Anna membuka matanya. Ruangan serba putih, dengan bau yang familiar untuk Anna, membuatnya langsung menghela nafas lelah. Penyakit anemia nya membuatnya tak bisa beraktivitas bebas. Sedikit saja kelelahan pasti ia akan langsung pusing, mimisan, bahkan pingsan.
Dan menit kemudian setelah ia membuka matanya, ia sudah mendapatkan omelan dari mamanya.
"Kamu ini! Bikin mama khawatir tau, nggak? Kamu itu harusnya jangan kecapekan! Istirahat yang cukup, belajarnya jangan terlalu diforsir, kegiatan di sekolah juga jangan sering sering! Ngerti?"
Anna hanya mengangguk pasrah dengan segala omelan mamanya.
"Kalau mama bilang, itu didengerin! Jangan malah dicuekin!"
Anna menghela nafas. "Iya, ma... Anna denger... Anna nggak nyuekin mama..."
Teman teman OSIS nya sendiri hanya menahan tawa dari ujung ruangan. Gadis itu langsung memberikan tatapan tajam ke arah teman temannya.
"Jangan natap temen temen kamu kayak gitu! Harusnya kamu bersyukur, punya temen temen yang masih mau bantuin kamu." Omel mamanya.
"Iya, ma..." Sahut Anna pasrah.
Teman temannya hanya mengejeknya dari ujung ruangan, membuatnya ingin sekali membuang mereka ke hutan amazon.
"Udah, ma... Anna lagi sakit, loh..." Ucap Anna memotong omelan dari mamanya.
Mamanya langsung menatapnya tajam. "Siapa suruh kecapekan? Siapa suruh belajarnya terlalu diforsir? Siapa suruh, hah?"
Anna hanya bisa menghela nafas. Mau menjawab apapun, mamanya juga pasti tidak mau kalah.
...
Dan, kini keadaan menjadi canggung. Mama Anna menitipkan nya kepada 6 temannya. Eza, Iqbal, Rean, Amanda, Angga, dan Zena.
Diantara mereka sama sekali tidak ada yang berniat membuka obrolan sama sekali. Rasanya sangatlah canggung. Ditambah, ada Eza disini.
"Udah mau gelap. Kalian nggak pulang?" Tanya Anna, melihat hari sudah mulai gelap.
Dijawab gelengan oleh teman temannya. "Kami udah dikasih amanah buat jagain lo."
"Pulang aja, nggak papa. Palingan, bentar lagi mama dateng."
Eza menggendong tasnya. "Bener. Gue pulang duluan--"
Tak sempat meneruskan perkataannya, Angga lebih dulu merangkul Eza. Membuat sang pemuda menatapnya heran.
Bisikan dari Angga terdengar ditelinga Eza. "Sopan dikit, kek."
Eza menghela nafas pasrah. Niat pulangnya ia urungkan. Ia letakkan kembali tasnya disofa, dan menjatuhkan tubuhnya disofa empuk itu.
Iqbal yang menyaksikan betapa tak sopannya Eza, hanya bisa geleng geleng kepala. Mungkin, banyak gadis yang menjadikan Eza sebagai idaman mereka, hanya karena kepopulerannya saja. Hanya memandang luarnya saja, tanpa memandang hati dan akhlaknya. Iqbal sendiri juga tak habis pikir, gadis cerdas didepannya yang tengah terbaring lemah itu, juga pernah jatuh cinta dengan pemuda yang tak kenal sopan santun itu. Memang, dunia ini terlalu membingungkan baginya.
Suara ketukan pintu memecahkan keheningan. Pintu ruangan itu terbuka, bertepatan dengan seorang gadis yang muncul dari balik pintu. Gadis itu langsung berlari menghampiri Anna, dan memeluk Anna.
"Keren ya, lo! Sakit nggak bilang bilang!" Protes gadis yang tidak lain adalah Bella.
Anna terkekeh mendengar penuturan Bella. Sahabatnya itu terlihat menggembungkan pipinya, karena kesal dengan Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terbuang
FanfictionKetakutan akan penolakan cinta, tak berhasil menghasut gadis ini. Kepercayaan diri, dan sikap cueknya, berhasil membuat keluarganya tak mengkhawatirkannya. Tapi, akankah kisahnya berakhir bahagia seperti yang ia bayangkan? Terkadang, ketakutan datan...