"Bos, apakah akan baik-baik saja membiarkan nona berada di sana sendirian?"
Sean baru meneguk sampanye-nya, kemudian menoleh ke arah John yang datang menghampiri.
"Kenapa kau begitu perhatian padanya?" Sean mendengus kesal.
"Bukan begitu." John menampik dengan cepat karena tidak ingin disalahpahami. "Beberapa jam lalu nona baru saja kembali dari kematian. Bagaimana kalau di sana kondisinya memburuk lagi?"
"Biarkan saja." Sean acuh dan kembali meneguk sampanye.
Sebenarnya ucapan John mengusik hatinya, tapi karena hal itu Sean semakin membenci keadaan ini. Ia tidak seharusnya peduli pada kondisi Zara karena gadis itu berniat membunuhnya.
"Berapa lama anda berniat mengurungnya di sana?" John kembali bertanya.
"Sampai dia menyerah dan bersedia menerima tawaranku."
"Kenapa anda memberikan perhatian lebih padanya, Bos?" Pertanyaan John kali ini membuat Sean menatap tajam orang kepercayaannya itu.
"Apa maksudmu memberi perhatian? Aku tidak seperti itu."
"Lalu kenapa tidak melepaskannya saja, Bos?"
"Supaya dia memiliki kesempatan untuk menodongkan pistol lagi ke arahku? Cih, yang benar saja."
"Kita bisa memasukkannya ke dalam penjara resmi milik kepolisian."
Semua ucapan yang John lontarkan adalah benar dan masuk akal, tapi entah kenapa Sean tidak menyukai gagasan itu. Ia tidak ingin Zara lepas dari kuasanya.
Tapi gadis itu merepotkan. Sisi lain dalam diri Sean berbicara.
"Tidak!" Sahut Sean tegas. "Gadis itu akan terus di sini sampai dia memahami posisinya. Dan kau! Jangan mencoba untuk mempengaruhi keputusanku lagi."
"Baik, Bos. Aku mengerti." John mengangguk patuh.
"Apakah cctv di ruangan itu masih berfungsi?" Sean bertanya setelahnya.
"Karena sudah bertahun-tahun terabaikan, aku akan memastikannya lebih dulu."
"Pastikan cctv nya menyala dan terhubung dengan komputerku."
"Baik, Bos." John undur diri dan meninggalkan Sean yang kembali meneguk sampanye.
Sudah lewat dari tengah malam, bahkan matahari mungkin akan segera terbit, tapi Sean tidak bisa beristirahat. Lebih tepatnya, tubuhnya tidak mau beristirahat.
Sean sudah mencoba berbaring dan memejamkan matanya tadi, tapi rasa kantuk tidak kunjung datang. Di sinilah dirinya, menghabiskan waktu sendiri untuk minum.
Jika sudah mabuk, ia akan cepat tidur.
***
Suara ketukan sepatu yang Sean kenakan menggema di ruang bawah tanah yang lembab dan sunyi. Ia menyusuri lorong menuju tempat dirinya mengurung Zara semalam dan menemukan gadis itu tengah tertidur meringkuk.
Sean mengetuk jeruji dengan gembok hingga menimbulkan suara bising yang akhirnya membangunkan Zara. Gadis itu langsung beringsut menjauhi jeruji ketika menyadari keberadaannya. Zara pasti mengalami malam yang tidak mengenakan di tempat ini, bukan?
Tidak ada yang tahan dikurung di ruangan ini lebih dari dua jam. Sejujurnya Sean salut karena Zara bisa tahan berada di sini selama hampir lima jam.
"Aku terkejut kau bisa tidur pulas di tempat ini." Sean membuka pembicaraan. "Bagaimana rasanya? Apa tidak ada tikus besar yang berusaha memakanmu?"
Zara tidak menjawab. Hanya memberikan tatapan penuh rasa benci kepada Sean. Walau dengan pencahayaan yang minim, Sean masih bisa melihat sisa-sisa bekas airmata di wajah cantik yang kini tertutup noda debu dan kotoran di beberapa bagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (NEW)
RomanceZara terjebak bersama Sean, pria yang sudah menghancurkan hidupnya serta keluarganya dalam sekejap mata. Pria keji itu telah membuat Zara tidak ingin hidup lagi. Namun yang lebih ironisnya adalah Zara juga tidak bisa mati tanpa ijin Sean. "Lebih bai...