Zara mengumpulkan antisipasinya ketika Sean memberinya seringaian yang mengerikan itu. Pria keji itu pasti sudah mendapatkan rencana lain untuk menyiksanya. Itu pasti.
"Aku akan menghitung sampai sepuluh dan jika kau tidak berhasil keluar dari area mansionku, Zara, kau akan terjebak di sini sampai aku memutuskan untuk melepaskanmu."
Ucapan Sean seperti vonis mati bagi Zara, tapi setidaknya ia harus mencoba lolos bukan? Beberapa jam lalu dirinya berhasil menerobos dan menodongkan pistol ke arah Sean. Hanya melarikan diri saja pasti tidak akan sulit, benar kan?
"Bagaimana?" Sean bertanya.
"Akan aku pastikan kita tidak akan pernah bertemu lagi setelah ini." Zara sudah bertekad.
Dirinya gagal membunuh Sean malam ini dan walaupun ia sudah kehilangan kesempatan untuk membalas dendam, setidaknya melarikan diri adalah hal yang tepat daripada harus terjebak dalam waktu lama dengan pria iblis itu.
"Kita lihat nanti." Sean kembali menyeringai. "Kita mulai sekarang. Satu."
Zara tersentak karena Sean langsung menghitung tanpa aba-aba. Ia melepas paksa jarum infus yang menancap di punggung tangannya hingga menimbulkan rasa nyeri disertai darah yang menetes. Setelahnya ia langsung berlari menuju pintu dan keluar dari ruangan tersebut.
"Dua." Suara Sean menggema di antara kesunyian.
Zara memfokuskan pikirannya tanpa berhenti berlari untuk mencari tangga menuju lantai bawah. Zara tahu dirinya berada di lantai atas karena pemandangan di jendela tadi adalah bagian atas pohon-pohon yang rindang.
Zara terus berlari walau tanpa alas kaki hingga akhirnya ia berhasil menemukan tangga untuk turun ke bawah.
"Tiga."
Suara Sean seolah mengikutinya di belakang sana, tapi Zara berusaha untuk mengabaikan hal tersebut. Adrenalinnya terpacu, jantungnya berdebar begitu keras dan kepalanya kembali berdenyut, tapi Zara tidak boleh berhenti.
"Nona Zara."
Langkah Zara terhenti ketika John menghalangi jalannya. Lengan kiri pria itu sudah terbalut perban. Itu adalah ulah Zara di klub beberapa jam lalu.
"Empat." Suara Sean kembali terdengar di belakang.
"Minggir." Pinta Zara pada pria kekar di depannya.
"Anda tidak boleh ke mana-mana."
"Aku bilang MINGGIR!!" Zara berteriak walau tetap menjaga jarak aman dengan waspada. Ia tidak ingin dibekuk lagi seperti sebelumnya.
"Biarkan dia pergi, John! Kita lihat bagaimana dia bisa bertahan." Sean berbicara di ujung tangga di lantai atas. "Lima."
Zara menoleh ke arah Sean dan memberikan tatapan benci sebelum kembali menatap John dan berlari ke arah pria itu. Saat melewati badan besar John, Zara memberikan satu dorongan kuat walaupun tubuh itu akhirnya tetap tegap seperti batu.
Zara di hadapkan lagi pada lorong yang bercabang setelah berhasil melewati John. Harus ke arah mana dirinya sekarang?
"Enam."
Zara bergerak dengan cepat mencari jalan keluar hingga pada hitungan ke delapan dirinya berhasil menemukan pintu keluar. Saat dirinya berhasi membuka pintu, Zara langsung belari sekuat tenaga meninggalkan bangunan megah tersebut. Memaksa dirinya sendiri untuk menerobos halaman luas yang gelap. Sejauh apa pun Zara mencoba melihat, yang ditemuinya hanyalah jejeran pohon-pohon tinggi.
Tempat ini sudah pasti bukan halaman biasa. Tempat ini seperti hutan. Jalan yang Zara lalui saat ini pun seperti jalanan mobil yang berada di dalam hutan. Sebenarnya di mana ia berada saat ini? Kenapa Sean harus membuat tempat tinggal yang dikelilingi hutan?
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (NEW)
RomanceZara terjebak bersama Sean, pria yang sudah menghancurkan hidupnya serta keluarganya dalam sekejap mata. Pria keji itu telah membuat Zara tidak ingin hidup lagi. Namun yang lebih ironisnya adalah Zara juga tidak bisa mati tanpa ijin Sean. "Lebih bai...