Rene membaca sederet pesan yang dikirimkan Erland dengan wajah geli. Sesekali bibirnya terkekeh lucu.
Kekasihnya itu, sedang mongomel lantaran pagi tadi dia tinggalkan bekerja tanpa pamit.Padahal Erland sudah datang jauh-jauh ke kontrakannya. Datang menjemputnya dan berniat untuk pergi bekerja bersama. Tapi seakan lupa jika mereka tak lagi satu kantor. Dengan tegas Erland menyusulnya untuk pergi bersama.
"Ckk, dasar keras kepala." Gerutu Rene. Berbanding terbalik dengan bibirnya yang tersenyum lebar.
Jika seperti ini mereka seperti orang yang sedang di mabuk asmara. Bahkan Erland yang sedari tadi berkerja tidak berhenti mengirimkan pesan.
Mengatakan apapun yang menurut Rene tidak lah penting.
Melirik jam dinding. Rene tersenyum begitu menemukan jam menunjukkan pukul lima sore. Yang artinya jam pulang kantor telah tiba.
Setelah membereskan
barang-barangnya, Rene pun keluar dari ruangannya. Hari ini dia berjanji ingin menemui seseorang yang sedari kemarin mengirimkan pesan. Dan mereka berjanji untuk bertamu di salah satu cafe dekat kantornya.Karena itulah juga dia menolak dijemput Erland. Dan berjanji akan menemui pria itu di kantornya.
Masih dengan senyum di bibirnya, sesekali membalas pesan Erland.Rene pun berhenti di pinggir jalan begitu dia tiba di jalan raya. Dan tangannya melambai begitu menemukan seseorang berdiri di depan cafe. Tepat di sampingnya mobilnya. Tengah melakukan apa yang dia lakukan. Melambai ke arahnya.
"Mas," Seru Rene. Bersiap menyebrang jalan raya begitu dirasa keadaan nampak sepi. Hingga dia melangkah mendekat ke arah Elang yang kini juga melangkah ke arahnya.
"Rene," langkah Rene terhenti begitu menemukan seseorang memanggil namanya kuat. Disusul teriakan Elang yang menggelar. Membuat Rene terdiam kaku.
Sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju kencang ke arahnya. Membuat Rene kesulitan hanya untuk melangkah menghingdar. Dia hanya diam kaku dengan pandangan mengarah ke arah satu titik. Di mana mobil itu melaju kencang. Hingga dorongan dari belakang membuat Rene merasakan tubuhnya remuk bukan main.
"EVELIA,"
Rene masih bisa mendengar teriakan Elang yang begitu kuat sebelum kepalanya terasa pusing dan pelan-pelan tertutup rapat.
*****
Erland merasa tubuhnya mati rasa begitu membaca pesan Elang yang mengatakan jika Rene mengalami kecelakaan. Dan saat ini dirawat di rumah sakit.
Berlari layaknya orang kesetanan. Erland tidak peduli begitu beberapa orang menatapnya penasaran karena yang terpenting saat ini adalah Renenya. Hingga dia tiba di depan ruang rawat Rene, tanpa mengatakan apapun dia pun langsung masuk.
Melangkah cepat ke arah Rene yang kini duduk di atas ranjang dengan kening diperban.
"Erland--" Ucapan Rene terhenti begitu Erland langsung memeluknya erat. Membekap tubuh Rene dengan perasaan lega luar biasa.
"Rene, ya Tuhan apa yang terjadi pada kamu, huh?" Todong Erland begitu dia menjauh kan diri. Menangkup kedua pipi Rene. Wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran yang jelas.
"Bagaimana mungkin kamu bisa kecelakaan? Katakan siapa yang mencelakaimu?"
Rene menghela nafas pendek. "Erland, tenang lah. Aku baik-baik saja."
Erland mendengus. Keberatan dengan apa yang Rene katakan. "Tenang? Bagaimana aku bisa tenang, Re. Lihat, kamu bahkan terluka seperti ini?"
Rene meringis pelan. "Ini hanya luka ringan, Er,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekat, Tak Berjarak (SELESAI)
Romance#Erland Bramantyo #Kirenediya Azwar Ferdian Tiga tahun yang lalu, ketika hakim mengetuk palu. Statusnya sudah berubah menjadi janda. Tidak lagi berhak atas pria yang hampir seumur hidupnya dia cintai. Dia tidak lagi bisa bangga memamerkan statusnya...