Kenangan lama

4 3 0
                                    

Kring... Kring... Kring...

Dering ponsel seorang gadis yang bernama Anna itu terdengar. Dengan terpaksa, ia buka matanya yang semulanya tertutup. Ia raba mejanya, dan mematikan alarm yang mengganggu mimpi indahnya itu. Bagaimana tidak? Yang tadinya suara alarmnya itu merdu, malah berubah menjadi suara yang memecah gendang telinga.

"Doggy! Siapa yang ganti suara alarm gue, si?!"

Bukannya bangun. Gadis yang berumur kurang lebih 17 tahun itu kembali menarik selimutnya, dan kembali memejamkan matanya. Tapi baru beberapa detik ia memejamkan mata, ponselnya berdering. Bukan alarm, melainkan suara panggilan.

Dengan malas, ia raih kembali ponselnya. Matanya membulat sempurna saat melihat nama kontak itu.

Kak Iqbal.

Ia langsung duduk, lalu mengatur suaranya. Hendak ia angkat, tapi panggilan itu mati. Sebuah pesan masuk, setelah beberapa detik panggilan itu mati.

Kak Iqbal : Maaf, gk sengaja kepencet.

"SYALAN!"

...

Pagi ini, seluruh sekolah di negara Indonesia libur. Apalagi jika bukan hari minggu?

Sedangkan Anna dengan moodnya yang tak baik saja. Ia dibuat malu, karena terlalu percaya diri saat Iqbal menelepon dirinya. Ia juga bercerita kepada Bella. Tapi hasilnya, ia malah ditertawakan habis habisan oleh sahabatnya yang no have akhlaq itu.

"Jangan gitu mukanya, dog. Ngeselin tau, nggak?" Sahut Bella yang tengah memakan bolu rasa cokelat miliknya.

"Dog, dag, dog. Lu kira gue dokter?"

"Yups! Pinter banget, sampe otaknya geser." Puji Bella dengan mengacungkan jempolnya.

"Lagian kenapa, sih? Kusut banget tuh muka. Kayak nggak pernah disetrika aja."

Ia sodorkan sepotong bolu miliknya. "Mau?"

Anna membuka mulutnya, menerima suapan dari sahabatnya itu. Tanpa belas kasihan, Bella memasukkan bolu itu hingga pipi Anna menggembung seperti ikan buntal.

"Gwunye yagwi gwala. Mawsak nyadwi paghi gwunye jibwat mawlu nyama kak Ijal." Celoteh Anna tak jelas, karena mulutnya penuh bolu.

Bella hanya menganga tak jelas, mendengar celotehan bahasa kuno dari manusia purba didepannya itu. Tangannya terdorong untuk menampar pipi buntal milik Anna.

"Telen dulu, cot!" Umpat Bella tak tahan.

Anna menelan habis bolu nya, lalu meminum es teh milik Bella tanpa permisi. Sang sahabat hanya bisa mengelus dada untuk bersabar.

"Gue tadi bilang. Gue lagi galau. Masa tadi pagi gue dibuat malu sama kak Iqbal." Ulang Anna.

"Oh. Yang tadi pagi lo ceritain?" Anna mengangguk mengiyakan pertanyaan Bella.

Bella mengetuk pelan dahi Anna, guna membetulkan letak otak Anna yang sempat geser tadi.

"Nggak usah terbang jauh jauh! Ntar jatuh!"

Anna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tertampar saya sama ucapan mbak Bella."

"Makanya, jangan banyak berharap! Dikecewain, kan?"

...

Hari senin. Hari mengerikan bagi para siswa dan siswi. Juga untuk Anna dan Bella, yang pagi pagi sudah pergi ke kantin untuk mengghibah--eh, bukan. Mereka hanya melakukan suatu diskusi, mengenai sikap dan sifat seseorang yang menjadi bahan diskusi mereka. Ya, kurang lebih begitu.

Cinta Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang