Bulan suci Ramadhan datang. Kebetulan, semua murid diberi libur selama 2 hari, karena awal Ramadhan. Jam 3 dini hari, Anna bangun dan sahur bersama keluarganya. Tak lupa sholat Tahajud setelahnya, dan menuliskan hidupnya kembali. Mengingat setiap detail hidupnya, dan menuliskan apa yang ia ingat.
Hingga tak sengaja, matanya terpejam. Mungkin, efek karena ia begadang. Tapi saat bangun, ia sungguh panik. Ponselnya dibawa oleh kedua orang tuanya.
Pasti dicek! Batinnya.
Ia langsung berlari ke kamar orang tuanya, untuk mengambil ponselnya. Ia jelas jelas mengerti apa ari tatapan itu. Hingga di siang harinya, apa yang ia takutkan terjadi. Pengecekan ponselnya, dan menyeleksi apa saja yang boleh ia lakukan di ponselnya.
...
Dengan terpaksa, Anna memberitahu Ahmad, bahwa ia tak bisa bertukar pesan dengan lelaki secara bebas. Jika dulu bisa, sekarang ia dilarang. Hanya lelaki tertentu, dan terpilih yang boleh bertukar pesan dengannya. Termasuk, satu orang yang namanya sudah terkenal dikalangan keluarga Anna. Dan dapat dilihat, bahkan keluarganya tampak sudah merestui Anna dengan pemuda yang dipilih orang tuanya itu.
Tapi... Siapa dia?
Dia hanya karakter figuran, yang samar samar disini. Bahkan, belum muncul. Tapi, sebegitu spesialnya pemuda itu dikalangan keluarga Anna? Bagaimana bisa?
Anna menghela nafas. Sebenarnya, ia juga bisa saja bersama dengan pemuda itu. Tapi, ia butuh pemuda yang memiliki waktu dengannya. Apa, ia harus membuka hati lagi, untuk yang kesekian kalinya untuk pemuda itu?
Ia buang sembarangan ponselnya ke kasur. Setelah bertukar pesan, mengabari Ahmad bahwa ia tak bisa sebebas dulu untuk mengirim pesan, mood nya jatuh seketika.
Dalam pikirannya, lagi lagi ia teringat Eza. Ia menatap kosong ke lantai. Menggumamkan sesuatu, yang ditujukan untuk Eza.
"Za. The Sunset is beautiful, isn't it?" Gumamnya, dengan senyum hampa.
...
Sampai sore hari tiba, pikiran Anna tak berhenti pada Eza. Merasa bahwa ia tak akan berhenti memikirkan pemuda itu, ia memutuskan untuk mandi saja. Mungkin, tubuhnya akan segar. Apalagi, di bulan puasa ini, pasti ia akan mudah haus.
Ia beranjak, menyiapkan pakaian ganti, lalu pergi ke kamar mandi. Selesai dengan itu, tak lupa ia berurusan dengan segala skincare miliknya. Mengurus urusan dengan segala hal setelah mandi, termasuk sholat, lalu kembali memegang ponselnya. Gadis itu memutuskan untuk berselancar di media sosial.
Tak terasa, adzan Maghrib berkumandang. Dengan cepat, ia langsung melesat berkumpul bersama keluarganya untuk buka bersama.
Senyum dan tawa selama berbuka bersama, tapi luntur seketika saat setelah Anna melaksanakan sholat Isya dan Tarawih. Dilayar ponselnya, terpampang jelas bahwa kontak Eza tak ada foto profilnya dan tak ada bionya. Tentu sangat jelas, bahwa pemuda itu memblokir nomornya untuk yang kesekian kalinya.
"Apa harus, mainnya kayak gini?"
...
Mampus!
Anna membuka room chatnya dengan Ahmad, karena pemuda itu sama sekali tak memberinya pesan dalam beberapa waktu lalu. Tapi, nafasnya berhenti seketika, disaat melihat sebuah pesan yang tampaknya dikirim dari ponselnya.
Apa, itu orang tuanya? Sangat mengejutkan. Tak ada nada tinggi dari orang tuanya, tapi tiba tiba ada pesan itu di ponselnya. Anna bertepuk tangan, ia berhasil lolos dari teriakan maut orang tuanya. Tapi, sepertinya ia tidak akan lagi bertukar pesan dengan pemuda itu.
Ya, tidak masalah. Dengan begitu, pahala berpuasa nya tidak akan berkurang karena bertukar pesan dengan lawan jenis, kan?
Anna mengendikkan bahu tak tahu. Ya, mau bagaimana lagi? Disisi lain, ia tak akan bertukar pesan dengan pemuda itu. Tapi disisi lain, pahalanya juga tidak akan berkurang.
Padahal, memikirkan lawan jenis berlebihan juga dosa👊👊
Anna membanting tubuhnya dikasur. Ia memainkan ponselnya, melihat lihat media sosial. Banyak sekali buku yang ia sukai. Tapi, keinginannya harus ia undur dulu. Dompetnya belum ia beri makan, ia akan menunggu gaji tahunan yang biasa ia dapatkan.
(Uang THR/Uang Lebaran. 1× setahun)
Iya, niatnya memang ingin ia belanjakan untuk membeli buku. Buku, buku, buku. Buku adalah segalanya. Buku adalah yang kedua setelah keluarga.
Bahkan, Anna sendiri sudah membuat list buku yang akan ia beli setelah lebaran. Ia membuat 3 rencana. Rencana 1, adalah rencana yang sudah pasti ia beli. Rencana 2, adalah rencana yang mungkin ia beli. Rencana 3, adalah rencana yang ia tambahkan dengan beberapa buku yang bisa dibeli lain kali.
Ia menghitung total semua buku itu. Menurutnya, murah. Tapi, tak tahu jika menurut uang gajinya. Ia harus membagi bagi uangnya. Jika hanya terkumpul 1 juta, maka ia akan menggunakan rencana 1. Jika 2 juta, ia akan menggunakan rencana 2. Jika 3 juta, itu tidak mungkin😁👊
Ia terus bergumam. Sendirinya juga masih galau. Ia ingin bisa menggunakan rencana 2. Tapi, ia harus bisa melihat keadaan. Dirinya juga memerlukan asupan jajanan. Maka dari itu, uangnya harus bisa dibagi untuk buku dan jajanan.
"Buku gue cuma 7. Enam udah nangkring di rumah. Satu masih otw di perjalanan. Fix, nambah lagi. Harus bisa pokoknya. Harus bisa!" Tegas Anna.
Tapi, ia tiba tiba terdiam. Melihat gambar buku dilayar ponselnya. Ia bergumam dan berpikir.
"Gue asik beli mulu. Kapan nerbitin nya?"
"Udahlah, bodo amat. Urusan nerbitin bisa akhir akhir aja. Yang harus dipikirin itu..."
"Gue masuk jurusan pendidikan atau sastra?"
Bahu Anna merosot. Galau sebenarnya adalah, ketika tak bisa memutuskan jurusan kuliah, saat waktu tinggal sedikit. Disatu sisi, ia ingin menjadi guru yang terbaik, sehingga harus masuk ke jurusan pendidikan. Tapi disisi lain, ia juga ingin menjadi penulis terbaik, sehingga dianjurkan masuk ke jurusan sastra.
Anna mencebikkan bibirnya. "Au ah, bikin galau aja. Mending turu!"
Ia tatap jam dindingnya, yang masih menunjukkan angka 23.57 malam. Yang berarti sudah hampir jam 12 malam. Tapi matanya masih saja tidak bisa terpejam. Sudah ia usahakan berkali kali, tapi tetap tidak bisa. Matanya masih betah menatap sekelilingnya, tapi rasa kantuknya tetap ada. Memang mengesalkan.
Ponselnya kembali ia buka. Karena tak bisa tidur, ia memutuskan untuk melanjutkan ceritanya di Wattpad. Cerita cinta rumit dihidupnya. Cerita cinta yang seharusnya tak datang kepadanya.
Ia ketik setiap kata, hingga mencapai 1000+ kata, sesuai targetnya. Tapi setelah itu, ia kembali merasa bosan. Apa yang harus ia lakukan setelah ini? Apa ia harus menuliskan cerita lagi?
Pandangannya masih kosong menatap ke bawah. Ia memandang kasur yang ia naiki dengan tatapan kosong. Pikirannya tengah berisik dan tidak tenang. Ia butuh waktu untuk menenangkan isi pikirannya. Lalu kemudian, ia baringkan tubuhnya tanpa memejamkan matanya.
Helaan nafas terdengar. "Gue pengen jadi penulis. Masuk kuliah jurusan sastra. Tapi... Susah."
***
Galau nih si Anna.
Oh ya, ges. Sekedar ngasih informasi.
Cinta Yang Terbuang ada versi AU nya. Tapi, AU Instagram, ya!Bisa dibaca di Instagram, akun :
wp.tfa_annaJgn lupa difollow juga, biar nggak ketinggalan.
Follow ig :
wp.tfa_anna
rl.tfa_annaTambahan follow ig :
tfa_annaAkun Wattpad ini juga jgn lupa di follow, ges!
Hehe. Tinggalkan vote, comment disini!
Share ke temen temen kmu, kalau tertarik pada cerita ini.Terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terbuang
FanfictionKetakutan akan penolakan cinta, tak berhasil menghasut gadis ini. Kepercayaan diri, dan sikap cueknya, berhasil membuat keluarganya tak mengkhawatirkannya. Tapi, akankah kisahnya berakhir bahagia seperti yang ia bayangkan? Terkadang, ketakutan datan...