Sepulang sekolah, aku langsung menuju kamar dan masuk ke kamar mandi untuk keramas. Rasanya lega sekali setelah seharian penuh berkeringat dan beraktivitas. Air dingin mengalir dari kepalaku, membasahi rambutku yang panjang. Aku bisa merasakan setiap tetes air menyentuh kulit kepalaku, membawa kesegaran yang luar biasa. Setiap aliran air yang turun, seolah-olah menghapus lelah dan penat yang mengendap di tubuhku. Setelah selesai mandi, aku memakaikan mantel mandi dan mengeringkan tubuh dengan handuk yang lain. Rasa segar dan bersih menyelimuti diriku, memberikan semangat baru setelah seharian beraktivitas. Aku melangkah menuju meja rias dan duduk di depan cermin besar yang memantulkan bayanganku yang terlihat lebih segar dari sebelumnya.
Aku mengambil hairdryer yang terletak di sudut meja rias dan mulai mengeringkan rambutku. Suara berdengung dari hairdryer mulai terdengar saat aku menyalakannya, menciptakan suasana kamar yang sedikit lebih hangat dan menenangkan. Udara hangat dari hairdryer menyentuh kulit kepalaku, memberikan sensasi yang nyaman dan relaksasi. Aku mengambil sisir dari laci meja rias, mulai menyisir rambutku dengan hati-hati agar tidak kusut. Rambutku yang semula basah dan berat, sekarang mulai mengembang dengan ringan dan tampak lebih bervolume. Aku menyisir rambutku dengan perlahan, memastikan tidak ada yang tertinggal kusut atau terjepit.
Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Jenna, teman sekamarku, masuk dengan membawa sebuah buku tebal di tangannya. Aku langsung mengenali buku itu. Buku itu adalah semacam jurnal besar yang berisi catatan-catatan penting mengenai anak-anak asrama yang melanggar peraturan. Jujur saja setiap Jenna datang dan membawa buku itu, suasana langsung berubah menjadi serius bahkan mencekam. Jenna adalah dewan keamanan asrama, jadi dia selalu sibuk dengan urusan semacam ini. Aku tahu betul bagaimana Jenna sangat berdedikasi dalam tugasnya. Dia selalu memastikan bahwa setiap pelanggaran dicatat dengan rapi dan diberi sanksi yang sesuai. Sebagai dewan keamanan, dia tidak hanya bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban, tetapi juga memberikan bimbingan kepada anak-anak yang sering melanggar aturan.
Jenna pindah ke meja belajarnya, meletakkan buku tebal itu dengan hati-hati di atas meja. Aku melihatnya mengeluarkan pulpen dan mulai mencatat nama-nama siswa yang melanggar peraturan. Ia memilah-milah nama-nama itu, menentukan siapa saja yang sudah menjalani hukuman dan siapa yang belum. Wajahnya serius, dan matanya terfokus pada setiap halaman buku itu. Sementara itu, aku masih berkutat dengan skincare rutin wajahku di depan cermin rias. Aku mengoleskan toner dengan kapas, menepuk-nepuknya perlahan di seluruh wajah. Aroma segar dari skincare-ku membuatku merasa rileks. Sesekali, aku bisa mendengar suara pena Jenna yang bergerak cepat di atas kertas.
"Apa yang terjadi kali ini?" tanya Lizzia yang tengah sibuk di meja belajarnya juga —mencoba mengusir rasa penasaran yang mungkin timbul tiba-tiba. Jenna menghela napas panjang sebelum menjawab. "Beberapa anak ketahuan nyelinap keluar asrama setelah jam malam. Ini udah ketiga kalinya dalam bulan ini."
Tugas menjaga keamanan asrama bukanlah hal yang mudah, dan dia harus menghadapi banyak begitu banyak tantangan. "Gimana mereka bisa ketahuan?" kali ini giliranku bertanya.
"Salah satu penjaga ngeliat mereka manjat pager belakang. Mereka pikir nggak ada yang liat karena suasana sepi, tapi kan penjaga sering patroli rutin, ya jangan harap aja bisa lepas." jawab Jenna sambil membuka halaman buku dan menunjukkan catatannya. "Nih, laporan dari penjaga. Malem ini gue harus bikin laporan resmi, terus serahin ke kepala asrama besok pagi." Aku mengangguk, merasa sedikit bersalah karena kadang-kadang aku juga suka melanggar aturan kecil di asrama.
Aku melihat catatan Jenna, terkesan dengan detail yang dia berikan. Dia mencatat setiap nama anak yang terlibat, waktu kejadian, dan deskripsi lengkap tentang apa yang mereka lakukan. Jenna memang selalu serius dalam pekerjaannya, dan itulah yang membuatnya dihormati oleh banyak orang di asrama, bahkan ditakuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Bulan 🌙
HorrorTadinya Luna adalah siswi pindahan yang kini menetap di asrama Decelis semenjak orang tuanya pindah di kota ini. Harapnya tak muluk-muluk, ia hanya ingin beradaptasi di asrama dengan baik, mendapatkan banyak teman dan ilmu yang bermanfaat. Namun sem...