Enam

73 12 0
                                    

*****

          Saat merasakan udara di sekitarku mendingin, aku terbangun untuk menemukan tidak ada siapa-siapa di sisiku.

Kemana perginya Aruna? Itu adalah hal pertama yang masuk ke dalam pikiranku.

Aku bangkit dari atas tempat tidur dan kemudian berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah menghabiskan waktu sekitar beberapa puluh menit, akhirnya aku siap untuk berangkat kuliah hari ini.

Hari ini aku giliran kelas pagi. Seperti biasanya. Pada jam 7, aku sudah harus berangkat bersama Papa agar aku tidak terlambat kelas.

Tapi.. dimana lelaki itu?

Aku melirik ke seluruh ruangan. Rumahku yang biasanya ramai oleh Papa dan Mama, kini terasa sepi entah mengapa dan sekarang aku tengah memikirkan beberapa kejadian aneh sejak semalam di dalam kepalaku.

Aruna yang berkunjung dan bermalam, Papa dan Mama yang menghilang di pagi harinya, lantas ketidakberadaan Aruna yang sudah jelas-jelas tidur bersamaku malam tadi.

Aku menuntun kedua kakiku berjalan menuju ruang belakang untuk menemukan kekosongan belaka. Tak ada siapa-siapa di sana kecuali catatan yang menempel di atas meja makan.

Saat melihat tulisan milik Mama yang familiar, aku membacanya hati-hati.

'Papa mengantar Mama ke luar kota hari ini. Jadi kamu berangkat pakai ojek online ya! Oh ya, sarapannya sudah disediakan di dalam laci. Have fun!

-Love Mama.'

Aku terkekeh kecil saat membaca catatan itu dan membayangkan Mama benar-benar mengatakannya di hadapanku.

Dengan segera, aku mengambil sarapanku dan membuka ponsel untuk memesan ojek online.

Saat aku hampir saja memesan gojek, aku mendapatkan pesan dari Aruna. Isi pesannya singkat. Tapi itu cukup membuatku terkejut.


^*^

ArunaMiguel: Maaf tak bisa berkunjung semalam. Aku ada kegiatan lain yang menunggu.

^*^


Pesan singkat dari Aruna langsung membuat keningku mengkerut dalam. Bukannya semalam gadis tomboy itu bermalam di rumahku?

Atau... Apa semua itu hanyalah mimpi belaka?

Apa kegiatan kami hanya berhenti setelah Aruna mengantarku dari bukit seperti biasanya?

Aku mengurut kepalaku yang tiba-tiba terasa pusing. Terlalu bingung dengan mana yang nyata dan mana yang mimpi.

Dengan kening mengkerut, aku menutup aplikasi pesan dan membiarkan isi kepalaku bertarung ketika aku menikmati sarapan pagiku.

Sudah hampir jam tujuh sekarang dan kelasku dimulai beberapa menit lagi. Aku mencoba tak menghiraukan pesan Aruna dan menyelesaikan sarapanku agar dapat berangkat sekarang juga.

Saat keluar dari rumah dan mengunci pintu karena tak ada siapa-siapa, aku disuguhkan dengan pemandangan motor Aruna yang tiba-tiba berada di muka gerbang.

Ia seolah baru saja sampai karena motornya masih mengaung. Biasanya, Aruna akan segera mematikan mesin ketika ia sampai di tujuan dan sekarang mesin kuda besi besar milik si tomboy masih berjalan. Itu dia alasan mengapa aku berasumsi kalau Aruna baru saja sampai di depan rumah.

"Bareng?" ujarnya sedikit teriak dari dalam kaca helm yang tertutup.

Aku berlari kecil menghampirinya. "Aku sudah pesan ojek online" jawabku setelah kami berdekatan.

Rembulan (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang