Bab 11

1 0 0
                                    

"Selesai" Ucap Mavis yang kini telah selesai bersiap untuk jalan dengan Kavi. Hari ini ia memakai dress nuansa kuning selutut. Rambut pendeknya di ikat asal tetapi tidak membuat ia terlihat berantakan. Ia tetap terlihat modis dan rapih. Ciri khas Mavis yang mungkin membuat beberapa orang terkesima melihatnya.

"Hah... padahal mau jalan doang tetapi persiapannya sampai segininya" Gumam Mavis. Entah kenapa hari ini Mavis ingin menunjukan bahwa ia menarik dan membuat Kavi merasa bahwa keputusan mengajak Mavis kembali adalah hal yang benar karena Mavis yang sekarang pribadi yang sudah berubah menjadi lebih baik.

Tak lama terdengar bunyi notifikasi dari ponsel Mavis, sebuah pesan masuk dari Kavi. Segera Mavispun mengeceknya. Kavi sudah sampai di depan rumahnya. Karena kedua orang tua Mavis sedang ada urusan di luar, maka Mavis memutuskan agar Kavi tidak perlu masuk dan meminta Kavi menunggu di mobilnya saja.

Mavispun segera turun menghampiri Kavi. Kavi yang melihat Mavis keluar dari rumah tertegun. Kavi mengakui kalau Mavis hari ini terlihat lebih cantik dari biasanya. Entah mungkin karena keduanya hari ini bertemu bukan karena urusan pekerjaan membuat Kavi sedikit salah tingkah. Menurutnya apakah Mavis berdandan seperti itu karena Mavis akan bertemu dengan Kavi?

"Bandung macet ya?" Tanya Mavis ketika ia sudah masuk ke dalam mobil Kavi.

"Ya seperti biasa, aneh kalau Bandung sepi" Ucap Kavi salah tingkah. Ia yakin rona merah di wajahnya belum sepenuhnya hilang.

"Haha betul juga. Jadi sekarang mau kemana kita?" Tanya Mavis yang sudah menggunakan seatbeltnya.

"Kamu akan tahu sebentar lagi" Jawab Kavi tersenyum. Hari ini waktunya membuktikan omongan Kavi kalau ia memang serius dengan Mavis dan akan membuat Mavis lebih bahagia dari sebelumnya.

***

Mereka sudah tiba di tempat yang di tuju. Kavi mengajak Mavis menonton film di bioskop. Tiket sudah Kavi beli dan merekapun sedang menunggu jam penayangannya ketika tidak lama ponsel Kavi menerima panggilan telfon. Kavipun kemudian mengambil jarak dengan Mavis untuk menjawab panggilan tersebut. Mavis yang dari jauh melihat Kavi, mendadak tidak enak hati. Pasalnya air muka Kavi berubah menjadi lebih serius dari sebelumnya.

"Mavis sepertinya kencan kita kali ini harus di undur. Tadi orang perusahaan telfon kalau ada masalah pada dokumen impor barang yang masuk hari ini. Kalau tidak segera di urus, akan panjang urusannya. Kebetulan aku ada kenalan orang dalam, jadi mereka memintaku untuk bisa memediasinya" Jelas Kavi dengan raut wajah bersalah.

Kavi benar-benar di buat bingung. Menurutnya dua hal ini sama pentingnya. Di satu sisi ia ingin kencan dengan Mavis dan tidak ingin mengecewakannya dengan pergi begitu saja. Namun di sisi lain masalah kerjaan ini juga penting. Barang impor yang sekarang sudah sampai adalah barang-barang indent yang sudah di tunggu oleh customernya. Kalau tidak ia urus perusahaan bisa rugi.

"Oh kalau itu urusan penting aku tidak masalah Kavi. Kamu pergi saja." Jelas Mavis. Ia tahu betul kalau sudah masalah kerjaan tidak bisa di tunda, apalagi Kavi merupakan orang penting perusahaan Alfakids. Dia saja yang notabenenya hanya seorang karyawan akan segera pergi apabila ada hal urgent yang perlu di lakukan untuk kantor.

"Serius kamu nggak apa apa? Nontonnya kita atur lagi di waktu selanjutnya ya? untuk pulang, kamu pakai ojek online ya biar aku nggak khawatir" Ucap Kavi.

"Serius Kavi, lagian sayang kalau pulang, tiket nontonnya udah kamu beli jugakan?" Sebagai seseorang yang menganut prinsip hemat pangkal kaya, Mavis lebih memilih nonton dari pada pulang. Sayang juga tiket yang sudah di beli.

"Kamu hati-hati di jalannya ya jangan ngebut. Kalau sudah sampai Jakarta jangan lupa kabari" Ucap Mavis kembali. Kavi yang melihat respon Mavis seperti itupun membuatnya sedikit tenang. Pasalnya Mavis tidak marah ataupun kesal  karena kejadian ini. Ya sifat yang menjadi nilai tambah bagi Mavis menurut Kavi. Setelah itu Kavipun langsung pamit dan meninggalkan Mavis di ruang tunggu bioskop. Mavispun memutuskan untuk tetap menonton film meski sendirian. Sejujurnya Mavis menikmati kegiatan ini karena ia sudah lama juga tidak ke bioskop. 

Sudah sekitar 15 menit sejak Mavis selesai menonton. Film yang Kavi pilih memang sesuai dengan seleranya. Kalau Kavi ada di sini mungkin kedua sedang membahas teori-teori konspirasi pada film tersebut, sama seperti yang dulu mereka lakukan.

"Kemana lagi ya?" Pikir Mavis. Jam masih menunjukan pukul 4 sore artinya masih ada cukup waktu untuk sekedar berkeliling di Mall ini. Mavispun akhirnya memutuskan untuk ke area bermain, area yang mengingatkannya pada Alex. Kebetulan juga Mall yang di pilih Kavi adalah Mall yang Mavis kunjungi tempo hari saat  bersama Alex.

Hati Mavis sedikit merasakan rindu, beberapa sudut area permainan mengingatkannya dengan Alex. Hubungan keduanya saat ini tidak bisa di katakan baik-baik saja. Terakhir Alex tidak mengatakan apapun pada Mavis di saat hampir semua orang mengucapkan selamat atas keberhasilan presentasinya.

"Dasar padahal udah di perlakukan seperti itu tetapi tetap aja rindu" Gumam Mavis. Ketika Mavis hendak keluar dari area permainan tersebut. Padangannya menemukan sosok yang tidak asing yang sedang terduduk di satu permainan dekat pintu keluar. Tanpa persiapan Mavispun menghampiri sosok tersebut, dan betapa terkejutnya ia mendapati Alex yang berada disana.

"Terkadang semesta memang tidak bisa di tebak" Pikir Mavis.

Event OrganizerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang