Bab 9

0 0 0
                                    

Mavis akhirnya selesai dengan ritualnya, beres-beres, mandi dan sekarang sedang mengecek ponselnya, memastikan apakah ada pekerjaan yang terlewat atau tidak. Setelah seharian ini ia menghabiskan waktu bersama Alex membuat Mavis sedikit melupakan beban kehidupannya. Kerjaan yang menumpuk, deadline yang harus segera di selesaikan, tuntutan vendor dan Customer. Semua itu terkadang membuat Mavis sedikit tertekan meskipun Mavis tetap bisa menikmati dengan caranya sendiri agar tidak terasa berat.

Ngomong-ngomong tentang Alex, hari ini menurut Mavis, Alex sangat terlihat berbeda. Entah hanya perasaan Mavis saja atau apakah benar bahwa Alex mungkin sedikit tertarik dengannya. 

Bagaimana tidak, Alex yang biasanya cenderung apatis dan ketus malah bertindak sebaliknya. Hari ini Mavis melihat sisi Alex yang lain. Sisi yang Mavis pikir adalah daya tarik seorang Alex. Alex yang tidak masalah ketika Mavis pada akhirnya mengajak ke Game Mister untuk bermain permainan sekedar menghilangkan penat. Selain itu, tindakan Alex tadi siang yang tiba-tiba memeluknya  membuat jatung Mavis berdegup tidak seperti biasanya. Apakah Mavis menyukai Alex? Tapi bukankah seharusnya Mavis masih menyukai Kavi? Pikiran tersebut sangat mengganggu Mavis.

"Itu terlalu gila Mavis, sadarlah orang itu bertindak sesuai dengan yang seharusnya tak perlu di bawa perasaan" Rapalnya. 

"Sekarang ayo kembali fokus, minggu depan kamu harus final presentasi di Jakarta sebelum nantinya running" Ucap Mavis kembali sambil mengambil laptopnya, mengecek kembali sudah sejauh mana persiapan yang telah ia lakukan.

***

Tak terasa hari yang di nantipun tiba yaitu presentasi terakhir dengan tim Alfakids pusat. Sejauh mata memandang yang hadir kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Terlihat disana ada Kavi selaku kordinator pusat serta Alex yang tentunya akan menjadi pimpinan di outlet cabang Bandung ini. Selain itu padangan Mavis menangkap sesuatu yang aneh, perempuan yang sedang terlihat terus-terusan mencuri pandang pada Alex yang ada di hadapannya membuat Mavis sempat hilang fokus sesaat.

Presentasi berjalan sempurna, semua yang hadir tanpa terkecuali terkesan dengan pemaparan yang Mavis sampaikan. Alur acara terdeskripsikan dengan baik, detailingnya tidak ada yang terlewat dan yang utama konsepnya juga sangat mengagumkan meski berbeda dengan pembukaan outlet yang sebelum-sebelumnya. Semua orang mungkin sangat menantikan hari H nya dan berharap dapat berjalan seperti yang sudah Mavis dan tim rencanakan.

"Presentasinya luar biasa, aku dan bahkan semua orang sangat menantikannya" Ucap Kavi setelah selesai meeting.

"Terimakasih, tetapi ini juga tidak lepas dari bantuan pihak kalian. Aku sangat terbantu" Jawab Mavis. Memang betul apa yang Mavis ucapkan, Alex sangat banyak membantu sampai tahap ini. Menurut Mavis, mungkin kalau tidak ada bantuan dari Alex, presentasi ini tidak akan berjalan dengan baik.

"Ya, sudah seharusnya bukan kami juga ikut membantu" Ucap Kavi kembali.

"Ohya ngomong-ngomong setelah ini, kamu masih ada agenda lain? Kalau tidak ada, tidak keberatankan kalau kita makan siang bareng, ada yang ingin aku obrolkan juga terkait pembahasan kita sebelumya" Jelas Kavi harus segera meminta jawaban atas tawarannya tempo hari lalu pada Mavis. Setidaknya Kavi harus tahu respon Mavis sekalipun bukan hal yang baik.

"Tidak ada, agenda hari ini hanya meeting saja selanjutnya aku free." Jelas Mavis. Betul Mavis memang tidak ada agenda apapun selain rencana ia ingin mengajak Alex minum kopi sekedar mentraktir karena presentasi hari ini berjalan lancar. Namun sejak meeting selesai Mavis belum melihat kehadiran Alex.

"Baiklah ayo" Ajak Kavi pada Mavis. Mereka berduapun langsung pergi keluar meninggalkan kantor menuju restaurant untuk makan siang.

***

Tidak ada pembicaraan yang terjadi antara keduanya sampai mereka memesan makanan. Entah keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kavi tentunya juga sibuk bagaimana memulai pembahasan mereka yang sempat tertunda.

"Mavis, apakah permintaanku tempo hari sudah ada jawabannya?" Tanya Kavi memberanikan diri. Mavispun tertegun, ia lupa bahwa ada yang belum selesai anatar dirinya dan Kavi, apa yang sebaiknya Mavis lakukan, pikirnya.

"Sebelumnya bolehkah aku tahu kenapa kamu tidak menjelaskan apapun alasan dulu kamu memutuskan?" Mavis yakin pasti Kavi memiliki alasan yang masuk akal kenapa Kavi meninggalkannya sendiri saat itu tanpa sempat Mavis menjelaskan apapaun.

"Sejujurnya jauh dari sebelum itu ibuku memberi kabar kalau ayah masuk rumah sakit dan di diagnosa tidak akan bisa hidup lama. Aku yang saat itu masih terlalu egois tidak terlalu peduli, toh tidak mungkin ayah akan hidup sebentar, ayah orang yang sehat dan disiplin dengan tubuhnya. Jadi ketika aku di minta untuk mulai belajar bisnis aku tidak menghiraukannya. Namun mungkin aku terlalu sombong saat itu, tidak lama tiba-tiba ibuku mengabari kalau ayah kritis dan aku harus segera pulang ke Bali. Namun belum sempat aku ke Bali ternyata ayah sudah tidak ada" Kavi yang kembali mengingat kejadian itu merasa dirinya sangat bodoh. Andai saja dia tidak egois mungkin ia bisa sempat bertemu dengan ayahnya.

"Kamu tahu saat pertama kali aku disuruh pulang aku tidak mau karena aku merasa baru menemukan kebahagian lainku di Bandung, yaitu kamu. Kamu membuat kehidupanku terasa menyenangkan. Dan saat pada akhirnya aku harus kembali ke Bali dan meninggalkan semuanya di Bandung termasuk meninggalkanmu, itu adalah keputusan paling berat yang ku hadapi. Pasalnya hubungan kita saat itu sedang sangat berkembang. Aku terpaksa harus meninggalkanmu karena aku tidak tahu kapan aku bisa kembali" Jelas Kavi kembali.

"Daripada aku meninggalkanmu dengan waktu yang tidak pasti lebih baik aku memutuskan hubungan kita. Aku tidak mau kamu menderita karena menungguku yang tidak pasti Mavis. Aku tahu itu jahat namun ku harap kamu bisa memahaminya" Mavis yang mendengar itupun tertegun karena Mavis sama sekali tidak tahu apapun terkait hal ini. Mavis kira Kavi sudah terbuka padanya ternyata Mavis salah, masih terlalu banyak yang ia tidak ketahui dari Kavi.

"Jadi sekali lagi aku mohon beri aku kesempatan untuk menebus semuanya. Menebus kesalahanku dan membuktikan kalau aku layak ada di sampingmu" Mendengar jawaban Kavi yang seperti membuat Mavispun terpaku. Pada akhirnya Mavis harus segera memutuskan hubungannya dengan Kavi.

"Baiklah kalau begitu, untuk kembali bersama sepertinya untuk saat ini belum bisa. Maka dari itu mungkin kita coba dulu untuk bertemu beberapa kali menghabiskan waktu bersama dan setelahnya apabila di rasa memang kita masih bisa bersama, mari kita kembali berhubungan. Bagaimana?" Pada akhirnya Mavis luluh dan memberikan Kavi kesempatan yang kedua. Kavipun setuju setidaknya ini lebih baik dari pada tidak sama sekali.

"Tidak masalah, terimakasih ya Mavis. Kamu masih mau membuka kesempatan kepadaku" Ucap Kavi sambil tersenyum. Baiklah ini sekarang waktunya membuktikan bahwa Kavi memang serius dengan Mavis, jadi Kavi tidak akan membuang sia-sia untuk kesempatan ini.

"Untuk pertemuan selanjutnya akan aku infokan padamu ya Mavis, tidak akan mepet. Aku akan info dari jauh hari" Jelas Kavi kembali. Ntahlah keputusaan ini merupakan keputusan yang benar atau kah salah, yang jelas Mavis juga ingin memastikan dirinya masih memiliki perasaan pada Kavi atau tidak. Setidaknya kalaupun tidak Mavis sudah mencobanya dan tidak akan menyesal, pikirnya.

Keduanya pun mulai membicarakan hal-hal kecil yang dulu di lalui, dan tidak terasa jam makan siangpun sudah usai. Kavi harus kembali ke kantor sedangkan Mavis kembali ke Bandung. Ketika mereka hendak meninggalkan tempat makan, keduanya berpapasan dengan Alex dan seorang perempuan yaitu Nara yang juga habis makan siang.


Event OrganizerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang