Sean bangun lebih dulu dan melihat Zara masih tertidur pulas di sebelahnya dengan tubuh polos yang hanya ditutupi selembar kain selimut. Sebuah senyuman tersungging di wajahnya mengingat percintaan panas yang mereka lewati semalam. Sean tidak menyangka gadis itu akan menyerahkan diri secara sukarela tadi malam.
Gadis itu mendesah dan menyebut namanya berkali-kali semalaman dan seks dengan Zara adalah yang terbaik yang pernah Sean dapatkan. Sean menikmati bagaimana tubuh gadis itu merespon setiap sentuhannya dengan begitu baik. Kepolosan Zara justru semakin membangkitkan gairahnya.
Sean mengecup pipi Zara, turun ke pundak dan punggung yang terbuka itu. Awalnya Sean tidak berniat melakukan yang lebih, tapi wangi tubuh Zara membuat gairahnya mengambil alih. Satu tangannya menyibak selimut yang menutupi tubuh Zara hingga menampilkan dua benda kenyal yang menjadi kesukaannya sejak tadi malam.
"Nggghh.."
Lenguhan lirih dari Zara terdengar ketika mulut dan telapak tangan Sean melakukan tugasnya di masing-masing puncak dada gadis itu. Sean tersenyum saat menyadari gadis itu sudah terjaga.
"Good morning, Zara."
"Apa yang kau lakukan?" Gadis itu bergerak menghindar walau masih kesulitan untuk membuka mata. "Seanhh!"
Sean melepaskan mulutnya dari puncak dada Zara dengan satu isapan kuat hingga gadis itu mendesah. "Apa aku mengganggu tidurmu?" tanyanya dengan senyum.
Terlihat jelas suasana hati Sean sangat sangat baik pagi ini.
Zara yang sekujur tubuhnya masih pegal terutama dari bagian pinggang ke bawah hanya bisa menyembunyikan wajahnya di bawah bantal. Selain masih butuh istirahat, sejujurnya Zara tidak punya muka untuk berhadapan dengan Sean setelah apa yang mereka lakukan semalam. Entah apa yang merasuki dirinya tadi malam, tapi pagi ini Zara benar-benar menyesali perbuatannya.
"Kenapa menyembunyikan wajahmu?" pertanyaan Sean sudah pasti hanya sebuah ledekkan untuk menggoda Zara. "Semalam kau terang-terangan memanggil namaku dan pagi ini kau tidak mau melihatku?"
"Hentikan." Suara Zara teredam bantal. Gadis itu beringsut untuk menyembunyikan tubuh polosnya di bawah selimut dan Sean menikmati tontonan tersebut.
"Sarapan bersamaku tiga puluh menit lagi, Zara. Di meja makan." Sean berbicara setelah turun dari tempat tidur dan mengenakan kembali pakaiannya.
Zara keluar dari persembunyiannya dan menatap Sean dengan wajah polos. "Aku sudah diijinkan untuk keluar kamar?"
"Ya, kau harus berterima kasih karena kebaikanku." Sean menunduk tepat di atas wajah Zara hingga gadis itu menahan napas. "Berusahalah untuk tidak menguji kesabaranku lagi ke depannya."
Zara hanya berkedip menatap Sean.
"Kau butuh bantuanku?" Sean bertanya.
"Untuk apa?" Cicit Zara.
"Untuk bangun dari tempat tidur." Sean tersenyum meledek dan respon yang ia dapat sesuai dengan apa yang ia harapkan. Kedua pipi gadis itu kembali bersemu.
"A-aku bisa melakukannya sendiri." Zara kembali menyembunyikan wajahnya di bawah selimut dan Sean terkekeh geli melihatnya.
"Baiklah." Sean menarik dirinya. "Tiga puluh menit. Jangan terlambat."
Setelah mengatakan itu, Sean meninggalkan kamar Zara untuk kembali ke kamarnya. Di perjalanan, ia berpapasan dengan John.
"Selamat pagi, Bos." John menyapa seperti biasa.
"Selamat pagi." Sean membalas dengan senyum lalu melewati John.
Sementara itu John langsung berdiri terpaku di tempatnya karena melihat sikap Sean yang tidak biasa. Bosnya itu tidak biasanya membalas sapaan dari siapa pun. John jadi berpikir, mungkin ada sesuatu yang terjadi semalam, apalagi ia melihat bosnya baru saja keluar dari kamar Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (NEW)
RomanceZara terjebak bersama Sean, pria yang sudah menghancurkan hidupnya serta keluarganya dalam sekejap mata. Pria keji itu telah membuat Zara tidak ingin hidup lagi. Namun yang lebih ironisnya adalah Zara juga tidak bisa mati tanpa ijin Sean. "Lebih bai...