EPS. 8

43 15 0
                                    

Aku tertegun sejenak mendengar ucapan Zafir. Tentu saja mustahil jika aku memberikan jawaban jujur, karna itu adalah rahasia besar yang ku sembunyikan dari semua orang di dunia ini... bahwa aku bukanlah Agatha yang sebenarnya.

"Haha... Itu hanya perasaamu saja, aku tetaplah Agatha.. hanya saja aku sudah menjadi wanita dewasa sekarang, bukankah begitu?"jawabku dengan nada bercanda mencoba mencairkan suasana

Zafir hanya tersenyum membalas ucapanku tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Aku harap aku selalu dilibatkan dalam kehidupanmu dan jadi bagian dari setiap ceritamu Agatha, jika ada sesuatu yang ingin kau sampaikan.. katakan saja, jangan ragu..aku akan mendengarkan dan menjadi tempat sandaran bagimu" ucapnya dengan mata berkaca-kaca sambil berusaha tetap tersenyum

Aku jadi merasa bersalah, orang yang di hadapanku ini benar-benar tulus mencintai raga yang kutempati sekarang.. dia bahkan yang lebih peka dari siapapun mengenai perubahan pada diri Agatha, Zafir.. maafkan aku, aku belum bisa jujur padamu sekarang

"Kau suka sekali kuenya, ya?" Ucapnya tiba tiba sambil mengusap kepalaku

"Ah, i-iya.. rasanya manis aku suka" ucapku berpura-pura terlihat ceria dihadapannya

"Aku juga suka" ucap zafir pelan sambil memandang mataku dengan senyum tulus. Tiba-tiba Zafir mendekatkan wajahnya, jantungku mulai berdegup kencang

"Anak ini mau apa?!! kenapa mendekatkan wajahnya ke wajahku tiba-tiba?!!! apa jangan jangan dia mau menciumm?!!!!"

Tanganku sudah ancang-ancang untuk mendorongnya jika dia melakukan itu, jujur saja aku belum siap melakukan itu, jangankan ciuman berpelukan atau bergandengan tangan saja dengan laki laki aku tidak pernah.. Walau dia tokoh favoritku tetap saja!!

Ternyata Zafir hanya mengelap bibirku karna ada krim cake yang menempel.

"Eh? perasaan kecewa macam apa ini.. Astaga" Gumamku, "Hey!!! Jangan tiba tiba mendekatkan wajahmu begitu dong!! Bagaimana kalau aku salah paham!!...tapi.. terimakasih" Rasanya malu sekali karna sudah membayangkan hal yang tidak tidak, dasar diriku ini.

"Bagaimana kalau aku mau kau salah paham?" Wajahnya mencerminkan perasaan yang campur aduk, antara keinginan yang terpendam dan kekhawatiran. Matanya menatap mataku dengan tatapan penuh kasih sayang, nafasannya terdengar agak berat, dan tubuhnya semakin condong kearah ku memberikan petunjuk bahwa dia benar-benar akan menciumku tanpa keraguan lagi.


"Bolehkah aku?..." (Ucapnya dengan suara lirih)

"Eh... EHH!!!!!"
T

IDAKKK!!!!! AKU MASIH BELUM SIAP!!!!" teriakku panik hingga tidak sengaja refleks mendorongnya, aku segera berdiri menjauh dari Zafir

Zafir tampak terkejut, ia segera memalingkan wajahnya, mungkin mencoba menyembunyikan rasa malunya?

"Hahaha langitnya bagus," ucapku sambil tertawa canggung, berharap dapat meredakan ketegangan di udara.

"Duduklah, Agatha," ucap Zafir dengan lembut sambil menepuk tempat di sebelahnya.

Aku melirik ke arahnya, dengan tatapan ragu

"Aku berjanji tidak akan melakukan apa-apa" ucapnya sambil mengelus tengkuknya gugup

"Apa yang akan dia katakan selanjutnya?!!! sial.. jantungku masih berdegup kencang, rasanya sesak" gerutuku dalam hati, mencoba meredam gelombang emosi yang menghantui.

"Agatha.." ucap Zafir dengan nada lembut membuka obrolan kembali dengan penuh kehati-hatian. "Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman, lupakan saja yang tadi, anggap itu tidak pernah terjadi." Zafir menatapku sambil tersenyum hangat, walaupun ekspresinya begitu, nada suaranya suaranya tidak bisa berbohong kalau sebenarnya dia sedih

Aku menghindari tatapan matanya dengan canggung lalu mengangguk, mencoba meredakan ketidaknyamanan yang masih terasa.

Suasana disekitar kami terasa sarat dengan ketegangan yang tumbuh.
"arghh!!! Ini sangat tidak nyaman!!!" (teriakku dalam batin)

Tiba-tiba, Zafir mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. "Ini untukmu," katanya sambil meraih kedua tanganku dengan lembut.

"Apa ini?" Tanyaku heran, tiba-tiba diberi sesuatu setelah situasi tidak terduga.

"Kau lihat saja sendiri," ucapnya sambil tersenyum hangat. "Kuharap kau menyukainya."

Dengan rasa penasaran, aku membuka kotak itu, menemukan sebuah cincin dengan batu permata bewarna hijau zamrud seperti warna matanya, "kau pernah bilang kalau warna mataku terindah seduniakan?" ucapnya dengan nada bercanda

/Aku mengangguk sambil memeluk kotak hadiah pemberiannya/
"Terima kasih Zafir"

Sebuah kehangatan menyelimuti kami, seolah-olah hal canggung sebelumnya tidak pernah terjadi. Zafir tertawa lembut, "Sama-sama", Suasana canggung mulai tergantikan oleh kebahagiaan yang tumbuh di antara kami, menciptakan momen yang hangat.

Zafir tersenyum bahagia, memancarkan kehangatan ketika melihat senyum di wajahku. "Aku senang kau menyukainya, Agatha. Sekarang, mari kita kembali menikmati malam ini," ajaknya dengan penuh kelembutan, mengulurkan tangannya untukku.

Tangan kami bergandengan sembari berjalan menuju ruang dansa, di mana Zafir dengan sikap ramah dan humorisnya berhasil menghapus ingatan momen canggung di antara kami. Setiap langkah kami diiringi oleh tawa dan obrolan ringan.

"Agatha, tunggu sebentar di sini ya. Aku ingin meletakkan piring cakemu tadi," ucap Zafir sambil berhenti sejenak.

"Biar aku saja," ucapku, merasa bersalah karena membuatnya repot.

"Tidak, aku yang membawakannya untukmu tadi, dan aku juga yang akan meletakkannya," ujar Zafir dengan tegas.

"baiklah.. terima kasih, Zafir," ucapku dengan nada sungkan.

Saat aku sendirian menunggu Zafir di tengah kerumunan tamu pesta dansa, tiba-tiba seorang pria berambut pirang bermata biru dengan tinggi semampai menghampiri. Pria itu mengenakan kain sutra mewah, yang memberikan aura agung dan keanggunan. Wajahnya tampan namun memancarkan dinginnya seorang pangeran yang tak dapat didekati dengan mudah.

Pria tersebut dengan sopan menyodorkan pita rambut merah muda berpayet ke arahku. Aku langsung meraba bagian belakang rambutku dan baru menyadari bahwa pita tersebut adalah pemberian Grace yang hilang.

"Syukurlah..Terima kasih banyak tuan, saya tidak sadar kalau ini hilang... Ini barang berharga pemberian teman saya," ucapku dengan lega, sambil membungkukan badan sebagai tanda terima kasih.

"Tidak masalah," ucap pangeran itu singkat, memberikan senyum tipis yang sedikit mendinginkan suasana di sekitar kami.

Saat mengangkat wajahku, aku terkejut mendapati sosok Pangeran Henry. "Akhirnya aku menemukanmu," ucapku spontan.

"Saya?" Ucapnya bingung.

To be continued
______________________________________

MY SOULMATE IN ANOTHER WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang