Masa Lalu

17 4 2
                                    

Anna menatap pemuda itu lekat. "Cukup gue aja yang kecewa. Jangan orang lain..."

"Eza Erlangga."

.

Eza menepis tangan Anna, agar menyingkir dari bahunya. Anna kemudian hanya tersenyum kecil, lalu pergi bersama ketiga siswa lainnya.

"Siapa?"

"Apanya?" Tanya Anna balik.

"Tadi, yang ngobrol sama lo." Jelas Angga.

Anna menoleh. "Emang gue ada ngobrol sama orang?"

Rean dan Angga menatap Anna dengan raut datar. Anna tertawa. "Tadi bukan orang. Soalnya nggak punya hati."

Para pemuda itu menatap Anna, kecuali Iqbal yang malah fokus dengan ponselnya.

Anna tersenyum tipis. "Mau gue ceritain?"

Mereka mengangguk. Iqbal juga memasukkan ponselnya ke dalam saku. Mereka berempat duduk disalah satu bangku ditaman sekolah.

Anna menatap satu persatu pemuda itu. Menghela nafas, kemudian menceritakan segala kehidupan masa lalunya.

"Jadi..."

Flashback On...

"Eh?! Serius?! Nggak bohong?!"

Para siswi yang dikenal sebagai siswi populer itu kini tengah digemparkan oleh rumor tentang Ratu Sekolah mereka, yang jatuh cinta kepada salah satu pemuda kelas sebelah.

Belum sempat Anna menjawab, salah satu siswi memegang kedua bahunya.

"Nggak cocok!" Tegas siswi itu.

Anna hanya bisa menghela nafas mendengar ocehan teman temannya itu. Bagaimana tidak? Teman teman tercintanya yang sangat protektif dan posesif kepadanya itu, tak rela dirinya memutuskan jalan cintanya sendiri.

"Guys... Masa, nggak boleh?" Ucap Anna memelas.

"Nggak!!" Jawab mereka bertujuh serentak.

Anna hanya bisa tersenyum kecut. Ia tahu, bahwa teman temannya pasti tidak akan mengizinkan. Menurut mereka, Anna lebih baik sendiri daripada bersanding dengan pemuda yang menurut mereka sangat tidak cocok dengannya.

"Tapi, guys... Gue terlanjur suka."

Seorang siswi ber name tag Firda, berjalan mendekat. "Nggak ada terlanjur suka! Move On itu gampang!"

"Gampang, kucing lo joget!" Seru Bella tak setuju.

Firda menatap Bella tajam. "Mohon kerjasamanya, ibu Bella! Dikit aja kek!"

Seorang siswi ber name tag Yessa, mendekati Anna. "Nggak ada salahnya mencoba Move On. Walau susah, pasti lo bisa!"

Mereka semua terus saja mengoceh. Dan, itu malah membuat Anna pusing sendiri. Untung saja, beberapa saat setelah itu, ponselnya berdering. Ia diminta untuk segera ke ruang Osis untuk rapat.

Lop yu sekebon, Osis!

...

Mimpi buruk baginya. Rapat Osis selesai, maka ocehan dari temannya akan kembali terdengar. Seperti sekarang, telinganya sampai sakit mendengar ocehan dari temannya.

"Udah, udah! Sakit telinga gue!" Final Anna.

"Idih, coba aja kalau kita bahasnya si Eza. Pasti mau sampai berabad abad pun, didengerin!" Tuduh Bella.

Anna menatap tajam Bella. "Paan si!"

"Fakta!!" Seru mereka bertujuh.

Anna akhirnya kalah telak. Bagaimana tidak? Satu lawan tujuh, sangat tidak seimbang. Ia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari kejaran maut para temannya.

Cinta Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang