Sakit adalah sebuah konsekuensi yang harus diterima Sakura karena mencintai pria itu. Terluka dan patah hati termasuk didalamnya. Namun kenapa Sakura tidak dapat berhenti jika hanya rasa luka yang ia dapatkan? Apa karena harapan yang selalu ia yakini hingga membuat ia mati rasa.
Apa karena obsesi yang membutakannya sampai sejauh ini? Atau karena egonya yang tinggi hingga tidak ingin mengalah.
Sakura adalah sekian dari banyaknya wanita bodoh yang berpikir ia dapat meraih cinta dan berakhir dengan bahagia. Selalu berpikir tak masalah terluka jika pada akhirnya ia akan mendapatkannya, tidak peduli apapun selama ia bisa memilikinya. Dan kenyakinan itulah yang membuatnya melangkah sejauh ini hanya untuk mendapatkannya.
"Merepotkan." Ujar pria bersurai layaknya nanas itu dengan malasnya.
Shikamaru tidak peduli dengan kisah cinta seseorang, ia tidak begitu ingin tau kehidupan orang lain. Namun jika sudah membuatnya terseret dan menghambat tujuannya untuk segera berbaring di ranjang maka ia terpaksa akan ikut andil didalamnya.
"Ini bukan tugasmu. Jangan bertingkah dan kerjakan saja tugasmu itu. Haruno!" Shikamaru bukan tipe orang yang akan dengan mudah berbicara panjang lebar kecuali soal pekerjaan. Ia bukan tipekal yang sudih mengeluarkan sekata saja untuk hal yang bukan dari urusannya. Tapi melihat tingkah menyebalkan rekan satunya ini membuatnya ingin mengirimkan wanita bersurai gulali itu keluar angkasa jika perlu.
"Kenapa, aku bagian dari tim. Apa masalahmu NARA-SAN."
Bebal dan menyebalkan.
"Aissh, merepotkan." Gumam Shikamari memutar bola matanya jengah.
Wanita bersurai merah muda itu tidak terima jika dirinya tidak diikutsertakan dalam penangkapan tersangka yang berada di Shibuya. Bukankah ia juga anggaota tim divisi ini. Ia berada di tim ini untuk membantu bukan untuk menonton saja.
"Kau tau apa itu, Tim? Jika tidak mengerti kembali ke sekolah dan belajarlah. Jangan merepotkan orang lain demi ambisimu itu, kau pikir aku bodoh!!" Rasanya Shikamaru ingin meremukan apa saja yang ada disekitarnya, berurusan dengan wanita berklan Haruno satu ini benar-benar menguras emosinya.
Wanita itu pikir Shikamaru bodoh, tidak dapat melihat tujuan terselubung darinya. Ia tau maka dari itu ia tidak mengizinkannya.
"Kau bukan ketua Tim aku tidak meminta persetujuan darimu."
Ah, apa disini ada yang mau membeli wanita satu ini, rasanya gatal sekali Shikamaru ingin menjualnya saat ini atau mengirimkannya ke neraka jika perlu.
Sudahlah ia menyerah, terserah saja. Ia muak!
Pria berkuncir tinggi itu menghela napasnya ia berbalik pergi meninggalkan Sakura tanpa mau melanjutkan perdebatan mereka. Jika ungkapan 'wanita selalu benar' maka Sakura adalah pencetusnya.
Sakura menghela napasnya untuk menurunkan emosinya setelah berdebat dengan pria berklan Nara itu. Ia arahkan kakinya untuk masuk ke dalam kantor namun sebelum langkahnya membawanya masuk ia lebih dulu dikejutkan dengan keberadaan wanita sialan itu yang berjalan menghampirinya dengan sebatang rokok yang terjepit di celah bibirnya.
Wanita bersurai indigo itu menarik sudut bibirnya keatas menatap Sakura dengan pandangan mencemooh khas miliknya.
"Saat dia tidak memiliki siapapun yang dicintai kau bahkan tidak bisa mendapatkannya dan sekarang kau masih berpikir bisa mendapatkannya ketika hatinya sudah menjadi milik orang lain?" Ujar Hinata setelah berada tepat dihadapan wanita bersurai merah muda itu lalu menghembuskan asap rokok miliknya kemudian menaruh sisa rokok yang ia hisap ke dalam cup kopi yang di pegang oleh Sakura.
"Aku kasihan padamu." Bisik Hinata tepat di telinga Sakura, lalu kembali ke posisi sebelumnya sebelum berlari menghampiri seseorang yang baru saja keluar dari gedung kepolisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho [[Slow Up]]
Fanfiction- A Sasuhina Fanfiction Bagaimana jika seorang polisi mencintai buronannya sendiri? Ya, itu terjadi pada Sasuke Uchiha, sang ketua tim kepolisian satgas kriminalitas yang bertugas menuntas kejahatan yang sedang terjadi. Namun apa jadinya jika ia ju...