Hadirnya

158 16 2
                                    

Setelah kejadian malam itu, kini Anne tak berani untuk pergi ke perpustakaan, apalagi diwaktu malam. Gadis itu benar-benar sangat takut, bahkan akhir-akhir ini Anne hanya selalu berdiam diri dikamar.

Peter terkadang menatap heran istrinya yang lebih memilih untuk tetap berada didalam kamar. Dirinya tak tahu apa yang terjadi pada istrinya itu akhir-akhir ini.

Gadis itu juga terkadang takut jika dirinya harus bercermin. Ia takut akan sosok wanita yang ia lihat di cermin saat berada di perpustakaan. Apakah itu nyata atau hanya sebuah mimpi semata, tetap saja itu sangat menakutkan baginya.

Sendirian didalam kamarnya, gadis itu belum ingin bercerita pada suaminya ataupun pada saudaranya. Ia masih memiliki perasaan takut itu.

Hanya menghela nafas berkali-kali dan menatap jendela. Memperhatikan setiap pemandangan yang luar biasa diluar sana.

Tak lama kemudian gadis itu memilih keluar dari kamarnya, mungkin menghirup udara luar yang segar. Apalagi ini didaerah pedesaan yang luas dan indah.

Berjalan menuruni setiap tangga. Tak ada siapapun dirumah ini yang ia temui. Biasanya ia akan bertemu dengan Susan ataupun Edmund.

Sepi, itulah satu kata yang ada didalam pikirannya. Mungkinkah mereka semua sedang pergi keluar dan meninggalkannya sendiri? Pikir Anne saat ia tak melihat seorangpun.

Ia kemudian membuka pintu utama yang menuju keluar, udara sejuk menyelimuti kulitnya. Ia sangat suka dengan perasaan ini.

Keluar dari rumah dan menatap disekitarnya yang penuh dengan pohon apel dan pohon lainnya. Lapangan yang begitu luas dengan tumbuhan liar yang berbunga.

Berlari ke sana dan kemari menikmati udara segar. Kemudian ia mendudukan dirinya di atas rumput yang lembut sambil memandang pegunungan yang menjulang dan langit biru yang dihiasi oleh awan putih yang indah.

Merasa berada ditempat yang benar-benar ia inginkan selama ini. Ketenangan dan kedamaian yang selalu ia inginkan selama ini, akhirnya tercapai disini.

Saat ia menikmati pemandangan yang indah dihadapannya, Anne melihat sebuah siluet binatang yang begitu besar berada diujung hutan, seolah memang sengaja menunjukkan dirinya kehadapannya.

Siluet binatang itu hanya diam memandangi gadis itu. Anne mulai berdiri dan berjalan menuju tepi hutan yang berada diujung jalan.

Mansion yang ditempati oleh Pevensie bersaudara ini memang cukup dekat dengan hutan, jadi tak jarang jika mereka mungkin akan berburu ke hutan yang berada tepat disebelah barat pedesaan.

Gadis itu terus berjalan sambil menyelidik kesekitar, tak ada rasa takut sedikitpun dihati gadis itu. Dia hanya terus berjalan mendekati siluet binatang yang hanya diam seolah memang tengah menunggu dirinya.

Tanpa tahu apa yang akan terjadi nantinya, ia mengabaikan bahwa dirinya sudah cukup jauh dari mansion dan halaman rumah yang ia tempati tadi.

Berjalan kesisi hutan hingga ia benar-benar melihat bahwa hanya ada pohon-pohon yang rindang mengitarinya, suasana hutan yang gelap dengan pencahayaan yang minim dari sinar matahari.

Anne benar-benar melihat siluet binatang besar itu berada diujung hutan, seolah perjalanannya semakin jauh. Binatang itu hanya tetap diam melihatnya, tak bergerak sedikitpun.

Gadis itu tetap saja berjalan untuk mendekatinya, seperti ia terhipnotis olehnya. Rasa penasaran yang tinggi memenuhi pikirannya, ia ingin memastikan binatang besar apakah itu yang membuatnya penasaran.

Tanpa disadari ia telah masuk kedalam hutan lebih jauh lagi. Kakinya terus bergerak tanpa henti menelusuri jalan setapak demi rasa penasaran yang tinggi.

It was Love❤ Peter Pevensie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang