Setelah seharian menjalani hukumannya dengan hanya terkurung di dalam kamar, Zara menghabiskan waktu hanya untuk melamun di depan jendela. Melihat pepohonan rimbun yang gelap sejauh matanya memandang sambil berharap ada seseorang yang datang untuk membawanya pergi dari sini.
Bisa dibilang hukuman Sean kali ini tidak lagi berupa hukuman fisik, tapi tidak menutup kemungkinan pria itu akan terus memberikan hukuman yang sama. Sean sulit ditebak dan Zara masih cukup takut untuk melawan lebih keras.
Anggap saja dirinya beruntung saat di ruang bawah tanah karena pingsan. Jika tidak, Zara mungkin benar-benar akan dilecehkan oleh anak buah Sean tepat di hadapan pria itu.
Terdengar suara gemerincing kunci dari luar disusul pintu yang terbuka dan menampilkan sosok John membawa nampan berisi makan malam.
"Makan malam, Nona Zara."
Zara hanya memperhatikan ketika John meletakkan nampan di atas meja. Ia tidak berselera untuk makan.
"Hm, boleh aku bertanya?"
Zara berbicara saat John hampir mencapai pintu.
John berbalik dan menatapnya. "Ya, tentu saja, Nona."
"Apa Sean ada di sini?"
"Bos baru saja pergi." John menjawab. "Apa kau ingin menyampaikan sesuatu padanya?"
Zara menggeleng dengan cepat. "Aku hanya bertanya. Terima kasih."
"Baik, Nona."
John menutup pintu dan menguncinya dari luar, kembali mengurung Zara di kamar yang berukuran cukup luas ini sendirian.
Hingga malam semakin larut, Zara masih terjaga. Berulang kali mencari posisi berbaring yang nyaman, rasa kantuk belum juga menghampiri. Akhirnya Zara turun dari kasur dan kembali menuju jendela besar di mana sinar bulan menerangi. Ia menatap langit malam yang jernih. Satu-satunya hal bagus dari tempat ini adalah pemandangan langit malamnya yang luar biasa. Mungkin karena jauh dari perkotaan, Zara bisa melihat dengan jelas taburan bintang yang berkelap-kelip di langit. Malam ini bulan datang sepenuhnya dengan cahaya yang indah.
Zara memeluk kedua lututnya lalu menghela napas. Sudah berapa lama ia terjebak di sini? Lima hari? Enam hari? Hidupnya kacau sejak keputusan bodoh Zara untuk mendatangi Sean malam itu. Malam yang menjadi permulaan dari semua yang terjadi padanya saat ini.
Jika saja dirinya tidak menemui Sean malam itu, mungkin kakek dan neneknya masih hidup. Mereka mungkin akan kehilangan tanah dan tempat tinggal, tapi mereka akan tetap hidup bersama sampai detik ini. Bukan begitu?
Jika saja dirinya tidak menemui Sean...
Zara menggelengkan kepala ketika bayangan tentang dirinya dan Sean melakukan hal tidak terpuji itu berkelebat di dalam ingatannya. Zara sudah melakukan kesalahan besar dengan menyerahkan tubuhnya pada Sean dengan harapan pria itu akan melepaskan keluarganya.
Sean sudah mengambil semuanya. Ciuman pertama, seks pertama... Zara melakukannya pertama kali dengan Sean sementara pria itu pasti sudah meniduri banyak wanita.
Secara tiba-tiba, pintu kamarnya dibuka lebar dan menampilkan sosok Sean berdiri di ambang pintu hingga membuat Zara terperanjat. Kenapa pria itu datang tengah malam ke kamarnya?
"Kau tidak tidur?" Sean bertanya sambil berjalan masuk dan membiarkan pintu di belakangnya menutup sendiri.
"A-aku belum mengantuk. Apa yang kau lakukan di sini?"
"Kamar ini bagian dari rumahku, Zara." Dengus Sean. "Apa aku tidak boleh datang kemari?"
"Tapi kau sedang menghukumku." Zara membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (NEW)
RomanceZara terjebak bersama Sean, pria yang sudah menghancurkan hidupnya serta keluarganya dalam sekejap mata. Pria keji itu telah membuat Zara tidak ingin hidup lagi. Namun yang lebih ironisnya adalah Zara juga tidak bisa mati tanpa ijin Sean. "Lebih bai...