Bab 5: Farid

155 8 0
                                    

Eyy yoo, welcome back. Jangan lupa vote dan komen guys! :3

#Gani_POV

Sebenarnya, aku merasa... tidak ikhlas saat mereka berdua kembali lagi.

Tapi, hati ku sangat senang bisa melihat senyuman pardhan yang terukir manis saat mereka berdua bercanda.

Mungkin aku akan pergi dari Bandung, ya pastinya. Aku akan mulai pekerjaan baru ku yang sudah Bos tawarkan beberapa Minggu yang lalu.

Aku sudah tenang sekarang, ada orang yang bisa menemani Pardhan. Adik ku satu-satunya. Dan masalah nya terpecahkan, sekarang dia telah menemukan penenang nya sendiri.

"Gua pengen jalan-jalan wiraaa" celetuk pardhan sembari mengacak-acak rambutnya.

Wira hanya tersenyum dan duduk di samping kasur "lu masih sakit dhan, nanti ajalah"

"Pokoknya jalan-jalan, lu belum pernah ngambil cuti kan?"

"Abang mau ke luar dulu ya cari makan, kalian berdua ngobrol aja" aku pun beranjak sembari mengenakan jaket "dek, abang minjem motor kamu" Wira mengangguk sambil melemparkan kunci motornya.

Pagi-pagi begini enaknya aku beli bubur saja, jadinya aku mengendarai motor menuju warung bubur ayam yang ada di dekat sini.

"Pak pengen buburnya ya satu, jangan pake daun bawang" ucap ku sembari duduk di kursi panjang tempat makan.

"Baik mas di tunggu ya"

Ahh wira, aku masih ingat saat dulu aku memarahinya habis-habisan di Kafe.

Dia sukses membuat ku kaget, seorang laki-laki Menyukai ku?!. Hahaha dia sudah gila. Itu pikiran ku dulu.

Tapi sekarang aku malah menyesal pernah membentak nya, kita berdua sama-sama emosi saat itu. Bedanya, aku tidak bisa mendapatkan solusi. Tapi malah pergi dan memutuskan hubungan dengannya.

Aku sangat berterimakasih pada wira dan pardhan, aku terpaksa harus melakukan tindakan yang membuat ku di campakkan oleh Bapak. aku sudah muak, aku muak harus berurusan dengan Bisnis gelapnya.

Kalau saja mereka tidak datang, mungkin aku akan mati di tangan bapak malam itu. Sebenarnya aku mengirim pesan pada wira karena nomornya selalu aku sematkan di paling atas daftar nomor Hahaha!.

Pada malam itu tangan dan kaki ku di ikat, aku di lempar oleh bapak ke luar gerbang. Bukannya merasa sakit aku malah kaget saat bapak berucap "Nih Abang lu, mau dia mati?. Atau lu bawa pergi sekarang"

pada akhirnya aku di interogasi habis-habisan oleh wira dan pardhan. Mulai dari apa pekerjaan bapak, dimana lingkup kerja nya, dan apa saja bidangnya.

Dari kabar yang beredar, Bapak katanya sudah di tangkap dan di penjara dengan hukuman yang lama. Mungkin dia akan membusuk di sel?.

"Mas, mau pake sambel?. Mas?"

Aku terlonjak kaget dan mengangguk kecil "ah iya pak, pake. Satu sendok aja"

Hahaha, aku malah melamun mikirin kejadian yang sudah lalu. Sudah-sudah, jangan di pikirin. Mari fokus ke-"Halo bang!" Ada remaja yang menyapa ku, perawakan lumayan menurut ku. Memang tidak berotot sekali. Tapi lengannya yang lumayan terbentuk membuat ku kaget. Dan... shit!. Liat wajahnya, alis tebal dan mata tajamnya serasa membuat ku terintimidasi. Rahangnya yang tegas itu membuat ku bertanya-tanya siapa dia?. Dan wajahnya itu terasa familiar "halo bang?... Kok ngelamun?"

"Ah iya, ada apa ya?" Tanya ku sambil menggeleng cepat.

"Abang gak kenal aku?"

Aku memandangnya heran "maaf, saya gak ingat. Siapa ya?"

Serdadu 2 [MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang