Tangan Zara tidak berhenti gemetar sejak dirinya mulai dipersiapkan untuk menghadiri acara pacuan kuda siang nanti. Perkataan pria misterius yang ditemuinya tempo hari benar. Hari ini Sean akan mengajaknya ke acara pacuan kuda tersebut, yang berarti hari ini adalah kesempatan baginya untuk bisa melarikan diri.
"Kau tidak perlu terlalu gugup, Nona."
Perias yang sedang mendandani wajah Zara membuatnya tersadar. Sambil menghela napas dan berusaha tersenyum, Zara mencoba menyembunyikan kegugupannya.
"Dari beberapa wanita Tuan Sean yang pernah aku dandani, kau memiliki wajah natural yang paling cantik." Pujian yang diberikan perias tersebut tidak membuat Zara senang sama sekali.
Untuk apa perias itu mengatakannya? Zara tidak perlu diingatkan bahwa dirinya saat ini memang sudah menjadi wanita Sean, walau secara terpaksa.
"Sudah selesai." Sahut perias itu dengan senyum penuh bangga melihat hasil karyanya pada wajah Zara yang memang semakin terlihat cantik.
Zara masih diam saja, duduk di depan meja rias ketika perias tersebut merapikan barang-barangnya kemudian berpamitan setelah semuanya selesai.
"Kau terlihat cantik."
Zara menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara Sean dan menemukan pria itu sudah berdiri bersandar pada daun pintu yang terbuka. Sean menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan senyum tipis di sudut bibirnya.
Tatapan mereka bertemu kemudian dan Zara merasakan sesuatu yang aneh berdesir di dalam hatinya. Sesuatu yang terasa janggal dan salah.
Zara masih terus memperhatikan ketika Sean mengambil langkah mendekat dan berhenti tepat di hadapannya. Ia harus mendongak untuk bisa melihat wajah pria itu.
"Bersikaplah yang baik selama kita di sana."
"Kalau kau begitu takut aku melakukan hal yang akan merepotkanmu, kenapa mengajakku ke sana?" Zara bertanya dengan berani.
Sean mendengus mendengarnya. "Jadi si mulut pintar ini sudah kembali?"
Zara hanya menatap datar ke arah Sean.
"Kau bertanya kenapa aku mengajakmu ke sana, Zara? Itu karena aku ingin semua orang tahu bahwa kau adalah milikku." Ucap Sean dengan penuh penekanan. "Lagipula aku sedang tidak ingin digoda oleh wanita lain selama berada di sana."
Mendengar hal itu, emosi Zara cukup tersulut. Tentu saja akan ada banyak wanita lain di sana yang bersedia melemparkan diri mereka pada Sean. Pria itu adalah pria brengsek yang sialnya memiliki semua jenis daya tarik yang bisa membuat lawan jenis tergila-gila, tampan dan kaya raya. Kekurangan Sean hanya satu, pria itu tidak memiliki hati.
Sean terkekeh sambil menatap Zara, "jangan cemberut seperti itu, Zara. Kau masih menjadi favoritku."
Zara memilih untuk membuang muka setelah mendengar ucapan Sean, tapi dalam sekejap pria itu menarik dagu Zara agar kembali menatapnya.
"Apa masih kurang?" Pertanyaan ambigu yang Sean lontarkan membuat Zara mengerutkan keningnya.
Apa yang sedang pria itu bicarakan?
"Semua yang kulakukan padamu, apa masih kurang?" Sean memperjelas pertanyaannya.
"Kau merampas kebebasanku, Sean. Jangan lupakan itu." Desis Zara.
"Karena itu aku memintamu untuk menyerahkan diri secara penuh."
"Kau sudah mendapatkannya bahkan tanpa persetujuanku." Zara kembali membalas.
"Tidak. Aku juga ingin hatimu." Sean menatap tajam. "Jika kau melakukannya, Zara, maka aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik. Kau akan menikmati semua kemewahan yang belum pernah kau rasakan sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (NEW)
RomanceZara terjebak bersama Sean, pria yang sudah menghancurkan hidupnya serta keluarganya dalam sekejap mata. Pria keji itu telah membuat Zara tidak ingin hidup lagi. Namun yang lebih ironisnya adalah Zara juga tidak bisa mati tanpa ijin Sean. "Lebih bai...