17. True Love

563 99 11
                                    

Iris seindah batu Amethyst itu bergulir seiring kelopak matanya yang mengerjap pelan. Kepalanya terasa pusing, namun suara bising seakan memperparah rasa sakitnya. Hinata menegakkan posisinya saat ia merasakan sesuatu merayap dilengannya. Iris miliknya ia arahkan ke sesuatu tersebut.

Iris berwarana jade menatap begitu dalam ke arahnya.

Dia bukan kakaknya, pria ini juga bukan bagian dari keluarganya, siapa dia? Dimana dia sekarang? Hinata bergerak gelisah, menatap kesekeliling tempat dimana ia berada saat ini.

"Kau sudah bangun, sayang?" Ujar pria itu mengarahkan tangannya untuk mengusap surai kusutnya itu dengan lembut. Secara reflek Hinata meringsut menjauh, ia merasa jika pria yang berada dengannya ini adalah pria jahat.

"Siapa kau?"

Pria bersurai bata itu menyeringitkan keningnya, ia tatap lebih dalam lagi wanitanya. Gaara merasa ada sesuatu aneh yang terjadi pada wanitanya tersebut.

"Kau tidak ingat aku?" Bukan jawaban yang Hinata dapatkan melainkan pertanyaan, pertanyaan yang sering ia dengar.

Hinata menyipitkan mata indahnya, menatap wajah itu lebih intens. Berpikir lagi lebih dalam, namun ia tidak menemukan jawaban apapun diotaknya itu. Jawaban siapa pria yang berada bersamanya didalam mobil ini.

Hinata kembali menggulirkan bola matanya menjelajahi mobil tersebut. Dua orang di kursi kemudi dan dua orang di kursi penumpang, semua berjumlah empat termasuk dirinya dan pria bersurai bata tersebut.

"Siapa, kau?" Lagi, Hinata melempar pertanyaan yang sama. Ia tidak mengenali pria ini dan satu lagi kenapa pria ini memanggilnya sayang?

Gaara menatap Hinata dengan tatapan menilai, berbagai opini memenuhi kepalanya saat ini dan yang dominan ia pikirkan adalah jika Hinata telah mengalami amnesia.

"Tidak apa, secepatnya kau akan mengingat ku." Jawab Gaara dengan smirk yang terlihat begitu menakutkan bagi Hinata.

Hinata ingin bertanya lebih jauh, siapa pria ini dan mengapa ia bisa berakhir bersama pria ini, namun sebelum pertanyaan-pertanyaan lain keluar dari bibir pucatnya mobil yang mereka tumpangi mendadak tidak terkendali.

"Ada apa sialan!!" Bentak Gaara pada sang sopir.

Prai bersurai coklat itu masih berusaha mengendalikan laju mobil. "Maaf, Tuan sepertinya ada yang menyerang kita." Ujar sang sopir saat ia rasakan jika dua ban mobil meledak tiba-tiba.

"Sialan!!" Umpat Gaara mengetahui hal tersebut.

Brakk

Mobil itu berhenti tepat setelah menabrak pohon besar yang berada di hutan barat milik keluarga Hyuga. Gaara mendengus kesal, siapa yang telah berani mengusiknya. Apa pihak Hyuga sudah bergerak, begitulah pikir pria bersurai bata tersebut.

Salah satu pengawal yang berada di samping kursi pengemudi segera meraih pistol miliknya, menurunkan kaca mobil guna melihat siapa yang telah melakukan penyerangan.

Pria bersurai biru muda itu mengarahkan moncong revolver miliknya ke arah sebuah mobil suv hitam yang mengarah dengan cepat ke arah mereka.

Door, door, door.

Tiga peluru pria itu berikan tepat mengenai ban mobil dan kaca depan mobil suv hitam tersebut. Gaara yang berada di kursi penumpang langsung meraih senjata miliknya, memasukan beberapa peluru kedalam pistol miliknya. Ia bersiap untuk melakukan penyerangan sebelum bantuan datang.

Pria berklan Sabaku itu menurunkan kaca mobil miliknya namun sebelum itu sempat melirik ke arah Hinata yang terlihat ketakutan disampingnya. Gaara menyeringit pelan, mempertanyakan apa sekarang Hinata sedang melakukan sandiwara dengan berpura-pura ketakutan. Gaara kembali memfokuskan pikirannya, ia harus fokus menyingkirkan penggangu lebih dulu.

Psycho [[Slow Up]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang