"Kita lihat dulu saja apabila di pertemun kali ini Mavis kurang bagus performanya, silahkan kamu ganti, saya tidak keberatan. Tetapi setidaknya tolong coba dulu untuk kali ini. Karena saya yakin dia tidak akan mengecewakan" Ucap Kavi sebelum Alex pada akhirnya memutuskan untuk bertemu Mavis.
Sejujurnya Alex tidak membenci Mavis hanya saja pertemuan pertama mereka kesannya tidak begitu baik. Baju yang baru ia kenakan terkena noda kemerahan akibat kecerobohan seseorang. Bukannya merasa bersalah, orang tersebut malah balik memarahi. Katanya orang Bandung ramah, tetapi kenapa dia menemukan spesies macam Mavis yang ketusnya bukan main.
Terlebih Alex tidak paham juga kenapa Kavi yang ia nilai super perfeksionis mau terlibat dengan vendor EO yang anggotanya seperti itu. Apa karena Kavi di beri rekomendasi dari teman dekatnya? atau karena dia temannya Mavis di masa lalu? Alex sedikit tahu karena Kavi menjelaskan hubungan antara Mavis dengannya di perjalanan pulang pada pertemuan pertama mereka. Mungkin Kavi juga tidak ingin Alex salah paham.
Sejujurnya setelah mendengar pemaparan dari Mavis. Sedikit banyaknya Alex menantikan performa Mavis dan timnya. Karena menurut Kavi, spertinya Mavis tidak akan mengecewakan.
***
"Gimana meeting kemarin lancar?" Tanya Kavi setelah mereka menyelesaikan meeting mingguan yang rutin di laksanakan di kantornya.
"Lancar, sesuai apa katamu pemaparannya jelas dan tidak mengecewakan" Jawab Alex.
"Ya selain awal pertemuan kami yang tidak mengenakan yang lainnya berjalan dengan aman. Sejujurnya sayapun tidak sabar menantikan progres selanjutnya" Alex tidak berbohong ia sangat menantikan performa kerja sama dengan Mavis yang akan mulai berjalan 3 bulan ke depan ini.
"Ya syukurlah kalau begitu" Ucap Kavi. Kavipun setidaknya lebih tenang jika respon Alex seperti itu. Artinya usaha yang dia lakukan untuk meyakinkan Alex tidak sia sia.
"Tetapi, bener kamu tidak akan ikut andil dalam opening outlet Bandung ini? Bukannya kamu selalu semangat ketika ada opening outlet baru?" Tanya Alex kembali pada Kavi. Sungguh Alex kali ini melihat sosok Kavi yang berbeda dari biasanya.
"Tidak, kamu saja. Lagian yang akan bertanggung jawab untuk outlet ini seterusnya kan kamu juga Alex" Jelas Kavi sekenanya. Kavi memang tidak berniat ikut campur pada pembukaan outlet kali ini. Ia merasa belum siap kalau harus bertemu dengan Mavis dengan intensitas yang sering. Mungkin Mavis tidak tahu, sebenarnya bukan hanya Mavis yang susah move on, Kavipun sama. Awal mereka berpisah Kavi seperti orang yang segan untuk hidup namun matipun tidak mau. Kavi merasa hubungannya dengan Mavis sangat spesial meskipun Kavi bukan seseorang yang pandai mengekspresikan perasaannya tetapi Kavi sangat tulus menyayangi Mavis.
Baiklah, pikir Alex. Mungkin Kavi terlalu lelah karena kerjaan cabang Bali dan Pusat Jakarta tidak sedikit dan semua dia yang handle. Jadi ini waktunya Alex yang menjadi pemeran utama.
***
Sudah 2 minggu Mavis dan Alex intens berkomunikasi dan bertemu. Keduanya sibuk mematangkan konsep untuk opening outlet. Baru tepat di minggu ketiga konsepnya rampung. Rencananya hari ini Mavis akan mempresentasikannya di kantor pusat. Ya setidaknya orang pusat juga perlu tahu progresnya sudah sejauh mana, meski Alex sudah memandorinya dan juga melaporkannya.
Suasana Jakarta yang sangat berbeda dengan suasana Bandung membuat tubuh Mavis perlu beradaptasi. Keringat bercucuran tak lantas membuat Mavis terganggu. Menurutnya apapun yang terjadi hari ini harus bisa selesai dengan baik.
Ketika Mavis hendak menyebrang jalan setelah selesai membeli minuman, pandangannya menangkap sosok bapak-bapak tua penjual keripik singkong. Tanpa pikir panjang Mavispun langsung membeli dagangnya sebanyak yang ia bisa bawa. Terlihat kesusahan namun Mavis masih berusaha agar keripik singkong yang di bawanya tidak berjatuhan. Setelah akhirnya ia sampai ke baleno mobil kesayangannya dan menaruh semua keripik singkong itu, diapun segera bergegas menuju Kantor Pusat Alfakids. Mavis tidak menyadari bahwa apa yang dia lakukan sedari tadi di perhatikan oleh seseorang dan membuat orang itu tersenyum melihat tidakannya.
***
Semesta hari ini sedang berbaik hati pada Mavis. Semua kegiatannya berakhir dengan lancar dan sempurna. Respon dari tim pusatpun membuat Mavis semakin semangat untuk mengerjakan projek kali ini meski harus berhadapan dengan Alex ataupun Kavi.
Ngomong-ngomong soal Alex, meskipun beberapa terakhir ini mereka sering berkomunikasi dan bertemu tidak lantas membuat Alex menjadi malaikat. Selain dia yang memperbolehkan Mavis memanggil namanya langsung tanpa embel-embel 'pak' Alex tetaplah seseorang yang dingin dan berbicara secukupnya. Tidak pernah berbasa-basi ataupun bercanda. Namun itu bukanlah suatu masalah bagi Mavis. Asalkan Alex tidak ketus dan marah-marah itu sudah cukup untuk Mavis.
"Langsung balik Bandung?" Tanya Alex setelah Mavis keluar dari ruangan meeting.
"Ya nih, setoran dulu sama Bos. Kalau terlalu lama nanti malah tidak bisa ketemu lagi" Jelas Mavis.
"Ohya Alex, kau suka keripik singkong? Kalau suka, saya ada keripik singkong atau bisa bantu bagikan untuk orang kantor? Tadi saya beli terlalu banyak tidak akan habis juga kalau saya bagi dengan yang di Bandung" Ucap Mavis kembali. Persetan kalaupun di tolak Mavis sudah kebal dengan ketusan Alex yang penting coba dulu saja daripada Mavis bawa pulang keripik singkong sebanyak itu mau ia kasih ke siapa.
"Boleh, saya ambil dimana keripiknya?" Tanya Alex. 'Waw di luar prediksi' Gumam Mavis dalam hati. Dia tidak berekpektasi respon Alex akan seperti itu.
"Ada di basement di Mobil saya, kamu tidak masalah kalau harus turun dulukan? atau saya saja yang ambil kamu tunggu disini" Jelas Mavis.
"Saya turun, lagian sebentar lagi juga jam makan siang, sekalian keluar" Ucap Alex. Memang betul sekalian saja Alex ke bawah toh bukan masalah yang besar juga pikirnya.
"Baiklah kalau begitu, ayo" Jawab Mavis. Namun tak berselang lama dari arah berlawanan pandangan Mavis terpaku pada seseorang yang ada di hadapannya. Orang tersebut memberikan senyuman yang dulu paling Mavis suka.
"Kalian mau kemana?" Tanya orang tersebut yang tidak lain adalah Kavi.
'Situasi macam apa ini? setelah tidak kelihatan batang hidungnya sekarang dia tiba-tiba muncul seperti itu' Gumam Mavis dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Event Organizer
RomanceSudah setahun Mavis bekerja di event organizer dan selama itupula ia menjalani hidup yang tenang. Sampai satu waktu ia mendapatkan client yang ternyata orang menyebalkan yang sempat ia temui sebelumnya dan juga mantannya. Kehidupan Mavispun terutama...