"Eh, eh, Kak Luna dateng!"
Mereka sangat mengenal ketukan suara langkah sepatu pantofel ku saat aku berjalan mendekati pintu ruang siaran. Ketika langkahku memasuki ruangan, riuh rendah tawa dan canda anak-anak klub penyiaran itu seketika mereda. Mereka yang tadinya tersebar di seluruh penjuru ruanganㅡsaling berbisik dan tertawa bersamaㅡkini serentak berhenti dan duduk dengan rapi di kursi mereka masing-masing. Pandangan mereka yang semula penuh semangat dan keceriaan, kini berubah menjadi serius dan penuh perhatian.
Jam menunjukkan pukul tiga sore tepat, ketika aku meminta para anggota klub penyiaran di berkumpul disini untuk memulai rapat. Kami duduk melingkar di sekitar meja panjang. Aku mengambil posisi di ujung meja, merasa percaya diri dengan rencana yang telah kususun dengan matang. "Ekhem, maaf atas keterlambatannya. Semua udah kumpul disini? siapa yang belum dateng?" ku lihat mereka saling pandang satu sama lain—mungkin mempertanyakan hal yang sama seperti yang aku ajukan tadi. "Hari ini Saddam ngga masuk Kak, sakit," tutur Hanin, aku tahu mereka satu kelas. "Oke, yang lain?" ucapku sembari menuliskan nama-nama anggota yang tidak hadir rapat kali ini dalam buku absensi.
"Jihan izin juga Kak Lun."
"Hm, kenapa dia?"
"Sakit juga, tadi tiba-tiba badan dia panas terus sekarang dia ada di UKS." kali ini Reva yang menjawab. Tanganku berhenti bergerak menulis sejenak kemudian memandang ke arah Reva sekilas, sebelum pandang mataku kembali ke arah buku di hadapanku.
"Oke, berarti Jihan sama Saddam absen ya kali ini? udah nih, mereka doang?" mereka kompak mengangguk, kemudian aku menutup buku absensi dan menyingkirkannya ke dalam rak lemari.
"Oke, kalo gitu kita mulai sekarang," ucapku membuka rapat kali ini sembari membuka buku catatan. "Sebagaimana yang kalian tahu, beberapa hari yang lalu akun instagram OSIS ngadain Q&A tentang kira-kira agenda apa yang lagi kalian semua butuhin atau pengenin sekarang, dan request terbanyak jatuh pada menfess, atau mention confess. Dan nantinya semua itu, kita yang akan atasin. Kita diskusiin semuanya dulu, aku juga bakal nampung ide-ide dari kalian semua, asalkan pendapat kalian itu masuk akal, paham?"
"Pahaam!" jawab mereka serentak.
Semua mata tertuju padaku, beberapa dari mereka mencatat poin-poin pentingㅡyang aku utarakanㅡdi buku catatan mereka, sementara yang lain lagi mendengarkan dengan seksama. Aku menjelaskan konsep agenda ini dengan antusias dan serius, berusaha menyampaikan visi, misi, dan tujuan agenda menfess ini.
Suara-suara setuju dan gumaman antusias mulai terdengar. Aku bisa melihat senyum dan anggukan di wajah mereka, tanda bahwa ideku diterima dengan baik. Namun, tiba-tiba seseorang mengangkat tangannya dan menginterupsi pembicaraanku, "maaf Lun, tadi lo bilang menfess bisa dikirim melalui dm akun instagram khusus buat menfess yang bakal dibuat nanti kan? nah pas nanti menfess nya disiarin kira-kira nama sendernya bakal kita sebut atau anonim aja?"
"Ya tergantung. Tergantung si pengirim mau namanya disebut atau engga. Nama, kelas sekalipun juga bisa kalo pengirimnya mau. Tapi anonim juga bisa. Makanya nanti bakal dikasih format dulu sebelum kirim menfess. Dari siapa, buat siapa, lalu baru isi menfessnya." kulihat ia mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Kira-kira isi menfess yang ngga dibolehin tuh apa aja ya Kak?"
"Intinya yang bisa memancing keributan, menfess negatif, SARA, ya intinya yang jelek-jelek. Nanti kalian pandai pandai aja pilah pilih menfess yang pantes disiarin atau engganya. Kalo masih ragu boleh tanyain dulu ke gue."
"Ah, oke!" kulihat mereka kembali menuliskan poin yang baru saja aku jelaskan ke buku catatan mereka.
Rapat berlangsung dengan lancar hingga aku sampai pada bagian pembagian tugas. Aku mulai mendistribusikan peran berdasarkan kesanggupan dan minat masing-masing anggota. Namun, tiba-tiba, Delilah mengangkat tangan dan berbicara sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku. "Ya, kenapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/352429705-288-k927752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Bulan 🌙
رعبTadinya Luna adalah siswi pindahan yang kini menetap di asrama Decelis semenjak orang tuanya pindah di kota ini. Harapnya tak muluk-muluk, ia hanya ingin beradaptasi di asrama dengan baik, mendapatkan banyak teman dan ilmu yang bermanfaat. Namun sem...