Unsure

105 7 0
                                    

"Kulihat kau mengobrol dengan Krystal tadi."

Zara yang sedang berjalan di samping Sean menoleh sebentar ke arahnya. "Kenapa? Apa aku  juga tidak boleh bicara pada siapa pun?"

"Bukan itu maksudku. Aku tidak keberatan jika kau berteman dengannya. Lagipula, dia adalah istri Kai."

Sean mengerutkan keningnya sendiri setelah mengatakan hal itu karena merasa aneh. Padahal dulu dia bahkan memarahi Zara saat gadis itu ketahuan mengadu pada Krystal, tapi kini dirinya tidak keberatan sama sekali. Selain itu, Krystal jelas memiliki sifat yang mirip dengan suaminya, Kai. Mereka berdua sama-sama tidak terpengaruh dengan aura dominan yang Sean tunjukkan.

Disaat para tamu undangan lain tidak ada yang mendekati Zara karena segan pada Sean, Krystal justru melakukan yang sebaliknya.

"Krystal cukup baik." Zara membalas. "Akan sangat bagus jika aku bisa berteman dengannya nanti."

"Kau bisa mengundangnya ke mansion jika kau ingin." Sean memberi usul.

"Untuk apa? Krystal pasti akan merasa canggung karena kau juga akan ada di sana." Zara bergumam di akhir kalimat yang masih bisa didengar oleh Sean.

"Maksudku jika aku sedang berada di luar, kau boleh mengundangnya untuk menemanimu. Bukankah para wanita biasa melakukannya? Menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol dan lainnya." Sean menambahkan setelah terkekeh.

"Kenapa sikapmu seperti ini?" Pertanyaan yang dilontarkan Zara membuat Sean menoleh dan menghentikan langkahnya karena gadis itu juga sudah berhenti.

"Seperti apa?"

"Kau... menjadi baik." Zara menatap Sean seolah sedang meneliti. Ekspresi gadis itu sangat menggemaskan hingga Sean tidak bisa menahan senyumnya.

"Kenapa? Apa sekarang kau sudah jatuh hati padaku?"

"Siapa yang mengatakan seperti itu?" Zara bergumam lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi Sean dengan cepat menangkup wajah gadis itu dengan kedua telapak tangannya hingga mereka kembali berpandangan.

"Aku akan mewujudkannya." Bisik Sean sungguh-sungguh. "Aku akan membuatmu jatuh hati padaku."

Zara tidak membalas ucapannya dan hanya menatap Sean dengan sepasang mata yang indah. Melihat hal itu, Sean menunduk. Mendekatkan wajahnya pada Zara yang sepertinya tidak berusaha untuk menghindar.

Sean memberinya ciuman yang lembut. Begitu lembut hingga saat dirinya berhasil membuai Zara, gadis itu membalas ciumannya.

Sean tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya setelah ciuman mereka terlepas. Telapak tangannya menangkup pipi Zara yang merona dan memberi usapan lembut di sana dengan ibu jari.

"Jadi kekasihku?"

"Apa?" Sean bisa melihat Zara terkejut mendengar ungkapan mendadak darinya.

"Jadi kekasihku, Zara, bagaimana?" Sean mengulang kalimatnya sambil menatap Zara dengan perhatian penuh.

"Kenapa?"

Sean terkekeh mendengar pertanyaan itu, ditambah lagi ekspresi Zara saat ini benar-benar polos dan menggemaskan.

 "Aku akan memberimu waktu tiga hari untuk menerima tawaranku."

"Kurasa itu terdengar seperti sebuah paksaan." Zara bergumam yang kembali mengundang tawa Sean.

"Aku memang tidak menerima penolakan, Zara. Khususnya darimu."

"Jadi apa gunanya menunggu tiga hari?"

"Kalau begitu terima aku sekarang juga."

"Ijinkan aku bertemu dengan Leon lebih dulu."

Sean langsung menghela napas mendengar syarat yang Zara ajukan. "Serius, Zara? Apa hubungan antara masalah ini dengan bajingan itu?"

TOXIC (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang