EPS. 6

57 14 0
                                    

Aku masih saja merasa lesu, seperti kehilangan semangat untuk memperjuangkan hidupku didunia ini, namun saat sampai di rumah desain lady Rose aku menjadi bersemangat kembali.

Banyak gaun yang indah di pajang, melihat gaun-gaun tersebut aku menjadi tak sabar untuk segera memakai gaun milikku, terlebih Erina mengatakan bahwa gaun ini di rancang oleh Agatha sendiri.

"Putri Agatha, ini gaun milikmu" ucap seorang wanita muda dengan gaya baju yang unik dan warna yang nyentrik

"Wah.. terimakasih nona" ucapku ramah sambil menerima gaun bewarna putih dengan payet yang berkilauan darinya

"WOAH!!!" Ucapku takjub

"Hohoho, sepertinya putri Agatha sangat suka... Syukurlah" ucap wanita muda itu

Ternyata wanita muda itulah lady Rose, aku kira lady Rose itu wanita paruh baya.. ternyata ia jauh lebih muda dari pada yang ku bayangkan

Aku ingin mencoba gaun ini secepat mungkin, namun Erina mengatakan bahwa aku tidak punya banyak waktu dan harus segera melanjutkan perjalanan menuju desa menghadiri peresmian jembatan. Apa boleh buat, toh nanti pada akhirnya baju ini akan ku kenakan juga, tapi tetap saja aku ingin mencoba mengenakan gaun ini secepatnya.

Lalu setelah kunjungan dari rumah desain tersebut aku melanjutkan jadwalku yang lainnya, tak ada hal menarik setelahnya.. aku harus tersenyum sepanjang hari dan menyapa orang orang yang kutemui, untungnya saja aku tidak disuruh berpidato atau semacamnya.

aku merasa kehabisan energi menghabiskan setengah hariku di tengah keramaian..karna aku adalah seorang introvert dikehidupan nyata.

Matahari hampir terbenam, kini aku berada dikamar bersama dengan beberapa pelayan yang tengah meriasku untuk upacara kedewasaan. Di saat inilah aku baru bisa memandang wajahku dengan jelas, cermin memantulkan sosok Agatha dengan rambut halus panjang bergelombang seperti sungai perak yang mengalir indah dengan pipi yang merona dan bibir tipis yang manis seperti ceri.

Kulitnya berwarna putih pucat seperti boneka porselen dan halus selembut sutra, tulang rahang miliknya membentuk garis anggun yang cantik, setiap detail wajah Agatha memantulkan kecantikan seperti karya seni.

"Rasanya seperti memandang lukisan saja saat aku bercermin" ucapku terkagum-kagum

Diantara pelayan yang meriasku, tak ada satupun yang kukenal, Erina tidak ada bersamaku, ia sedang bertugas untuk memantau hidangan pesta sehingga tak bisa ikut membantu merias ku. aku jadi merasa canggung dan hanya diam saja selama persiapan. Sembari merias, para pelayan juga tak henti hentinya melontarkan pujian yang membuatku tersipu malu.

"Sadar Leony, yang dipuji Agatha bukan dirimu" ucapku dalam hati sadar diri

Tiba tiba sesosok wanita dengan gaun merah maron masuk kekamar, dikepalanya terpasang tiara megah yang bertaburan mutiara dan batu permata. Wanita itu sangat cantik dengan rambut perak panjang terurai auranya sangat agung dan bersinar, sekali pandang saja orang pasti tahu bahwa ia adalah sang ratu.

"Wahhh, pantas saja Agatha memiliki paras yang cantik... Ibunya saja bak bidadari"

"Putri kecil ibu, ini hadiah untukmu kenakanlah" ucapnya hangat dengan suaranya yang lembut

"Terima kasih ibunda" ucapku dengan nada manja meniru gaya Agatha bicara

Sang ratu pun tersenyum bangga sembari mengelus pelan rambutku

Lalu setelahnya ia menuntunku keluar menuju ruang pesta di lantai bawah, aku tak menyangka kalau upacara ini dihadiri begitu banyak orang... Tiba tiba aku mematung karna gugup, semua perhatian tersorot pada diriku yang hendak menuruni tangga.

Lalu yang mulia ratu menggandeng tanganku

"Ayo sayang" ucapnya dengan nada lembut sambil terus mengukir senyum manis diwajahnya

"Ayolah, ini bukan saatnya untuk canggung dan takut akan keramaian... Kini aku bukanlah diriku yang dulu, aku pasti bisa berani" ucapku meyakinkan diri

Sesaat aku mulai tenang karna aku mencoba membayangkan bahwa kerumunan itu adalah kumpulan patung. Dengan percaya diri aku menuruni tangga bersama sang ratu.

Acara dimulai dengan upacara pemberkatan. Bisa dibilang acara ini sama seperti perayaan ulang tahun, namun versi zaman ini, yang membedakannya adalah acara ini hanya dilakukan sekali seumur hidup untuk seorang gadis yang sudah memasuki usia dewasanya, yaitu 17 tahun. Lalu dilanjutkan dengan tradisi memasangkan mahkota emas turun temurun dan diakhiri dengan pesta dansa.

Untungnya saja aku tidak melakukan hal memalukan dan acaranya berjalan lancar

"Putriku sangat bersinar" ucap ratu bangga

"Tentu saja, siapa dulu ayahnya? Omong-omong selamat hari kedewasaan putri kecil ayah" ucap sang raja sambil memelukku erat

"Agatha sudah besar Frank, dia bukan putri kecil ayah lagi melainkan gadis cantik ibundanya" jawab sang ratu sambil terkekeh

"Tetap saja Agatha masih terlihat seperti putri kecil di mataku, sampai kapanpun akan selalu begitu" ucap yang mulia raja sambil diiringi gelak tawa khasnya menggoda ratu

"Ayah..." Ucapku berpura-pura protes

"Astaga" ucap yang mulia ratu sambil tersenyum dan menggelengkan kepala

Mereka berdua terlihat romantis, keluarga Agatha benar benar keluarga ideal dan harmonis, beruntungnya dia memiliki orang tua yang menyayanginya begini.. aku jadi iri, aku saja tidak pernah merasakan kehangatan dari orang tuaku di kehidupan nyata, bertemu mereka saja tidak pernah

"Ayahanda dan Ibunda, mengapa kalian tidak ikut berdansa juga?"

"Sayang, kami sudah terlalu tua untuk berdansa"

"Ayolah sayang, ini hari bahagia putri kecil kita.. mari kita kabulkan semua keinginannya" ucap raja

"Tapi Frank, aku-" ucap ratu malu-malu

"Kumohon" ucapku sambil menatap kedua orang tuaku dengan mata memelas

"Baiklah, ayo Frank" ucap sang ratu yang akhirnya setuju ikut berdansa

Raja dan ratu terlihat sangat menikmati dansa, mereka menari seperti mereka pasangan muda yang baru menghadiri pesta dansa kerajaan..sangat serasi

Aku rasa tak ada yang memperhatikanku sekarang, semuanya sedang sibuk berdansa.. begitu juga dengan orang tuaku, ini saat yang tepat bagiku untuk mengendap keluar, hehe.. akhirnya kebebasan

Namun mendadak aku memilih untuk mengurungkan niatku meninggalkan ruangan ini karna dihampiri pangeran kesayangan kita semua

"Gaun yang indah" pujinya sambil terus memasang senyum cerah yang teramat ceramah sampai rasanya mataku pedih karena silau

"Ya ya, makasih" jawabku malas

Zafir terkekeh mendengar responku yang acuh tak acuh, "mau berdansa denganku?"

"Kau tahukan terakhir kali kita berdansa bagaimana, aku tidak mau" ucapku malu

Zafir mengulurkan tangannya, "aku tahu kau bisa lebih baik dari pada kemarin, kau hanya gugup di pesta dansa pertama kita bukan?" Ucapnya meyakinkan kemampuanku

Aku meraih tangannya ragu, lalu Zafir dengan langkah pelan membimbingku ketengah lantai dansa, dalam sekejap terasa banyak sorotan mata tertuju pada kami. Aku menatap Zafir gugup

"Semua akan baik-baik saja" bisiknya lembut

TO BE CONTINUED
_________________________________

Holla tem's 👋, I'm back😆...
Tetap dukung aku terus ya, see ya di next eps... Bye🤗

MY SOULMATE IN ANOTHER WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang