Hari Tanpa Cinta

3 2 0
                                    

Anna meregangkan ototnya, dikala cahaya matahari yang hangat menembus kaca jendelanya, dan mengenai wajahnya. Ia baru saja selesai mandi, dan membereskan kamarnya. Setelah sholat tahajud dan sholat subuh, ia memang jarang bahkan hampir tidak pernah tidur lagi. Jika dihari sekolah, ia akan mempersiapkan segala kebutuhan sekolahnya. Tapi jika dihari libur, ia akan mulai dengan membereskan setiap sudut ruang kamarnya. Jika masih pagi, tapi pekerjaannya sudah selesai, kadang kala ia akan keluar rumah untuk jogging. Sama halnya seperti sekarang.

Celana hitam panjang, hoodie abu abu, dan rambut yang ia ikat. Ia mengenakan sepatunya yang berwarna hitam dengan sedikit nuansa putih, yang biasa ia gunakan untuk jogging. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju taman terdekat yang cukup luas. Taman yang pas untuk ia gunakan jogging. Disana, tak jarang ia bertegur sapa dengan beberapa orang yang ia kenal, maupun yang juga jogging disana. Ia memang pemalu, tapi ia juga tak jarang untuk menyapa beberapa orang ia berpapasan dengannya. Walau, tak saling mengenali.

Sekitar 1 jam ia mengelilingi taman itu, ia akhirnya berhenti disalah satu toko disana. Ia membeli satu minuman, dan mencari tempat duduk disana. Tapi matanya tertuju pada seorang pemuda yang tak asing dimatanya. Senyumnya terukir indah diwajahnya. Ia memilih salah satu tempat duduk yang tak jauh dari tempat duduk pemuda itu.

"Ya Allah, Ya Allah. MasyaAllah, ganteng banget!" Gumam Anna, hampir berteriak.

Tapi, senyumnya tak bertahan lama. Saat ia melihat seorang gadis yang menghampiri pemuda itu, lalu memberikan sebotol minuman padanya. Tatapan kebencian terukir jelas dimata Anna. Ia meremas botol minumannya yang memang sudah ia teguk sampai habis. Ia lempar sembarangan ke tempat sampah, lalu secepatnya pergi dari tempat itu.

"Sialan. Gue benci lo, Da--"

"Anna!"

Sebuah suara membuatnya menoleh. Itu Firda. Gadis itu terlihat mengendarai motornya, alih alih berjogging seperti orang lain.

"Lah, motoran lo?"

"Iya lah! Rumah gue jauh! Amit amit jalan dari rumah sampai sini."

Anna terkekeh pelan. "Kan, diujung sana ada tempat penitipan motor yang aman."

"Loh? Iya kah? Anterin gih! Gue mau nitip motor disana!" Pinta Firda.

"Yoi! Btw, lo kesini buat ketemu siapa?"

Firda yang hendak melajukan motornya langsung menoleh. "Ketemu Darisa. Kenapa?"

"Ketemu Darisa? Nggak sama Dara? Biasanya, ke taman bareng sama Dara."

"Nggak. Dia lagi nyalon sama Yessa. Udah, cepetan naik!"

Anna mengangguk, langsung naik ke jok motor belakang milik Firda. Mereka langsung melaju ke tempat penitipan motor yang dimaksud oleh Anna.

Kini, mereka berdua berjalan bersama. Tapi tiba tiba tangan Anna ditarik oleh Firda. Gadis itu menunjuk ke arah dua orang yang duduk bersama.

"Itu bukannya si..."

Anna mengangguk singkat. Firda menganga, ia merasa dibohongi. Ia hendak menemui dua orang itu, tapi Anna menariknya terlebih dahulu.

"Jangan." Larang Anna tegas.

"Tapi, Na. Mereka, kan, Eza sama Da--"

Anna mengangguk. "Iya, udah. Biarin aja. Kita lanjut jalan aja."

Firda akhirnya mengangguk pasrah. Mereka lanjut jalan, dan berbincang bersama tanpa memerdulikan masalah tadi.

...

Selesai jogging, Firda mengantarkan Anna pulang dengan motornya. Gadis itu sudah menawarkan Firda untuk mampir. Tapi Firda menolak, karena alasan ingin segera pulang karena ada acara yang mendesak. Ia langsung pulang, setelah berpamitan dengan Anna.

Cinta Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang