Perihal Cokelat

2 2 0
                                    

"Yah... Males banget gue."

Gadis berusia kurang lebih 17 tahun itu mulai mengeluh, ketika ada pengumuman bahwa akan ada kegiatan menginap bersama disekolah. Bukan karena takut, tapi karena pasti akan ada banyak agenda. Jika boleh memilih, ia akan lebih memilih tidak ikut, dan tidur saja dirumah. Tapi karena keadaannya wajib bagi seluruh murid, ia tak bisa mengelak dan menolak.

"Nggak usah ngeluh mulu. Lo pikir, cuma lo yang males, hah?"

"Cuma dia deh, kayaknya. Kita kita mau, kok." Celetuk salah seorang siswi, Yessa.

"Iyap, kalian tuh nggak diajak. Hush, hush." Usir salah satu siswi lagi, Dara.

Anna menatap datar teman temannya yang mengusir dirinya dan Bella. "Syalan." Gumamnya.

Setelah mendengar intruksi sang guru, mereka mulai menyatat catatan penting untuk kegiatan menginap di sekolah itu.

"Lo bawa semua?" Bisik Bella.

Anna menggeleng. "Beberapa aja. Males berat berat, kalau akhirnya nggak dipake."

...

Sore hari ini, para murid sudah berkumpul di sekolah. Tapi ada beberapa juga yang belum tiba. Para murid yang sudah datang, memutuskan untuk membereskan kelas yang akan mereka pakai untuk tidur.

"Udah, fix pokoknya! Ntar yang beresin pas mau pulang, bukan yang beresin pas mau dipake! Harus beda!" Protes salah satu siswi.

Anna memukul lengan, dan membekap mulut siswi itu. "Udah! Ribut mulu! Kalau nggak mau beresin, biar anggota OSIS aja! Beres, kan?"

Setelah itu, kelas pun bersih. Mereka menata kasur tipis yang disediakan dari sekolah untuk mereka tidur. Tipis, tapi empuk. Kelas mereka diisi oleh 18 siswi kelas 11.

Selesai membereskan kelas, mereka diarahkan untuk pergi ke gedung aula, untuk mendengarkan arahan selama kegiatan menginap di sekolah. Anna duduk di kursi khusus anggota OSIS, disebelah Billa, salah satu anggota OSIS juga anak dari salah satu guru disana.

"Mbak Billa. Makan malam udah diurus?" Bisik Anna.

"Kurang tau, mbak. Yang ngurus, kata bunda ku para guru." Jawab Billa ramah.

Anna menatap Billa dengan ekspresi bingung. "Loh, loh. Gimana, toh? Jadi bingung aku."

Billa tertawa kecil melihat raut wajahku yang langsung ditekuk. Tapi seketika langsung berubah saat mendengar suara salah satu guru dari microphone. Semua murid langsung menatap ke asal suara. Pembukaan acara pun dimulai.

Setelah guru itu berbicara, nama Anna pun dipanggil. Membuat sang empu mengerutkan dahinya.

"Doggy. Kok, gue?" Protes Anna dengan suara lirih.

Gadis itu melirik ke arah Iqbal yang duduk. Terlihat, pemuda itu juga tampak bingung. Bagaimana tidak? Seharusnya, Iqbal yang dipanggil sebagai ketua OSIS. Tapi, kenapa malah dirinya yang sebagai wakil ketua OSIS yang dipanggil?

Anna berdiri, lalu menghampiri Iqbal. "Maju sana, kak."

"Loh, kan, lo yang dipanggil. Masa gue yang maju, lawak." Iqbal memandang Anna dengan datar.

"Gurunya yang lawak, bodo. Masa gue yang dipanggil si doggy!" Protes Anna lagi.

"Hah? Doggy? Maksud?"

"Anjing! Udah sana, maju!" Usir Anna.

Iqbal terpaksa berdiri karena Anna terus menariknya. Ia seketika terdiam, matanya menatap Anna yang masih setia menarik tangannya.

Cinta Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang