Momen

14 6 0
                                    

Perjalanan pulang ke rumah di-temani wanita yang baru saja mengajaknya menginap di rumahnya semalam dan itu pun belum lama bertemu, itu masih terasa aneh bagi Langit tetapi sama dengan Laut, Ia merasa mempunyai rasa percaya kepada Laut, mereka saling percaya satu sama lain walaupun mereka baru beberapa hari bertemu. Turun dari bus di halte daerah rumah Langit, Laut kaget melihat ada danau dekat situ.

"WOAHH, AKU BARU TAU ADA DANAU BAGUS DI SINI"

"Kamu bisa sering main-main ke sini, kalau sore ini banyak pengunjungnya"

Mereka masih harus berjalan lagi untuk ke rumah Langit, Mereka berjalan di sepanjang jalan yang dikelilingi oleh pepohonan hijau disekitar, Laut masih terkagum dengan keadaan sekitar. "Indah sekali di daerah ini" ujarnya menikmati sekeliling.

"Ini rumah ku lumayan masih jauh, terkadang suasana ini juga membantuku untuk tidak bosen di jalan"

"Aku sih tidak akan bosen kalau setiap hari lewat sini" ujar Laut tersenyum.

"Apa rencanamu ikut diri ku pulang ke rumah?" tanya tanya Langit sambil menatap Laut.

"Tidak papa, aku hanya ingin mengetahui dimana kamu tinggal?, masa gak boleh?" tanya Laut menatap balik.

"Bukan begitu, aku hanya bertanya"

"Aku ingin mengenal lebih dekat dirimu saja, because i trust you" ujar Laut tersenyum manis ke arah Langit.

Setelah beberapa saat berjalan akhirnya mereka sampai di kontrakan Langit, "Ayo masuk" ajak Langit membukakan pintunya.

"Maafnya berantakan kertas kertas dimana-mana, baru menyelesaikan tugas tugas ku belum sempat membereskannya" ujar Langit.

"Iyaa tidak papa, lumayan besar juga ya ternyata" 

"Iyaa, kamu duduk lah dulu aku mau menganti pakaian dulu"

"Okay" 

Laut duduk di sofa dan membiarkan Langit pergi ke kamarnya untuk salin, melihat Langit yang sudah masuk ke kamarnya, Ia  diam diam langsung membereskan semuanya hingga bersih kertas kertas yang berserakan, laptop dan alat kuliah lain semuanya Ia bereskan.

Langit yang baru saja keluar kamar kaget melihat ruang tv nya bersih dan rapih. "What the heck?, ini pasti Laut, kemana pula dia ini" ujarnya kaget dan menuju ke dapur.

"Astaga, Lautt" ucap Langit melihat Laut yang sedang mencuci piring di wastafelnya Langit.

"Hehe, ketauan"

"Ngapain?, dari tadi kamu repot karena aku" ujar Langit mendekati Laut dan memegang tangannya yang sedang mencuci piring.

"Biarin loh, engga repot ini kemauan ku" jawab Laut.

"Udah sana, kamu tunggu depan aku lanjutin cuci piringnya" suruh paksa Langit menarik tangannya.

"Menyebalkan" ujar Laut sambil berjalan keluar dapur.

"Aneh aneh aja tuh cewe, hobinya bersih bersih?" ucap Langit dalam benaknya.

"Nyalakan saja tv itu, kalau kamu ingin menonton" teriak Langit dari dapur.

"Iyaa" jawab Laut sambil mengeringkan tangannya.

Ketika Laut ingin menghidupkan tv, melihat tv yang berdebu dan sekirannya, akhirnya dia membersihkannya "Debu semua, apa dia ini gak pernah menyentuh ini tv?".

Saat mengelap-elap meja tv Ia melihat foto di samping tv yang memperlihatkan laki-laki dan perempuan yang sedang menggendong anak kecil. Laut mengangkat foto itu dan melihatnya dengan sedikit membersihkannya.

"Itu orang tua ku dan diriku saat kecil" ujar Langit yang tiba-tiba berada di samping Laut.

"Aku seperti tidak asing dengan wajah ayah mu" ujar Laut penasaran dengan berusaha mengingat.

"Mungkin kamu pernah bertemu dengannya?" tanya Langit sambil dia berberes meja depan tv.

"I-iyaa mungkin" jawab singkat Laut langsung menaruh foto itu ke tempatnya kembali.

"Aku mau membereskan kamar ku dulu, kamu mau nonton silahkan atau mau memakai wifi juga ada, itu sandinya" 

"Oh iya terima kasih, aku akan tunggu disini"

Hujan turun membuat suasana menjadi dingin dan sejuk, beberapa menit setelah Langit membereskan kamarnya, Ia keluar dari kamar dan melihat Laut yang tengah tertidur di sofa depan tv, tersenyum Ia melihat Laut yang tertidur pulas.

Langit kembali ke kamarnya untuk mengambil selimut dan menyelimuti Laut yang tertidur di sofa, melihat jam sudah pukul 10.45, Langit memutuskan memasak makan siang untuk mereka, selagi Laut tertidur, Ia pikir ini menjadi balas budinya untuk Laut.


12.15 PM.

Laut terbangun dengan kantuk yang masih menyelimutinya. Matanya perlahan terbuka, menemukan dirinya terbaring di atas sofa dengan selimut yang hangat meliputi tubuhnya. Awalnya, kebingungannya muncul. Duduk dan melihat ke sekeliling melihat kearah jendela yang ternyata masih hujan, dengan keadaan dingin itu dia masih berlindung di dalam selimut.

Tiba tiba Langit datang dari arah dapur dengan membawa sebuah teh hangat di tangannya. "Oh? kamu sudah bangun pas sekali kalau begitu, ini aku bawakan teh hangat untuk mu"

Wajahnya memerah karena malu, dengan keadaan lucu dia bertudung dalam selimut. "M-makasih Langit" ucapnya sambil menerima teh-nya.

"Sama sama Laut" ujar Langit sambil pat pat dan mengelus kepala Laut yang berbalut selimut itu karena Langit gemas melihatnya.

Makin memerah wajahnya karena malu di pat pat dan di elus oleh Langit. Laut benar benar salah tingkah karena perlakuan Langit walaupun hanya sesimpel itu.

"Masih kedinginan ya?, makan dulu yuk sudah ku siapkan di dapur" ujar Langit.

"E-ehh??"

"Kenapa?, dingin banget ya? aku ambilkan ya makannya?" ujar Langit langsung pergi ke dapur tanpa basa basi.

"EHH JANGAN" ucap Laut telat, Langit sudah kembali ke dapur, Ia ingin menghampirinya tetapi Ia tidak bisa karena dia sangat kedinginan, Laut memiliki alergi dingin. Itu sebabnya dia dari bangun tidur selalu di dalam selimut.

Langit datang membawa makanan yang telah dia masak, dia taruh semuanya di meja depan tv agar Laut bisa memakannya.

"IHH LANGIT, tidak perlu repot-repot lohh" ujar Laut yang melihat banyak sekali yang dia bawa dari dapur.

"Udah diem, cukup saja makan tidak perlu banyak bicara" ujar Langit duduk di samping nya.

Laut dengan gemetar menaruh gelas teh ke meja, Langit yang melihatnya langsung bingung dan khawatir. "Tunggu" ujar Langit sambil memegang tangan Laut.

"Astaga, dingin sekali tangan mu? kamu tidak bisa kedinginan ya? Aku suapin aja ya sini kamu sampai gemetar begitu"

"T-tidakk, aku itu minum teh juga sudah membantu hangat kok" ujar Laut.

Langit segera mengambil jaket dan syal miliknya. "Cepat pakai ini" ujar Langit memakaikan jaket serta syalnya di leher Laut dan menyelimutinya lagi. "Maafkan aku ya, disini tidak ada penghangat ruangan" ujar Langit merasa bersalah.

"I-ihh t-tidak papaa Langit, ini aku hanya kambuh saja minum teh ini juga nanti sembuh".

Langit tanpa pikir panjang langsung mengambil piring serta nasi dan lauknya. Menyuapi Laut yang sedang menggigil, Laut sebenarnya tidak mau dan tidak enak tetapi dia tidak bisa apa apa untuk sekarang ini, hanya bisa menerima suapan dari Langit. Orang yang baru Ia kenal tetapi ada rasa percaya seperti sudah bertahun-tahun.

Suapan demi suapan, momen itu sederhana tanpa sengaja tetapi momen itu menjadi momen yang berkesan bagi Langit dan terutama Laut. Dia merasakan kepedulian layaknya keluarga dan merasa seperti memiliki orang yang dia cintai lagi setelah keluarganya tiada.

DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang