Masih

5 2 3
                                    

Brak!

Sebuah tas yang cukup berat mendarat di lantai kamar dari seorang gadis bernama Anna. Sang empu kini sudah berbaring diatas kasur empuknya. Hari ini adalah hari pertama persiapan ujian tulis untuknya. Kemarin sabtu ujian praktek telah usai.

Gadis itu menghela nafasnya. Sore ini jam setengah 5 ia baru saja pulang dari sekolahnya. Cukup lama dan membuat lelah. Ia hendak menutup matanya, tapi teringat pada cerita Wattpad nya yang sudah lama terbengkalai. Ia bangun, dan mulai mengetik ceritanya.

Flashback On.

Pagi ini, seorang gadis yang memasang raut datar berjalan di kawasan sekolah. Hari ini adalah hari pertama persiapan ujian tulis dimulai.

Langkah kakinya membawa dirinya menuju ruang kelas. Ia membuka pintu, lalu melihat sudah ada 2 temannya yang duduk dibangku mereka.

"Assalamu'alaikum, DOR!" Ucap Anna pada kedua temannya.

Kedua temannya lantas menoleh. "Wa'alaikumussalam. Aaa, kaget." Jawab mereka serentak dengan wajah datar.

"Gue duduk mana?"

"Genteng sana."

"Beneran cug."

Yessa berdiri, lalu mempersilakan Anna duduk ditempat itu. "Bukan tempat lo, Sa?"

"Gue tempatnya dibelakang Anesh."

Anna membulatkan bibirnya, lalu mengangguk. Ia meletakkan tas super beratnya itu. Ia menggerutu pelan, tapi masih bisa didengar oleh teman temannya.

"Kenapa harus bawa buku buku tebal segala si. Berat, njir. Nggak mikirin kita apa, ya?" Gerutu Anna, sembari memijat bahunya yang pegal.

Pintu kembali terbuka, menampakkan Firda yang masuk ke dalam kelas. "Coba liat tas gue!"

"Njir. Lo mau pindah rumah apa gimana?"

"Gue bawa bekal 2. Tadi pagi dimasakin ama ibu gue. Disuruh bawa dua dua nya. Ya udah, gue bawa."

"Anak baik." Ucap Anna, mengacungkan jempolnya.

...

Usai beberapa mapel diajarkan, 8 gadis dari kelas 12-A itu tengah berkumpul bersama sama dikantin sekolah. Banyak sekali topik cerita yang mereka bahas, termasuk dengan mapel yang mereka pelajari. Hingga juga dunia percintaan mereka.

Termasuk Eza dan Dara.

Terus seperti itu. Masuk ke kelas untuk mapel selanjutnya, berkumpul di kantin, terus berputar seperti itu hingga sore hari tiba.

Flashback Off.

Anna menatap cermin besar dikamarnya. Dipikirannya selalu terlintas seorang Eza. Berulang kali dirinya gila dengan menyebutkan bahwa Dara yang bersalah. Padahal, seharusnya tidak.

"Dara salah? Iya, Dara yang ngerebut Eza dari gue."

"Gue harus singkirin Dara dari hadapan Eza. Dari dunia ini kalau perlu—"

"GILA ANNA!! LO GILA!!"

Pyar!!

Anna memecahkan sebuah vas dikamarnya. Ia remas rambutnya kasar, dengan tangan yang terluka. Dirinya sudah gila, benar benar gila. Lelehan air mata sudah membasahi pipinya. Dirinya di penuhi oleh kegilaan karena dibutakan oleh cinta seorang Eza Erlangga.

"ANNA GILA! DARA NGGAK SALAH BEGO!!"

Anna terus berkata seperti itu, dan hanya menyalahkan dirinya. "Salah gue, kenapa gue harus kenal Eza? Kenapa gue harus suka Eza? Kalau gue nggak pernah suka Eza, kemungkinan besar Eza dan Dara bakalan lebih awal kenal dan saling suka, kan?"

Cinta Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang