"Mavis bisa fokus ngga sih, hari ini kamu benar-benar berbeda dari biasanya" Ucap Alex. Entah apa yang terjadi antara Mavis dan Kavi yang jelas keduanya benar-benar tidak ada yang fokus di ajak bekerja hari ini.
"Oh maaf Alex, bisa kamu ulangi lagi tadi sampai mana? Sepertinya hari ini aku kurang enak badan" Ucap Mavis. Jelas Mavis masih belum bisa fokus, kejadian yang terjadi antara dia dan Kavi 3 hari lalu membuat pikirannya kacau.
"Meeting hari ini sampai sini dulu saja. Kalau kamu sudah fokus baru hubungi saya kembali" Ucap Alex tegas. Dia tidak mau menghabiskan waktu dan tenaganya kalau lawan bicaranya tidak memberikan respon yang baik. Sia-sia juga usahanya.
Zoom meeting pun selesai. Kini Alex yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi, karena tidak biasanya Mavis sekacau ini. Sepertinya kalau dengan Kavi ini lebih keurusan personal. Dia merutuki dirinya yang meminta Kavi menggantikan dirinya yang tidak bisa ikut bertemu vendor.
"Kav, bisa bicara sebentar?" Panggil Alex ketika tidak sengaja pandangannya bertemu dengan Kavi yang lewat di depan ruangannya.
"Ohya kenapa?"
"Kemarin gimana dealing vendornya aman?" Alex tahu dia tidak bisa langsung bertanya pada Kavi karena terlalu personal, jadi sebaiknya dia tanya hasil meeting kemarin saja. Toh Kavi juga selama 3 hari ini sangat sibuk jadi dia belum memberikan informasi apapun pada Alex.
"Oh itu, 1 vendor bagian Edukasi dan 2 vendor bagian workshop dan parenting sudah setuju untuk menjadi bagian di opening nanti dan 2 vendor lagi masih dalam menunggu konfirmasi" Jelas Kavi.
"Oh begitu, saya kira ada masalah. Habisnya barusan habis zoom meeting bareng Mavis, anak itu tidak seperti biasanya. Hari ini performanya kacau" Tidak ada cara lain Alex berharap dengan memancing obrolan seperti ini akan membuat Kavi menceritakan hal lain yang terjadi.
"Sepertinya lebih ke masalah personal yang membuat performannya menurun" Ucap Kavi.
"Saya meminta Mavis kembali" Tambah Kavi. Alexpun terpaku mendengar ucapan Kavi. Tidak sebetulnya ia sudah yakin, bahwa cepat atau lambat Kavi akan menyatakan kembali perasaannya. Setelah sebelumnya Alex memberanikan diri bertanya pada Kavi tentang Mavis. Saat itu Alex yakin bahwa Kavi masih memiliki persaan pada Mavis.
"Lalu bagaimana responnya?" Alex sangat penasaran, meskipun dia khawatir jawabannya bukan yang ingin dia dengar.
"Gantung, dia belum memberikan jawaban apapun" Ucap Kavi kembali. Entah Alex harus senang atau harus sedih sejujurnya Alex merasakan perasaan aneh yang sudah lama tidak ia rasakan.
Di satu sisi dia ingin mencoba berhubungan dengan Mavis setidaknya dia harus pelan-pelan bangkit dari traumanya. Entah kenapa yakin Mavis mampu menyembuhkannya. Di sisi lain dengan mendengar penjelasan Kavi barusan membuat Alex kembali berkecil hati. Pasalnya ternyata Kavi masih menaruh harap pada Mavis. Alex tidak mau hubungan mereka rusak hanya karena seorang perempuan. Sejujurnya Alex berharap ada keajaiban di depan sana yang tidak akan saling menyakiti.
***
Hampir semua data yang ia pegang terchecklist. Setidaknya dalam seminggu terakhir ini ada kemajuan progress untuk projeknya kali ini. Meski sebelumnya Mavis hilang fokus, tidak membuat Mavis berlarut dan kali ini dia sudah seperti sediakala.
"Vi, Alex udah dateng tuh" Ucap Diens dari balik pintu. Ah ya hampir saja lupa, hari ini dia ada janji dengan Alex, karena sebelumnya Alex bilang ia ada kunjungan ke Bandung. Hitung-hitung membalas kesalahan Mavis yang kemarin, hari ini Mavis bertekad untuk membuat Alex bangga dengan hasil kerja kerasnya.
"Hallo Alex, macet nggak di jalan?" Ucap Mavis basa-basi.
"Tidak terlalu, buktinya saya bisa sampai tepat waktukan" Jawab Alex. Tetap ketus seperti biasa mendadakan mood Alex sedang stabil, pikir Mavis.
"Oke baiklah, ini ada yang mau saya tunjukan untuk detailing acara pembukaan sampai pertunjukan para tenant sudah done semua. Tinggal beberapa yang masih nunggu confirm sisanya sudah oke" Jelas Mavis sambil memberikannya laptopnya pada Alex
Pemaparan yang Mavis sampaikan selanjutnya sangat detail dan hampir tidak ada yang terlewat. Padahal sebelumnya Alex cukup khawatir, karena minggu lalu performanya cukup mengecewakan tetapi melihat Mavis hari ini, memberikan keyakinan pada Alex bahwa Kavi memang hebat dalam menilai seseorang.
"Ok good, kayanya udah aman semua tinggal actual di lapangan saja. Kurang lebih 2 bulanan lagi sampai acara opening outlet ini mohon pastikan jangan ada yang terlewat ya" Jelas Alex kembali
"Siap Alex, ohya abis dari sini kau mau kemana? Kalau free saya mau traktir makan siang. Hitung-hitung sebagai penebus rasa bersalah saya waktu meeting kemarin sampai membuatmu kesal" Alex pun mengiyakan ajakan Mavis. Memang dia sudah tidak ada agenda lain lagi setelah itu.
Alex dan Mavis pun kemudian memutuskan untuk makan di daerah kota, agak jauh dari kantor namun tidak masalah karena makanannya enak, pikir Mavis.
Sampailah keduanya di restaurant yang menyajikan makanan rumahan. Menurut Mavis, tempat makan itu tidak akan mengecewakan karena tempatnya yang nyaman dan menu yang sama, sambil menunggu makanan, mereka pun mulai berbincang topik yang ringan.
Sejauh ini Alex merasa nyaman saat berada di dekat dengan Mavis. Meski nada atau ucapannya kadang masih susah di filter Mavis tidak keberatan dan tidak tersinggung. Sungguh inilah yang Alex inginkan, masih bisa menjadi diri sendiri dan tak perlu menjadi orang lain.
"Sebentar Alex ada kucing" Ucap Mavis ketika mereka hendak meninggalkan restaurant setelah selesai makan siang. Alex pun dari jauh mengamati Mavis yang mengeluarkan makanan kucing dari tasnya.
'Dia membawa makanan kucing di tasnya' pikir Alex.
Melihat Mavis yang dengan telaten memberi makan pada kucing di jalanan, membuat Alex pun tertegun. Menurutnya Mavis selain cantik secara fisik dia juga cantik secara hati. Benar-benar membuat Alex makin menyukainya.
"Ayo Alex" Ucap Mavis yang tiba-tiba sudah ada di sebelahnya. Alex yakin kali ini dia bukan hanya menyukai Mavis namun juga sudah jatuh cinta. Cinta yang Alex rasa tidak akan mudah karena pesaing utamanya adalah Kavi bos sekaligus cinta masa lalu Mavis.
"Mavis, ini mungkin sedikit personal namun sejujurnya saya penasaran. Terserah kau mau jawab atau tidak yang jelas, apakah kau masih menyukai Kavi? atau apakah kau akan melepaskan kesempatan kali ini?" Tanya Alex tanpa aba-aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Organizer
RomanceSudah setahun Mavis bekerja di event organizer dan selama itupula ia menjalani hidup yang tenang. Sampai satu waktu ia mendapatkan client yang ternyata orang menyebalkan yang sempat ia temui sebelumnya dan juga mantannya. Kehidupan Mavispun terutama...