"Alex ayo udah waktunya makan siang nih" Ucap Nara pada Alex yang kini sudah berada di sebelah Alex.
Final meeting dengan vendor yang di sampaikan Mavis sudah selesai beberapa menit yang lalu. Tadinya Alex ingin mengajak Mavis untuk berbincang seraya mengucapkan selamat karena presentasinya berjalan dengan baik. Namun Alex mengurungkan niatnya, karena Kavi sudah lebih dulu menghampiri Mavis. Alex yang melihat interaksi Mavis dan Kavi langsung pergi meninggalkan ruangan tanpa mengucapkan apapun. Kini setelah keluar dari ruangan, Alex langsung di hampiri Nara yang mengajaknya makan siang. Tawaran tersebutpun langung Alex terima dan keduanya memutuskan untuk makan siang di sekitar kantor.
"Presentasi tadi cukup bagus ya. Mavis ya nama presenternya?" Ucap Nara pada Alex ketika kedua sudah tiba di restaurant yang di tuju.
"Ya" Jawab Alex singkat.
"Berarti yang sering kamu temui di Bandung itu dia ya?" Nara kembali menelisik.
"Hmm" Jawab Alex yang kini membuat Nara kesal karena responnya seperti itu. Nara pun kembali mengajak Alex berbicara namun dengan tema yang berbeda.
"Ohya ngomong-ngomong Alex kapan kamu bisa kasih keputusan untuk permintaanku tempo hari lalu? Aku jauh-jauh datang kesini karena aku butuh jawabanmu segera. Orang tuaku nggak bisa nunggu terlalu lama lagi" Jelas Nara.
Sudah seminggu ini Nara mencoba mendapat jawaban Alex perihal permintaan kedua orang tuanya agar Nara segera menikah. Sedangkan Nara sendiri belum mau menikah dalam waktu dekat. Kalaupun Nara harus menikah cepat ia ingin Alexlah yang jadi pasangannya. Orang tuanya juga tidak masalah kalau Alex jadi menantu mereka karena orang tua Nara sudah kenal baik meski sebatas pekerjaan. Maklum kedua orang tua Nara merupakan orang penting di Alfakids cabang Bali.
"Sorry Nara kamukan sudah kenal saya dari lama, kamu pasti tahu betul kalau saya tidak bisa menikah sekalipun denganmu orang yang sudah saya kenal dengan baik. Kehidupan pernikahan bukan perkara main-main. Kamu juga harus memikirkan dampak dari segala sisinya kalau memutuskan menikah hanya karena tuntutan orang tuamu" Alex yang memiliki trauma tentang pernikahan jelas tidak bisa menyetujui permintaan sahabatnya itu. Sekalipun sekarang dia merasa tertarik pada Mavis, dia tidak sampai memikirkan untuk lanjut ke tahap pernikahan. Menurut Alex, dirinya yang merupakan anak broken home akan sulit menjalankan kehidupan pasca menikah karena dia sendiri tidak memiliki panduan bagaimana menjalankan dengan baik.
"Kamu ini ya Alex sekalinya engga tetap ga berubah. Baiklah kalau begitu aku tidak akan memaksa. Mudah-mudahan di depan sana ada yang bisa membuatmu berubah. Aku khawatir kalau selamanya kamu hidup sendiri" Meski Nara kecewa, dia tetap menerima keputusan Alex. Sejujurnya Nara memiliki perasaan lebih dari sahabat pada Alex, tetapi perasaan itu dia pendam karena dia tidak mau hubungannya dengan Alex rusak.
Jam makan siang pun usai, ketika keduanya hendak meninggalkan restaurant padangan mereka menemukan Kavi dan Mavis yang juga baru selesai makan siang. Alexpun sempat bertemu tatap dengan Mavis. Namun Nara terlebih dahulu menyapa Kavi dan Mavis.
"Oh Lo habis makan siang sama Mavis Kav?" Tanya Nara yang berjalan di depan Alex. Melihat pemandangan tersebut membuat perasaan Mavis tidak nyaman. Mavis tidak tahu kenapa, tetapi yang jelas Mavis ingin segera pergi dari tempat itu.
"Ohya kita belum kenalan, Gue Nara sepupu Kavi" Ucap Nara memperkenalkan diri.
"Dan mungkin calonnya Alex, betul bukan?" Ucap Kavi menggoda Nara. Membuat hati Mavis yang mendengarnya makin terasa tidak nyaman.
"Ih apasih, tau dari mama papah ya lo" Nara merasa tidak enak karena penolakan yang sebelumnya dia terima dari Alex. "Langsung pulang Bandung Mavis? atau masih ada urusan di Jakarta?" Tanya Nara mengalihkan pembicaraan.
"Langsung, harus laporan ke kantor dulu hasil hari ini soalnya" Ucap Mavis.
"Oh baiklah kita duluan ya" Ucap Nara pamit di ikuti Alex yang tidak mengatakan apapun, membuat perasaan Mavis tidak karuan.
***
"Diens kamu kenal Nara? Rasanya nama itu tidak asing" Tanya Mavis pada Diens. Mavis sudah sampai Bandung 1 jam yang lalu. Begitu ia selesai dengan urusan kantornya ia kemudian mengajak Diens untuk sekedar nongkrong di cafe terdekat.
"Nara sepupu Kavi? Kenal dia teman satu club dulu waktu kuliah? Kenapa, kamu udah ketemu sama dia?" Diens ingat kalau dia memang memiliki sahabat saat kuliah yang bernama Nara, dia tidak cerita ke Mavis karena Diens pikir mereka berdua tidak akan bertemu.
"Ya, sepupu Kavi. Kamu kenal dekat dengannya? sering cerita ngga?" Tanya Mavis penasaran.
"Kenal dekat banget dulu waktu masih sering ketemu, tetapi sekarang udah ngga. Kenapa sih? bikin penasaran deh" Ucap Diens mendesak. Akhirnya Mavis pun menceritakan semua yang sudah ia lewati. Kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini dan yang sebelum-sebelumnya termasuk ajakan Kavi dan perasaan aneh yang ia rasakan bersama Alex.
"Gila projek kali ini berarti judulnya sekali mendayung dua pulau terlampaui" Ucap Diens. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya mengalami hal-hal tersebut.
"Serius Diens sejujurnya sekarang aku masih bingung dengan perasaan ini" Ucap Mavis putus asa.
"Kalau pendapatku nih ya, sepertinya kamu itu mulai tertarik dengan Alex tetapi sisi hatimu yang lain masih penasaran dengan Kavi karena mungkin kamu merasa belum selesai dengannya" Jelas Diens. Cukup masuk akal pikir Mavis, perasaan aneh ini sepertinya memang karena Mavis mulai tertarik dengan Alex.
"Lantas apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Kalau menurutku lebih baik coba dulu dengan Kavi. Lagian kalau di telisik kisah kalian kan belum sepenuhnya selesai. Masih banyak yang mengganjal juga bukan?" Diens benar, Mavis lebih baik terlibat kembali dengan kisah masa lalunya daripada menjadi perusak hubungan orang.
Ketika Mavis dan Diens masih asik berbincang, terdengar suara ponsel Mavis menandakan adanya panggilan masuk. Segera Mavispun mencari ponselnya dan ternyata panggilan masuk tersebut dari Kavi.
"Udah sampai Bandung?" Tanya Kavi di seberang sana.
"Udah ini masih di kantor lagi beresin kerjaan" Jawab Mavis berbohong, padahal ia sedang asik membicarakan Kavi, pikirnya.
"Oh baiklah aku nggak ganggukan?" Tanya Kavi kembali.
"Engga kok, ada apa memang?"
"Kalau kamu enggak sibuk weekend minggu ini gimana kalau kita pergi keluar, kita ketemu di Bandung" Tawar Kavi pada Mavis.
Dalam pikiran Mavis meyakini kalau ia mungkin sudah mulai bisa merelakan Kavi dan membuka hati pada orang baru alias Alex. Namun dari percakapan tadi dan juga saran dari Diens membuat Mavis bimbang. Apa memang ada sesuatu antara Alex dan Nara yang tidak Mavis ketahui? Secara menurut Mavis, Alex bukan tipe laki-laki yang dekat dengan banyak perempuan. Mengingat kepribadiannya yang seperti itu bisa jadi Nara orang spesial karena bisa dekat dengan Alex.
"Boleh, nanti kabarin saja untuk tempat dan waktunya biar aku bisa siap-siap" Benar, meski Mavis mungkin tertarik dengan Alex, Mavis bukanlah perempuan tidak tahu diri yang mendekati calon pasangan orang lain. Daripada membuat masalah, Mavis lebih memilih dengan Kavi. Ia pikir hanya perlu memastikan saja kalau dengan Kavi, setelah semuanya memang seharusnya kembali, mereka bisa kembali berhubungan seperti dahulu.
"Ok nanti aku kabari jamnya untuk tempat rahasia. Aku akan menjemputmu di rumah" Ucap Kavi. Mavis pun setuju dengan keputusan tersebut. Hatinya saja dulu bisa pulih masa sekarang untuk hubunga yang sebentar ini dia akan terpuruk?
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Organizer
RomanceSudah setahun Mavis bekerja di event organizer dan selama itupula ia menjalani hidup yang tenang. Sampai satu waktu ia mendapatkan client yang ternyata orang menyebalkan yang sempat ia temui sebelumnya dan juga mantannya. Kehidupan Mavispun terutama...