"Gusti Allah! Anak ini. Bukannya ngerjain tugas, malah turu!"
Tubuh Anna terguncang, membuat sang empu bangun dari alam mimpinya. Ia menatap gadis didepannya yang membawa setumpuk buku dengan wajah yang ditekuk.
"Bangun! Lo dikasih tugas buat nganterin buku segunung gini, bukannya dianterin malah turu!"
Bruk!
Setumpuk buku dijatuhkan begitu saja di meja Anna. Sang gadis hanya menatap datar tumpukan buku itu, lalu mengangguk.
"Iya, iya. Anterin kemana?" Bella mengangkat bahu tak mengerti.
"Cari aja sendiri."
Anna hanya mengangguk, ia mengangkat tumpukan buku itu, lalu pergi mencari guru yang dimaksud.
Pandangannya tertuju pada sekelompok siswi yang terlihat malu malu untuk melewati lorong yang dipenuhi para siswa.
"Kenapa?"
Salah satu siswi menunjuk jalan penuh dengan siswa itu. Anna mengerutkan dahinya.
"Terus?"
"Malu..."
Anna menatap datar para siswi itu, lalu menghela nafas. "Alay." Gumamnya.
Dengan santai, ia melewati lorong itu. Seluruh siswa memberikan jalan untuknya. Bahkan beberapa ada yang menawarkan untuk membantu membawakan buku. Nah, para siswa disini memang baik. Siswi yang tadi saja yang alay.
Terlihat para siswi tadi mengikuti Anna dengan malu malu. Sedangkan para siswa hanya menatap datar para siswi itu. Karena mereka merasa tak punya masalah dengan mereka. Kenapa seolah para siswa itu bersalah?
"Jalan tinggal jalan, nggak usah alay."
Para siswi itu hanya terkekeh mendengar penuturan dariku. Lalu mereka berjalan ke arah lain. Anna berhenti, ia berpikir.
" ... "
"Gue mau kemana? Bu Hani dimana?"
...
Waktu yang dinanti nantikan oleh semua murid tiba. Apalagi jika bukan waktu pulang sekolah?
Semua siswa dan siswi berbondong bondong keluar dari gedung bertingkat itu, ketika bel sudah berbunyi. Kecuali beberapa murid yang memang bertugas piket.
Dan disini, seorang gadis tengah duduk memainkan ponselnya, dengan headphone yang terpasang dikepalanya. Bersenandung mengikuti alunan lagu yang ia dengarkan.
Kakinya ia ayunkan, sesuai dengan nada halus lagu di headphone nya sekarang. Sampai tepukan halus menghentikan kegiatannya, ia lepas headphone nya, lalu ia menoleh. Mendapati seorang pemuda yang berdiri tak jauh darinya, dengan tangannya yang membawa dia botol air mineral.
Satu ia sodorkan kepada Anna. "Buat lo."
Dengan senang hati gadis itu menerimanya. "Makasih, kak."
Ia buka tutup botol itu, lalu ia teguk sedikit demi sedikit. Gadis itu menutup botol itu lagi, lalu fokus pada ponselnya. Iqbal yang penasaran, akhirnya duduk disebelahnya.
"Nulis apa? Wattpad?"
"Hm, iya. Kakak tau wattpad juga?" Hanya dijawab dengan anggukkan oleh Iqbal.
Beberapa saat hanya hening. Iqbal yang tak tahu harus melakukan apa, dan Anna yang tak bosan bosannya untuk mengetik ceritanya di wattpad.
"Kak." Panggilan itu membuyarkan lamunan Iqbal. Sang empu langsung menoleh.
"Boleh minta foto? Tangan aja kok, nggak sama mukanya. Boleh, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terbuang
FanfictionKetakutan akan penolakan cinta, tak berhasil menghasut gadis ini. Kepercayaan diri, dan sikap cueknya, berhasil membuat keluarganya tak mengkhawatirkannya. Tapi, akankah kisahnya berakhir bahagia seperti yang ia bayangkan? Terkadang, ketakutan datan...