16. Can't Control Myself

671 92 8
                                    

Iris segelap malam itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang perlahan masuk kedalam retinanya. Tangan kekar itu merayap hingga ke bagian belakang kepalanya yang terasa ngilu. Lebab basah berwarna merah ia rasakan ditelapak tangan kanannya.

Apa yang telah terjadi?

Satu pertanyaan bersarang diotaknya ketika iris matanya dapat dengan jelas melihat dimana ia berada saat ini. Kepalanya ia arahkan untuk melihat seseorang yang menggeliat dalam tidurnya atau dalam pingsannya itu.

Pria bersurai unik itu terkejut saat nyawanya sudah kembali ke raganya. Iris hitam itu bergantian menatapnya.

"Ketua?"

Pria yang dipanggil Ketua itu hanya diam, Sasuke masih berpikir bagaimana bisa mereka berakhir ditempat ini di dalam mobilnya, setelah memori terakhir yang ia ingat adalah pelukan erat untuk wanitanya.

"Hinata?" Nama itu terucap begitu saja ketika ia mengingat wanitanya. Dimana Hinata, bukankah ia bersamanya.

"Sialan, dimana Hinata!" Ujar pria berklan Uchiha itu menggerakan tubuhnya gelisa ketika tidak didapati wanita itu dalam jarak pandangnya.

Pria bersurai nanas itu mengerutkan keningnya bingung, situasi saat ini membuatnya seperti orang bodoh. Bukankah ia tadi bersembunyi di dalam hutan milik Hyuga sendiri, namun kenapa ia sekarang berada di mobil namun di tepi jalan dan bersama sang ketua.

Apa yang terjadi?

Sasuke membuka pintu mobil lalu keluar dari sana, iris matanya menatap tajam kesekeliling, menganalisa dimana ia berada saat ini.

Tangan miliknya kembali menyentuh luka yang masih basah itu, ia kembali memutar otaknya untuk mengingat apa yang telah ia lewatkan hingga berakhir ditempat ini.

"Jangan pergi lagi, jangan tinggalkan aku."

Tubuh kekar itu masih memeluk tubuh mungil itu dengan erat, seluru panca indranya seakan berfungsi secara bersamaan untuk merasakan kehadiran orang yang paling ia rindukan saat ini. Bahkan air matanya saat ini mengalir tanpa bisa ia tahan lagi.

Rasa lega begitu menghujam sanubarinya, ia merasa begitu bahagia dapat kembali melihat wanitanya.

"Kau baik-baik saja, Hinata?"

Sasuke melonggarkan pelukannya hanya untuk menatap paras cantik sang jelita. Iris indah itu entah kenapa terasa begitu sendu, bibir yang selalu merekah itu terlihat begitu pucat, sinar kehidupan yang begitu Sasuke sukai itu terlihat meredup.

"Ada apa, kau tidak terluka bukan?" Lagi, pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari bibir tebal itu. Menatap dengan tatapan khawatir yang begitu kentara.

Wanita bersurai indigo panjang itu tidak menjawab, justru tetesan air mata tidak berhenti keluar dari mata indahnya. Dan itu membuat pria itu semakin dibuat takut olehnya. Takut, jika hal buruk benar terjadi pada wanitanya dan Sasuke tidak berada disampingnya.

Sasuke kembali memeluk tubuh mungil itu erat, mengusap punggung ringkih itu dengan lembut.

"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja." Bisikkan penuh penenang itu ia lontarkan untuk wanitanya.

"Aku-" Suara serak itu tercekat, wanita cantik bergaun satin itu tidak mampu mengatakan apapun ketika didalam otaknya terlalu berisik, namun entah kenapa hatinya seakan damai ketika pria itu bersuara. Menenangkannya lewat bisikan, lewat dekapan erat. Hinata begitu menyukainya disaat otaknya hampir gila.

"Tidak apa-apa, tidak perlu menjelaskan untuk saat ini. Kau hanya perlu berjanji jangan tinggalkan aku lagi. Karena rasanya begitu gila saat hidup namun tidak dapat melihatmu." Bisik Sasuke menenggelamkan kepalanya diceruk leher Hinata, memeluknya erat, seakan jika ia mengendorkan sedikit saja maka wanitanya akan hilang untuk selamanya.

Psycho [[Slow Up]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang