Bab 2

4 0 0
                                    

Pekerjaan Mavis bergerak di bidang Event Organizer di mana dia sangat menyukai kegiatan tersebut karena dia merasa dapat menambah berbagai wawasan, pengalaman dan juga mengenal berbagai karakter manusia yang unik. Termasuk kedua orang yang ada di hadapannya saat ini. Di mana keduanya memiliki karakter yang sangat berlawanan.

Kavi dan laki-laki itu pun langsung duduk di kursi kosong yang tersedia di hadapan Mavis.

"Hallo maaf ya kami terlambat tadi jalanannya macet banget" Jelas Kavi setelah keduanya duduk.

"Oh ya ngga apa apa Kav, lagian kerjaan kami juga udah selesai kok. Oh ya kenalin ini Mavis, kalau kalian bersedia menggunakan EO kami, dia yang nantinya bertanggung jawab untuk projek kali ini" Ucap Diens. Iapun langsung mengarahkan pandangannya ke Mavis yang sedari tadi terlihat tidak fokus.

"Oh hai Mavis lama tidak bertemu ya, Apa kabar?" Ucap Kavi ringan seperti tidak pernah ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.

"Loh sebentar jadi kalian udah saling kenal?" Tanya Diens yang langsung memandang wajah Mavis dan Kavi bergantian. Diens jelas penasaran, ia pun akan menanyakan langsung pada Mavis setelah meeting ini selesai. Raut penasaran juga di perlihatkan oleh Alex, laki-laki yang datang bersama Kavi.

"Kenal dulu waktu zaman kuliah" Jawab Mavis singkat. Melihat hal tersebut Diens pun langsung paham dengan situasi yang ada di hadapannya. Sepertinya hubungan Mavis dan Kavi tidak baik-baik saja.

"Ya, kami kenal karena dulu sempat satu fakultas meski beda angkatan"Jelas Kavi.

"Oh gitu, kalau ini dengan siapa ya?" Tanya Diens pada laki-laki di samping Alex.

"Nama saya Alexander, panggil saja Alex. Saya yang nantinya akan bertanggung jawab untuk outlet yang berada di Bandung" Ucap Alex. Kedatangan Kavi dan Alex kali ini untuk mencari vendor EO yang akan membantu dalam presmian cabang baru outlet Alfakids di Bandung. 

Alfakids sendiri merupakan baby shop yang menyediakan berbagai perlengkapan barang yang berkaitan dengan perlengkapan bayi, kebutuhan anak dan juga perlengkapan ibu hamil. Khusus untuk outlet di Bandung, Alfakids nantinya akan bekerja sama dengan tenant lain seperti tenant rekreasi, pusat edukatif, pusat kebugaran sehingga menjadikan tempat terpadu yang segalanya tersedia di satu tempat.

Setelah sesi berkenalan selesai, Diens meminta meminta Mavis mempersentasikan tentang penawaran dari perusahaannya ini. Untungnya meski begitu Mavis dapat diajak bekerja sama, sehingga ia tetap dapat bekerja secara profesional dan mempersentasikan tawarannya dengan baik. Dilihat dari respon Kavi dan Alex sepertinya projek ini akan berhasil.

"Baik kalau begitu nanti kami akan kabari lagi untuk keputusan selanjutnya ya. Saya harap kedepannya kita dapat bekerja sama" Ucap Kavi menutup pertemuan mereka hari itu. Tak ada pembicaraan personal yang terjadi setelahnya. Selesai meeting itu merekapun langsung pergi meninggalkan restaurant menyisakan Diens dan Mavis yang masih ada di sana.

"Teman kuliah yang mana ya Vi ko aku bisa nggak tahu sih?" Tanya Diens memecah keheningan.

"Mantan terindahku Diens yang gagal move on dan baru berhasil setahun belakangan ini" Jelas Mavis sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Sepertinya hari ini pekerjaan Mavis di tutup dengan beban yang berat.

"Sejujurnya aku tidak mau terlibat lagi dengan Kavi. Jadi aku harap projek ini tidak akan tembus" Tambah Mavis. Jelas Mavis menginginkan hal tersebut. Persetan dengan target pekerjaan, menurutnya psikis dia harus sehat dan tidak boleh sakit lagi. Bekerja sama dengan mereka mungkin tidak sehat untuk batin Mavis, pikirnya. Terlebih ada satu lagi spesies manusia yang paling di hindari Mavis. Si sumbu pendek alias Alex. Kesan pertama yang timbul antara keduanya bukanlah kesan yang baik. Pemarah dan menyebalkan, bagaimana bisa nanti dia harus bekerja sama dengan orang seperti itu.

"Wah ini benar-benar di luar prediksi, seorang Mavis yang gila kerja ternyata masih ada sisi manusianya" Keukeuh Diens.

"Ya aku mendoakan yang terbaik saja, kalau di rasa projek ini bakal jadi beban siapa yang mau juga ya kan" Ucap Diens kembali

Memang Diens sangat mengerti Mavis pikirnya.

***

Tepat sudah seminggu pertemuan Mavis dengan Kavi dan Alex. Jujur gara-gara pertemuan itu luka yang seharusnya sudah kering kini kembali basah. Kenangan antara Mavis dan Kavi pun kembali menguak bagai asap yang apinya belum padam sempurna. Terkadang Mavis masih menyesal, andai saja dia tidak ikut mengerjakan projeknya di hari itu mungkin cerita mereka berdua akan berakhir berbeda tidak seperti sekarang. Yah, apa boleh buat itu semua hanya pengandaian yang tidak bisa terwujud.

+6281-321-xxx-xxx WhatsApp Audio...

"Hallo selamat siang dengan Mavis ada yang bisa di bantu?" Suara khas Mavis ketika ada panggilan masuk. Menurutnya panggilan masuk jam segini dan nomor yang tidak kenal pasti salah satu kliennya.

"Hallo, ini saya Alex" Ucap suara yang tak asing di dengar Mavis. Jelas deep voice itu meninggalkan kesan bagi Mavis.

"Ohya, ada apa Pak Alex?" Jawab Mavis setenang mungkin. Jujur Mavis kaget untuk panggilan masuk tersebut. Siapa sangka, Alex yang akan menghubunginya. Mungkin Mavis sedikit berharap kalau Kavi lah yang akan menghubunginya.

"Kamu ingat saya?" Tanya suara disebrang sana.

"Tentu, pertemuan minggu lalu di Dipatiukurkan? Bagaimana Pak Alex sudah ada keputusannyakah?"

'Plis nggak jadi, plis nggak jadi'  Rapal Mavis dalam hati.

"Perusahaan kami sudah setuju untuk projek opening outlet terbaru kami di Bandung, kami akan menggunakan jasa EO kalian"

'Damn'  haruskah Mavis senang karena akan sering bertemu dengan Kavi.

Event OrganizerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang