan kaki yang melangkah pelan Sigra menceritakan apa yang terjadi juga apa yang dipikirkannya. Sejujurnya Gri juga tahu, tak mungkin tante Gita akan menyukainya dengan segala perbedaan pendapat yang dimiliki, namun ternyata semuanya tak sesederhana itu.

BE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang