Bab 6

2 0 0
                                    

Bali 2017 :

'Kamu keren Mavis akhirnya lulus juga' Gumam Kavi yang saat itu sedang melihat sosial media milik Mavis. Tidak susah bagi Kavi untuk mengetahui kegiatan Mavis, karena Mavis tipikal anak yang aktif di sosial media sehingga apapun yang terjadi serta berbagai pencapaiannya akan dia bagikan pada platform miliknya. Setelah selesai berselancar di akun sosial media milik Mavis tersebut, Kavipun kembali di sibukan dengan kegiatannya sebagai pimpinan perusahaan Alfakids.

Pada akhirnya Kavipun ikut permintaan ibunya untuk menjalankan bisnis yang sebelumnya telah keluarganya jalankan dan meninggalkan Mavis seorang diri di Bandung. Awalnya Kavi tidak bisa menerima namun bagaimana lagi dia adalah putra tunggal. Ketika ayahnya tiba-tiba meninggal yang selanjutnya harus meneruskan adalah dia seorang.

Jakarta 2018 :

Perusahaan sudah mulai stabil, dengan begitu dia bisa mulai menata kembali hubungan asmaranya yang belum selesai dengan Mavis.

"Kira-kira mulai dari mana ya?"  Ucap Kavi sambil berselancar di sosial Media milik Mavis. 

"Ohya tahun depan Outlet Bandung akan di buka ya. Benar juga Mavis bekerja di bidang EO, sepertinya ini bisa jadi jalan pembuka" Gumam Kavi yang langsung mencoba menghubungi Diens. Perempuan yang hampir selalu inframe di beberapa kegiatan yang Mavis lakukan. Ia kenal Diens dari sepupunya Nara yang berteman baik juga dengan Diens.

Kavi pun langsung menjelaskan maksud tujuannya mengontak Diens. Diens yang tidak curiga langsung menyambut baik tawaran Kavi. Ya siapa juga yang mau nolak rezeki, pikirnya.

Bandung 2019 :

Akhirnya hari yang di tunggu Kavi pun datang. Untuk pertama kali setelah 3 tahun dia bertemu dengan Mavis. Tidak banyak yang berbeda dengan Mavis yang ia lihat di foto sosial medianya. Mavis tetap cantik dan terlihat supel. Membuat Kavi pun semakin menginginkanya. Namun apa boleh buat jangankan ngobrol masalah pribadi, untuk urusan pekerjaan Mavis terlihat ogah-ogahan. Di tambah respon Alex, rekan kerjanya membuat Kavi pesimis ini akan berjalan dengan lancar.

"Kita lihat dulu saja apabila di pertemun kali ini Mavis kurang bagus performanya, silahkan kamu ganti saja, saya tidak keberatan. Tetapi setidaknya tolong coba dulu untuk kali ini. Karena saya yakin dia tidak akan mengecewakan" Ucap Kavi pada Alex. 

Tidak mudah memang meyakinkan Alex namun tetap usaha itu harus di coba, pikirnya. Alexpun terbujuk rayu Kavi dan berkat Alex akhirnya Kavi bisa bertemu dengan Mavis seperti sekarang ini. Sambil mengatakan segala yang mengganjal di dadanya selama ini.

***

"Mavis, aku minta maaf untuk semuanya ya. Aku tahu dulu, aku terlalu kekanak-kanakan bisakah kita mulai dari awal lagi?" Ucap Kavi membuat Mavis yang saat itu sedang mengunyah makanannya tiba-tiba diam terpaku membisu di tempatnya.

'Apakah ia tidak salah dengar? Kavi memintanya kembali.

Makanan yang sedang Mavis makanpun entah kenapa jadi hilang rasanya. Mavis pikir mungkin ada yang salah dengan respon tubuhnya. Padahal sebelumnya Mavis yakin ia ingin sekali mendengar pernyataan itu tapi kenapa sekarang setelah harapannya terkabul malah dia yang menjadi ragu.

"Hari ini sampai disini saja, kamu juga langsung pulang ke Jakartakan?" Jawab Mavis mencoba mengalihkan.

"Maaf kayanya aku terlalu terburu-buru. Baiklah biar aku antar. Ku mohon kamu jangan menolaknya, hitung-hitung ini balas budiku karena hari ini kamu mau menemaniku" Ucap Kavi bangkit dari kursinya. Mereka berdua pun langsung meninggalkan tempat tersebut dan berlalu menuju Mobil Range Rover milik Kavi yang terparkir tepat di sebrang jalan.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi antara Mavis dan Kavi. Keduanya di sibukkan dengan pikirannya masing-masing. Mobilpun tidak terasa sudah sampai di daerah rumah Mavis.

"Kalau boleh tahu kenapa kamu memintaku kembali?" Ucap Mavis memecah keheningan di antara keduanya. Mavis masih ingat betul bagaimana perjuangannya untuk move on dari Kavi. Setiap hari dia selalu merasa bersalah dan menyesali apa yang sudah dia lakukan karena setelah kejadian itu Kavi sama sekali tidak menunjukan dirinya dan saat itu Kavi juga sulit untuk di hubungi.

"Karena menurutku sekarang waktu yang tepat. Semua sudah kembali ke tempatnya masing-masing jadi sudah sepantasnya kita juga kembali" Mavis yang mendengar alasan Kavi itu tertawa sarkas. Menurutnya, bagaimana bisa semudah itu Kavi mengatakan hal yang selama ini susah payah Mavis lakukan. 

"Apa menurutmu aku ini adalah barang yang bisa di tinggalkan semaunya? Ketika sudah tidak berguna kamu meninggalkannya dan ketika berguna kamu membutuhkannya?" Ujar Mavis menahan amarah

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti-"

"Karena kamu yang mulai Kavi. Kamu tidak tahu kan seberapa frustasinya aku yang tiba-tiba kamu tinggalkan. Aku sendiri belum sempat menjelaskan apapun tentang yang terjadi saat itu, tetapi kamu dengan seenaknya mengambil asumsi sendiri atas apa yang kamu lihat. Setelah kejadian itu aku terus menunggu di depan kosanmu tak peduli kondisi cuaca saat itu hanya demi menjelaskan apa yang terjadi padamu. Sampai pada akhirnya aku harus di opname karena Tipes dan semua orang di sekitarku mengganggap betapa bodohnya aku yang tidak sadar bahwa kamu sebenarnya telah membuangku" 

Mavis akui saat ini dia sangat emosional. Emosi yang selama ini dia pendam kini meluap begitu saja. Semua perasaannya dia sampaikan pada saat itu, membuat Kavi yang mendengarnya tertegun. Sejujurnya Kavi tidak berpikir bahwa apa yang dia lakukan saat itu sangat melukai Mavis. Kavi memang sengaja menjadikan moment itu sebagai ajang untuk dia pergi dari Mavis. Hal itu ia lakukan agar Mavis merasa bersalah dan tidak menjadikan Kavi sebagai sosok yang jahat karena meninggalkan kekasihnya. Andai waktu bisa di ulang Kavi ingin menyampaikan alasan kepergiannya. Namun itu hanya sebuah angan yang tidak bisa ubah sekalipun dia berusaha dengan keras. 

Melihat Mavis yang masih menangis, membuat Kavi berinsiatif menarik dan memeluknya. Kavi harus menjelaskan semuanya agar tidak ada salah paham lagi yang terjadi. "Maafkan aku yang bodoh ini ya, maaf jika keputusanku sangat melukaimu. Aku ingin membahagiakanmu dengan tanganku sendiri dengan meraih kehidupan mapan secepat mungkin. Tapi aku nggak tahu kalau sikapku yang egois ini malah membuatmu sedih dan hancur. Jadi kali ini aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi untuk membuktikan kalau aku memang serius padamu Mavis" Jelas Kavi.

Kavi tahu keputusannya memang terlihat terburu-buru. Bukannya apa-apa Kavi takut kalau Mavis mulai melupakannya dan mulai membuka hati dengan orang baru. Terlebih akhir-akhir ini Mavis sering menghabiskan waktu bersama Alex. Ia takut Mavis akan menyukai Alex. Alex meskipun sifatnya terkadang menyebalkan, namun ia memiliki pesona yang unik, membuat perempuantidak bisa lepas seperti Nara sepupu Kavi.

Mavis yang masih menangis bisa mendengar dengan jelas, permohonan Kavi tersebut. Mavis mengira hanya dia yang merasakan sedih kehilangan karena di tinggal Kavi. Tidak pernah terpikirkan bahwa Kavi pun merasakan hal yang sama. Namun pengkuan yang Kavi berikan barusan membuat Mavis tersadar bahwa pada saat itu tidak hanya dirinya yang hancur. Kenapa komunikasi antara keduanya tidak bisa berjalan dengan baik?

Event OrganizerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang